Pagelaran wayang golek sudah jarang ditemui di Kota Bandung. Seniman Edih Taryana (60) dari Sanggar Munggul Pawenang Padasuka, Kota Bandung menilai hal tersebut karena minimnya lahan terbuka yang dapat digunakan untuk pagelaran wayang.
Seperti diketahui, kesenian wayang golek kerap digelar oleh warga yang merayakan pesta seperti khitanan, pernikahan, atau sekedar hiburan masyarakat.
"Alasan halaman, bukan nggak ada yang meminati, buktinya kalau ada pagelaran wayang di Kota Bandung banyak kok penontonnya," kata Edih kepada detikJabar saat ditemui di Saung Angklung Udjo, Rabu (11/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minimnya lahan yang bisa digunakan untuk menggelar seni pertunjukan ini, sehingga warga kerap menyewa lapangan dengan lokasi jauh dari rumahnya. "Kadang rumah di mana, panggung di mana, pernah itu di Dago," ujarnya.
Akibatnya, hiburan lain yang tidak memakan tempat atau lahan yang luas dipilih warga Kota Bandung dibandingkan menggelar pertunjukan wayang.
"Dulu di Cicadas, Cicendo sering, sekarang di mana tempatnya," ujarnya.
Edih juga mengungkapkan, wilayah Jabar yang masih sering menggelar pertunjukan wayang seperti di Sukabumi, Sumedang, Majalengka dan beberapa daerah Jabar selatan.
"Jabar, paling kuat di Sukabumi hingga Banten, Sumedang di Tanjungsari kuat, Ujungberung kuat. Majalengka, Kuning, Tasikmalaya, Garut tidak ada banget. Ujungberung masih banyak tempat dan halaman," ungkapnya.
"Kalau tengah kota biasanya acara kepemerintahan seperti di Kodam," tambahnya.
Adik dari dalang Ade Amung Sutarya sekaligus pencetak dalang-dalang muda ini mengisahkan, masa kejayaan wayang golek di Kota Bandung ada di tahun 1980-an. "Tahun kemasan itu, sampai 1990 lah," tuturnya.
Edih menyebut, dia pernah mendapatkan 112 acara dalam waktu tiga bulan berturut-turut saat masa keemasan tersebut. "Libur itu pas mau puasa. Ada sehari sampai dua panggungan siang dan malam. Bandung sekarang paling Ujungberung, ke atas Cihideung Lembang, karena di sana lahannya masih banyak yang luas," pungkasnya.