Asa Purwa Caraka Bangkitkan Musik Anak Usai Dihajar Pandemi COVID-19

Asa Purwa Caraka Bangkitkan Musik Anak Usai Dihajar Pandemi COVID-19

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 29 Jul 2023 18:45 WIB
Purwa Caraka.
Purwa Caraka (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Purwa Caraka Music Studio (PCMS) mulai menata kembali kebangkitan dunia musik setelah diterjang pandemi COVID-19. PCMS merasakan getirnya pandemi, sebab menganggu kehidupan anak-anak untuk bermusik.

Usai pemerintah menyatakan pandemi COVID-19 berakhir atau endemi, PCMS mulai bergerak menghidupkan kembali ruang-ruang bermusik bagi anak-anak di tempat terbuka. Sebab, selama pandemi proses pembelajaran dan pertunjukan musik harus dilakukan secara virtual.



Hari ini, PCMS menggelar konser musik untuk anak-anak di Bandung Electronic Center (BEC) bertajuk 'Anual Concert This is Me'. Pertunjukan sederhana bagi anak-anak Purwa, sebutan peserta didik di PCMS, namun penuh makna. Sebab, konser ini menjadi gerbang agar pertunjukan musik, khususnya anak-anak di Bandung bisa kembali bergeliat setelah dihantam COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ceritanya kita ini bagaimana caranya bertahan dan kita suplai terus supaya eksis. Supaya anak-anak Indonesia ini, karena memang peserta didik kita banyaknya anak-anak. Ketika pendemi keluar dan kami tetap berdiri dengan baik, kita mulai membangun lagi situasi," kata Purwa Caraka saat ditemui di sela-sela konser, Sabtu (29/7/2023).

Konser serupa juga digelar di cabang PCMS lainnya di Indonesia. Saat ini, lanjut dia, PCMS memiliki 85 cabang sekolah musik yang tersebar di berbagai daerah.

ADVERTISEMENT

"Dalam konteks Bandung sebagai kota musik yang sebenarnya, kita bikin acara ini di BEC. Di sini juga pernah buat acara pada 2019 sebelum COVID-19," katanya.

"Kita ingin menampilkan anak-anak Bandung yang sudah mulai lebih sehat mental dan jasmani. Mereka yang tetap bertahan saat pandemi, tetap belajar secara online dan lainnya," ucap Purwa Caraka.

Purwa Caraka memastikan setelah pandemi berakhir, pertunjukan musik dan seni lainnya harus bangkit kembali. "Ini adalah acara pertama setelah pandemi selesai," ucap Purwa Caraka.

Sempat Menutup Beberapa Cabang

Purwa Caraka tak menampik harus kerja ekstra untuk bertahan dalam situasi pandemi COVID-19. Berbagai kegiatan yang digelar secara virtual dilakukan, termasuk pendidikan musik, hingga kompetisi musik. Sebab, lanjut dia, sesulit apapun kondisinya, peningkatan kualitas harus tetap dilakukan.


"Hal ini (kegiatan virtual) dilakukan karena dibutuhkan untuk menghangatkan dunia musik, khususnya anak-anak Indonesia. Setelah itu selesai, dan pandemi selesai, akhirnya kita harus keluar ke publik seperti ini," ucap dia.

Purwa Carakan tak menampik sempat menutup beberapa cabang sekolah musiknya karena pandemi. Namun, beberapa di antaranya kini mulai aktif kembali. Selain itu, ia juga membuka satu sekolah musik di Sorong, Papua, menjelang pandemi COVID-19 dinyatakan endemi.

"Kita sekarang ada 85 cabang. Waktu itu, yang tutup di Surabaya, Lombok, Jakarta ada juga yang tutup, Lampung, Sidoarjo. Beberapa di antaranya sudah bangkit kembali," katanya.

Lebih lanjut, Purwa Caraka menceritakan perjuangan untuk meningkatkan kualitas dan mempertahankan sekolah musiknya agar tetap hidup. Pertemuan secara virtual dengan orang tua siswa pun dilakukan rutin.

Pandemi membuat Purwa Caraka semakin dekat dengan peserta didik dan orang tuanya. Bahkan, ia akhirnya mengetahui beberapa kendala yang menjerat peserta didik, soal alat musik, cara bermain, hingga kondisi keluarga.

"Misal saya tahu ada piano butut, belajar drum pakai ember, tidak punya alat musik, dan lainnya. Dan, alhamdulillah saya mengunjungi 300-an keluarga waktu itu, tentunya menemukan banyak hal," katanya.

"Banyak hikmah yang kita rasakan. Akhirnya, kita melakukan perbaikan sistem. Tanpa kejadian itu, kita tidak bisa menemukan masalah-masalah di rumah (peserta didik)," katanya.

Musik Adalah Kebutuhan

Selama perbaikan sistem pendidikan musik di PCMS dilakukan, termasuk peningkatan kualitas guru dan lainnya, Purwa Caraka mengatakan sekolah musik akan tetap hidup. Selain itu, lanjut dia, pandangan masyarakat, khususnya orang tua terhadap musik juga menjadi bagian yang paling utama tentang eksistensi sekolah musik.

Komponis tersohor itu menjelaskan tentang pandangan masyarakat yang memengaruhi kehidupan sekolah musik. Selama ini, PCMS terus mengedukasi orang tua dan masyarakat bahwa seni, terutama musik adalah kebutuhan bagi anak-anak. Dengan pandangan atau pemikiran seperti itu, maka musik akan terus hidup. Sekolah musik akan terus eksis.

"Bukan berarti anak-anak belajar sejarah harus jadi ahli sejarah, sekolah musik harus jadi pemusik. Yang penting bagaimana penyadaran edukasi seluruh orang di negeri ini bahwa musik itu perlu. Kalau anak dikembangkan dengan hanya ilmu pasti, jalannya akan miring," ucap Purwa Caraka.

"Karena pendidikan itu harus mendidik hati, perasaan, soal pantas atau tidak pantas itu tidak ada hukumnya. Terdengar tidak enak, terserah dibunyikan atau tidak. Tapi, ini soal kepatutan. Dan, manusia membutuhkan itu," kata dia menambahkan.

Lebih lanjut, dia menerangkan jika musik adalah kebutuhan, sama halnya manusia membutuhkan makan. Maka, dikatakan Purwa Carakan, restoran tak akan pernah tutup dan selalu tumbuh untuk menghidupi kebutuhan manusia. Begitu pun dengan sekolah musik.

Namun, lanjut dia, pengelola sekolah musik juga memiliki peran. Jika tak meningkatkan kualitas, maka bisa mengancam perkembangan sekolah musik itu sendiri.

"Demand selalu ada. Kecendurangannya tentu akan terus naik, karena jumlah penduduk terus naik. Jadi, tergantung dari pengelolanya juga," kata Purwa Caraka.

(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads