Tradisi Lengser Sunda yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

Tradisi Lengser Sunda yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

Whisnu Pradana - detikJabar
Minggu, 16 Jul 2023 09:00 WIB
Tradisi Lengser Sunda.
Tradisi Lengser Sunda. (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Lengser jadi unsur yang penting dari rangkaian upacara adat pernikahan dengan nuansa Sunda. Dalam rangkaian upacara adat, lengser ada di dalam mapag panganten.

Lengser biasanya diperankan oleh seorang pria yang disebut Aki Lengser atau Ki Lengser. Ki Lengser bisa juga diartikan sebagai tetua adat, yang bertindak sebagai pemimpin upacara adat pernikahan. Peran Ki Lengser mesti sepaket dengan pemain musik atau panayagan, pager ayu atau penari, prajurit atau penggawa, serta di barisan belakangnya ada iring-iringan keluarga pengantin.

Membahas sedikit soal Mapag Panganten, prosesi itu dimulai ketika pengantin laki-laki bersama rombongan dituntun bersama pengantin wanita menuju pelaminan. Saat itu, Ki Lengser dan yang lainnya menyambut pengantin dengan tarian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu sosok yang sudah berkecimpung dengan dunia pernikahan adat Sunda yakni Abah Ook. Pria berusia 53 tahun warga Kota Cimahi, itu juga pemilik sanggar lengser Abah Ook.

"Jadi Mapag Panganten itu memang identik dengan Lengser, yang menggambarkan tangan kanan atau perwakilan dari raja dan ratu sehari, yaitu panganten yang menikahnya," ujar Abah Ook kepada detikJabar, Sabtu (15/7/2023).

ADVERTISEMENT

Memang, diakui oleh Abah Ook belakangan ada pro dan kontra yang timbul dari keberadaan Lengser dalam proses Mapag Panganten. Terutama dari aspek kesakralan upacara pernikahan.

"Memang banyak pro kontra. Seperti soal upacara adat itu sifatnya sakral, tapi belakangan ini banyak hiburannya karena mengikuti zaman. Kalau saya pribadi, akhirnya dari perdebatan itu, diambil jalan tengah supaya pas. Mapag Panganten tetap sakral tapi ada unsur hiburannya," ucap Abah Ook.

Secara sifat, Mapag Panganten sebetulnya tak wajib ada dalam setiap upacara pernikahan. Namun, para juragan hajat biasanya ingin punya suguhan yang berbeda untuk keluarga pengantin pria dan tamu undangan.

"Sebetulnya enggak wajib, bahkan sunah juga tidak. Cuma menang, yang hajat ingin ada sesuatu yang spesialnya biar terasa lebih wah dan dihormati. Akhirnya mengemas pesta nikahan dengan upacara adat yang ada Mapag Panganten dan Lengsernya," tutur Abah Ook.

Abah Ook sendiri sudah sudah menggeluti dunia lengser tersebut sejak tahun 1987. Selama itu ia berusaha keras mempertahankan Lengser yang menjadi kekayaan budaya tanah Priangan.

"Cuma memang, upacara adat Sunda ini kekayaan budaya Jawa Barat yang wajib dilestarikan karena kalau bukan kita sebagai masyarakat Jawa Barat, siapa lagi?," ucap Abah Ook.

"Sekarang juga semakin banyak anak muda yang terlibat, karena memang upacara adat Sunda di pernikahan semenarik itu. Dan tidak bisa dipungkiri, itu juga jadi mata pencaharian mereka, makanya kemasan lengser harus semenarik mungkin," tambahnya.

Langkah Abah Ook yang berusaha mempertahankan upacara pernikahan adat Sunda, didukung oleh Pemerintah Kota Cimahi yang rutin menggelar Pasanggiri Kreasi Mapag Panganten Sunda.

"Ini jadi salah satu langkah kita melestarikan budaya sunda, dalam hal ini Mapag Panganten, supaya terus dikenal generasi muda ke depannya," kata Pj Wali Kota Cimahi, Dikdik S Nugrahawan.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads