Kata 'Menit' Bikin Orang Luar Kuningan Bingung, Kok Bisa?

Kata 'Menit' Bikin Orang Luar Kuningan Bingung, Kok Bisa?

Fathnur Rohman - detikJabar
Rabu, 07 Jun 2023 12:00 WIB
Delman yang masih eksis di Kabupaten Kuningan.
Suasana di Kabupaten Kuningan (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar).
Kuningan - Penutur Sunda di Kuningan punya logat unik dalam berbahasa. Ketika berbicara intonasinya terdengar lebih tegas. Ciri khas ini yang membedakannya dengan daerah lain di Jawa Barat.

Selain logat uniknya, sejak dulu masyarakat Kuningan sudah mengembangkan beragam kosakata khas. Meski memakai bahasa sama, tapi para penuturnya sering melafalkan kata yang cukup asing di telinga orang Sunda pada umumnya.

Jadi jangan heran, ada saja momen ketika orang dari kota lain dibuat pusing dengan percakapan warga Kuningan. Biasanya mereka kurang memahami arti kata yang diucapkan.

Ambil contoh kata 'menit'. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ini digunakan untuk menyebut satuan waktu 60 detik. Tapi di Kuningan, kata 'menit' justru dipakai guna menggambarkan kondisi sedang sakit kepala atau pusing.

Alhasil, orang awam akan bingung saat mendengar kata tersebut terlontar dari mulut warga Kuningan. Hal ini dirasakan Dadang (27), pemuda asal Bogor yang pernah mengalami insiden agak awkward gara-gara kata 'menit'.

Untuk waktu pastinya Dadang kurang ingat, namun pada 2018, dia mengaku pernah berkunjung ke rumah temannya di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Saat itu, Dadang tengah mengobrol dengan kawannya.

Dadang larut dalam topik obrolan seputar jalur pendakian Gunung Ciremai via Palutungan. Ia begitu antusias saat temannya menjelaskan jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke puncak lewat rute tersebut. Percakapan yang tadinya serius, tiba-tiba berubah kala Dadang mendengar temannya berkata 'duh urang menit'.

Dadang berusaha menangkap maksud dari perkataan itu. Dia tak paham. Awalnya dia mengira untuk sampai puncak bakal memakan waktu beberapa menit. Namun logikanya tak masuk, sebab waktu yang diperlukan apalagi dalam pendakian pasti sangat lama.

"Jadi saya ngiranya dia ngomong menit itu buat nunjukin waktu jaraknya. Tapi kalau dipikir lagi, masa ke puncak dari pos pertama segitu. Pasti bakal berjam-jam. Waktu itu otak saya ngefreeze buat mencerna kata-katanya," kata Dadang saat dihubungi detikJabar.

Lama memikirkan makna kata menit, Dadang pun merasa pusing. Kemudian, dia langsung menanyakan maksud dari perkataan temannya itu.

Pada momen inilah, canggung dan kaku dirasakan Dadang. Ternyata, temannya yang mengucap 'duh urang menit' itu tengah merasakan pening atau pusing di kepalanya.

"Agak awkward sih, saya pusing mikirin maksud perkataannya, eh ternyata arti kata menit itu ya pusing atau pening juga," ujar Dadang.

Apa yang dialami Dadang memang menjadi contoh kecil, bahwa kata 'menit' untuk menunjukkan kondisi sakit kepala atau pusing kurang begitu familiar bagi orang Sunda kebanyakan. Khususnya mereka yang tidak menetap di Kuningan.

Singkatnya, bagi orang Kuningan kata menit itu bermakna pusing atau sedang sakit kepala. Jika ada masyarakat awam kurang paham, hal tersebut sangatlah wajar. Sebab kata tersebut seringnya digunakan oleh sesama warga asli Kuningan.

"Kalau kata menit itu bukan untuk menunjukkan waktu, tapi buat kondisi pusing atau sakit kepala. Biasanya memang sesama orang Kuningan dan sekitarnya yang paham," jelas Muhamad Sayyid Nabil (24), salah satu pemuda asli dari Desa Cileuya, Kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan.

Menurut Nabil, orang luar daerah pasti merasa bingung jika mendengar kata menit. Sehingga ketika berinteraksi dengan masyarakat yang bukan dari Kuningan, dia lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia untuk menggambarkan kondisi saat merasa pusing.

Nabil sendiri sering membantu orang tuanya yang membuka toko di Jakarta. Bila bertemu sesama orang Kuningan, kata menit pun kerap masuk dalam percakapannya.

Misal contoh kalimat bahasa Sunda khas Kuningan yang ditambahi kata menit, sambung Nabil, seperti berikut 'Urang keur menit, aya loker teu? (Saya lagi pusing, ada loker tidak?)', 'Harga barang naek, nyieun menit bae (Harga barang naik, bikin pusing aja)', 'Hulu urang menit pisan (Kepala saya pusing sekali)' dan banyak kalimat lainnya.

"Kalau sama orang Jakarta atau perantau lain, kata menit itu jarang dipakai. Karena tidak semua paham artinya," tutur Nabil.

Nabil sendiri tidak begitu paham alasan mengapa orang Kuningan menyebut pusing dengan kata menit. Yang jelas, kata tersebut masih eksis dipakai sampai hari ini. (mso/mso)



Hide Ads