Sukabumi, kota yang di apit dua gunung di dataran Pasundan ini memiliki beragam potensi. Tak jarang, keindahan alam ini pun menginspirasi lahirnya berbagai macam perkembangan budaya salah satunya Wayang Sukuraga.
Berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya, Wayang Sukuraga merupakan seni pentas yang memadukan berbagai jenis seni menjadi satu pertunjukan. Mulai dari seni rupa, musik, teater wayang hingga sastra.
Wayang Sukuraga menjadi ciri khas kesenian yang hanya ada di Kota Sukabumi sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota Sukabumi nomor 55 tahun 2016. Eksistensi Wayang Sukuraga ini tak lepas dari sosok penciptanya, yaitu Effendi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Effendi (58) mengatakan, inspirasi wayang sukuraga berawal saat ia menjadi seorang pelukis. Secara bahasa, Sukuraga berasal dari dua kata yaitu Suku (anggota) dan Raga (tubuh).
Berbeda dengan wayang pada umumnya, Wayang Sukuraga ini memiliki bentuk tokoh yang merupakan anggota tubuh. Artinya, anggota tubuh manusia menjadi tokoh dalam wayang tersebut misalnya seperti Mak Ata untuk tokoh perempuan dan Pak Anon untuk tokoh laki-laki dengan wayang berbentuk mata.
"Pertunjukan wayang anggota tubuh tahun 1996. Wayang umum itu kan utuh anggota tubuh (visualnya) terus literasi yang dipakai adalah literasi Ramayana Mahabharata. Kalau saya menggali anggota tubuh jadi Sukuraga karena pada dasarnya manusia itu dalang dan anggota tubuh adalah wayangnya," kata Fendi, sapaan akrabnya saat ditemui detikJabar beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, Wayang Sukuraga menceritakan sifat baik dan buruk yang dilakukan oleh anggota tubuh manusia. Alur cerita, iringan musik dan penokohan ditentukan oleh Fendi agar pesan yang tersirat dapat tersampaikan kepada penonton.
"Ini sangat tepat sekarang karena sedang krisis kemanusiaan, anak membunuh orang tua, bapak menyetubuhi anak, kan itu mah perilaku hewan. Nah harus diingatkan lagi dia itu manusia. Salah satu cara untuk mengingatkan dia itu manusia adalah dengan Wayang Sukuraga," jelasnya.
Dia menjelaskan, anggota tubuh juga dijelaskan secara rinci di dalam Al-Quran yaitu dalam Surat Yasin ayat 65 dan An-Nur ayat 24. Selain berperan sebagai dalang, Wayang Sukuraga itu ia buat sendiri di rumah kesenian
"Koleksi wayang sudah banyak ada sekitar ratusan karena kita juga juga jadi cendramata. Ada yang terbuat dari fiber dan kulit," ucapnya.
Kesenian Sukuraga ini sudah mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (Haki) pada 2001 dan diperbarui pada 2016. Wayang Sukuraga juga telah mendapatkan penghargaan Anugerah Inovasi dari Pemprov Jawa Barat pada 2016.
"Masyarakat terutama yang berhubungan dengan pendidikan sangat antusias. Karena mereka sadar betul bahwa ini perlu disampaikan ke anak-anak. Media praktis, dulu kita diajarkan mulut kita harus dijaga jangan sampai ngomong yang tidak baik dan sekarang mulut itu bisa berdialog dengan tokoh wayang anggota tubuh lain," tutupnya.
(mso/mso)