Nama Nyi Roro Kidul bagi masyarakat Pangandaran selalu identik dan dikenal sebagai sosok legendaris. Namun tak sedikit menganggapnya sebagai wujud mistis.
Informasi yang dihimpun detikJabar, selain di Pangandaran sosok Nyi Roro Kidul populer bagi masyarakat pulau Jawa, terutama dipercaya sebagai ratu penguasa pantai Selatan.
Secara letak geografis ada 5 kabupaten yang termasuk wilayah pantai selatan, diantaranya Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut dan Pangandaran jika sebeulmnya Ciamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam lima daerah pantai selatan tersebut nama Nyi Roro Kidul sangat populer bahkan ada upacara khusus yang dilaskanakan untuk penghormatan kepada Ratu Kidul.
Di Kabupeten Pangandaran ada yang namanya prosesi hajat laut, konon cerita yang beredar budaya maritim itu dilakukan untuk menghormati kepada penguasa pantai selatan dan rasa syukur atas rezeki yang diberikan terhadap para nelayan.
Namun seiring berjalannya waktu nama hajat laut di Pangandaran mulai diubah bukan lagi sebagai penghormatan terhadap Ratu Kidul, melainkan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa.
Sebelumnya, masyarakat pesisir Pangandaran sangat percaya jika hasil tangkapan ikan itu ada campur tangan dengan penguasa pantai selatan Nyi Roro Kidul. Ritual ini biasanya dilaksanakan serempak di hari yang sama pada bulan Muharam.
Cerita Nyi Roro Kidul di Masyarakat Beredar sebagai Mitos ataupun Fakta
DetikJabar menghubungi Ketua Lembaga Adat sekaligus budayawan Pangandaran Dr Erik Krisna Yudha persoalan mitos atau fakta cerita Nyi Roro Kidul dalam kehidupan masyarakat Pangandaran.
Erik Krisna Yudha mengatakan, bagi sebagian orang yang meyakini keberadaan sosok Nyai Roro Kidul pasti menganggap eksistensi sang ratu sebagai penguasa di lautan dari golongan mahluk halus.
"Makanya tidak sedikit ritual persembahan larung sesaji dalam hajat laut ditujukan kepada Ratu Kidul dan panakawana," kata Erik belum lama ini.
Kata dia, bagi masyarakat awam, sosok Nyi Roro Kidul hanyalah sebuah legenda yang dikaitkan dengan seorang putri dari kerajaan Padjadjaran bernama Nyai Kandita yang berobat dengan air laut karena menderita penyakit kulit.
"Hal ini hanya sebagai penghubung bahwa Ratu Kidul tersebut bernama Nyai Kandita. Padahal bukan seperti itu," ucap Erik.
Soal pembuktian nyata atau tidaknya sosok Nyi Roro Kidul, Erik tidak bisa membenarkan secara spesifik karena banyak sumber yang mengutarakan hal tersebut.
"Tergantung sudut pandang masing-masing. Bagi orang yang meyakini eksistensi Nyi Roro Kidul sebagai penguasa lautan dari bangsa siluman tentunya akan melaksanakan ritual persembahan di setiap wilayahnya masing masing," kata Erik.
Menurut Erik, namun bagi orang dengan basis keilmuan agama dan keyakinan bahwa semua lautan penguasanya adalah Tuhan Sang Maha Pencipta, secara otomatis tidak melakukan ritual seperti itu.
"Bagi kita tidak perlu mendikotomikan perbedaan keyakinan tersebut, karena pada dasarnya Tuhan memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki. Bagi kita cukup melihat dari sisi kemanusiaannya saja, yaitu sebagai kekayaan budaya bangsa yang unik dan layak jadi konsumsi wisata," kata Erik.
![]() |
Ia mengatakan dalam keilmuan ma'rifattulloh, apabila seseorang telah mengenal tuhannya, maka ritual persembahan seperti hajat laut hanya dianggap sebagai sedekah rasa.
"Artinya kita bersedekah kepada sesama makhluk tuhan dan menjalin hubungan baik tanpa ada embel embel "meminta"," ucapnya.
Dikaitkan dengan Tenggelamnya Wisatawan
Tokoh Masyarakat Pangandaran sekaligus pendiri Balawista Dodo Taryana mengatakan mitos yang beredar soal Nyi Roro Kidul sering dikaitkan dengan tenggelamnya wisatawan.
"Di pantai Pangandaran beredar lama jika larangan memakai baju hijau karena tidak disukai Ratu Kidul. Itu hanyalah dongeng. Pada kenyatannya orang tenggelam di pantai ini tidak memakai baju yang dimaksud," kata Dodo.
Menurutnya, mitos yang beredar, janji Nyi Rorokidul terhadap keturunan raja Padjadjaran ada kaitannya dengan tenggelamnya wisatawan di Pantai Pangandaran.
"Cerita ini terus tersambung dari mulut ke mulut atau menjadi cerita tutur. Bahwa dahulu Kerajaan Galuh dimana Nyi Roro Kidul ingin menikahi dari keturunan Raja Padjadjaran, namun ditolak mentah-mentah oleh Raja Padjadjaran," katanya
Akibat penolakan tersebut, Nyi Roro Kidul menerima kenyataan pahit itu. Namun Nyi Roro Kidul meminta keturunan Padjadjaran untuk dimilikinya.
Singkat cerita, warga setempat mengaitkan kejadian tenggelamnya wisatawan asal Bandung dan daerah wilayah Kerajaan Padjadjaran di perairan Pantai Pangandaran.
Bahkan, bukan hanya tenggelam di pantai, mitos ini juga dikait-kaitkan dengan di titik lain. Misalnya di Green Canyon hingga curug dan sungai yang ada di Cijulang.
"Seperti cocokologi, Allahhualam, itu kan hanya cerita. Harus tanya dulu kepada orang yang lebih tahu sejarah," ucapnya.
Dalam pembuktian mitos dan fakta Nyi Roro Kidul dapat diartikan sebagai kekayaan cerita budaya yang patut dilestarikan.
Meskipun belum ada yang mencatat secara jelas sosok Nyi Roro Kidul lahir dan tinggal dimana? Hampir semua literatur mencantumkan dengan erat kaitannya dengan sosok gaib saat zaman kerajaan Mataram dan sebagai pasangan raja dengan sosok mistis ataupun gaib.
(yum/yum)