Misteri Tarian Ronggeng Sari Oneng yang Pikat Pria Eropa

Misteri Tarian Ronggeng Sari Oneng yang Pikat Pria Eropa

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 19 Mar 2023 10:30 WIB
Wakiem (orang kedua dari kiri), sosok penari yang pikat pria Eropa.
Wakiem (orang kedua dari kiri), sosok penari yang pikat pria Eropa. (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Peresmian menara Eiffel di Paris, Prancis pada Maret 1889 turut dimeriahkan penampilan penari ronggeng gamelan Sari Oneng asal Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Penampilan mereka sungguh memukau hingga membuat pria Eropa jatuh hati.

Penulis buku Soekaboemi The Untold Story, Irman Firmansyah mengatakan, banyak literasi yang menceritakan penampilan Sari Oneng di Paris. Mereka mulanya adalah pekerja di perkebunan teh Parakansalak dan Sinagar.

Kemudian karena ada World Fair bertajuk Exposition Universelle itu, pemerintah Hindia Belanda ingin menunjukkan kehebatannya dengan memperlihatkan budaya di tanah Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pemerintah Hindia Belanda tak cukup uang untuk membiayai segala kebutuhan festival di Paris. Hingga akhirnya mereka bekerja sama dengan dua pengusaha perkebunan teh yaitu Mundt dan Kerkhoven serta Sekretaris Englisch Indische Company (semacam VOC-nya Inggris) HP Cowan.

Penampilan gamelan Sari Oneng mendapatkan antusias yang sangat luar biasa. Namun, kegiatan tersebut tak terlepas dari kerja paksa. Para pemusik dan penari dipaksa bermain setiap hari selama enam bulan.

ADVERTISEMENT

"Kegiatan pameran serta penampilan gamelan dan penari tersebut berjalan sukses dengan pengunjung yang membeludak. Tercatat sebanyak 875.000 orang mengunjungi anjungan ini dan para pemain gamelan Sari Oneng dipaksa bermain setiap hari untuk memuaskan keingintahuan para pengunjung stand," kata Irman kepada detikJabar belum lama ini.

Dalam pameran World Fair tersebut, yang menjadi perhatian para lelaki Eropa adalah pentas Tari Tandak diiringi musik gamelan Sari Oneng. Konon pria-pria Eropa jatuh cinta dengan penari berusia 12-16 tahun yaitu Damina atau Taminah (16 tahun), Wakiem (12), Sariem (15), dan Soekia (13).

"Tarian mereka sangat memukau dan membangunan imajinasi para lelaki Eropa tentang eksotisme Jawa. Media Prancis sampai membahas kehidupan pribadi mereka dan menjadi perhatian para pengunjung," ujarnya.

Misalnya seperti Baudelaire, seorang penyair Prancis yang mencurahkan kekagumannya kepada penari Wakiem dengan menulis sajak La Belle Wakiem (Wakiem yang Cantik). Selain itu, grup kabaret Moulin Rouge (1889 oleh Joseph Oller) ternyata terinspirasi oleh pentas penari Sari Oneng sehingga menciptakan lakon Les Pirates. Lakon itu tak terlepas dari sosok Wakiem dari Kampung Jawa yang menginspirasi Joseph.

"Hal ini cukup menarik mengingat para pemain Sari Oneng sebenarnya adalah pekerja Perkebunan Teh Parakansalak di Sukabumi, Jawa Barat," kata dia.

Irman mengatakan, ada tim penari lain bernama Elles (Elis) yang masih berusia 15 tahun. Dia merupakan penari ronggeng asal Parakansalak.

Secara umum, pementasan tarian itu dilakukan satu set dimana Tandak dimainkan pada awal kemudian disusul ronggeng yang agak 'nakal'. Setelah itu ditutup dengan angklung Parakansalak mengitari meja-meja tamu yang sedang menikmati teh dan kopi.

Hal ini juga diperkuat oleh tulisan George Boyer dalam media Le Figarro, 2 October 1889. Artikel itu diberi judul Courrier des Theatres yang menceritakan para penari dan pemain gamelan Sari Oneng.

(yum/orb)


Hide Ads