Pakar Unpad Anggap Wajar Jika Bahasa Sunda Mulai Memudar di Jabar

Pakar Unpad Anggap Wajar Jika Bahasa Sunda Mulai Memudar di Jabar

Rifat Alhamidi - detikJabar
Sabtu, 04 Mar 2023 10:00 WIB
Bahasa Sunda
Ilustrasi bahasa Sunda (Foto: Erna Mardiana)
Bandung -

Bahasa daerah, terutama Bahasa Sunda sudah mulai ditinggalkan generasi zaman sekarang di Jawa Barat (Jabar). Penutur Bahasa Sunda terus menurun dari generasi ke generasi yang disebabkan beberapa faktor seperti adanya rasa minder dan tak percaya diri dalam menggunakan Bahasa Sunda di kehidupan sehari-hari.

Terlepas dari semua itu, Guru Besar Universitas Padjajaran di Bidang Linguistik Prof Cece Sobarna punya pandangannya sendiri. Menurutnya, hal yang wajar dan alamiah jika Bahasa Sunda sekarang ini sudah ditinggalkan dan tak menjadi bahasa utama dalam kebutuhan berkomunikasi warga di Jabar.

Menurutnya, warga di Jabar cenderung memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang lebih universal. Ini menjadi wajar bagi Prof Cece karena memang semua orang bisa memahaminya apabila digunakan sebagai bahasa komunikasi yang utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi memang ini satu hal yang alamiah dan wajar, karena sesuai dengan keperluan komunikasi. Jadi kalau terjadi penurunan, ini memang sesuai dengan fungsi bahasa daerah yaitu sebagai bahasa kedua," kata Prof Cece saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Tak hanya itu, kedudukan Bahasa Sunda juga mulai tergerus oleh arus modernisasi yang tidak bisa dibendung. Ia mencontohkan, setiap orang menyaksikan tayangan televisi yang semuanya menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapannya.

ADVERTISEMENT

Meskipun di lingkup yang lebih mikro, sebagaian warga di Jabar kata Prof Cece masih ada yang mempertahankan Bahasa Sunda dalam komunikasinya sehari-hari. Namun setelah bertemu dengan orang lain dalam skala yang lebih besar, Bahasa Sunda akan tersisihkan dan tergantikan posisinya oleh Bahasa Indonesia yang lebih universal dan bisa dimengerti banyak orang.

"Karena mereka di lingkungannya, misalkan di rumah itu pakai Bahasa Sunda komunikasinya. Tapi di luar, menggunakan Bahasa Indonesia. Pengamatan sekilas saya begitu. Karena ini balik lagi soal kebutuhan berkomunikasi aja sesuai dengan konteks pembicaraan. Kalau lingkup kecil, di keluarga misalnya, itu oke. Tapi kalau di ruang publik, kembali ke kebutuhan untuk semua," tuturnya.

"Beda ceritanya kalau orang itu tinggal di desa. Kalau dia ngobrol pakai Bahasa Indonesia kan jadi aneh yah. Tapi kalau di kota mah lumrah. Jadi akhirnya, orang yang ngomong Sunda juga kenapa bisa berkurang karena memang faktornya demikian," kata Prof Cece menambahkan.

Bahasa Sunda Harus Dilestarikan Lewat Regulasi yang Tak Asal-asalan

Terlepas dari semua itu, Prof Cece ikut mendesak agar Bahasa Sunda terus dilestarikan generasi zaman sekarang. Selain memang harus adanya kesadaran dari diri masing-masing, pemerintah juga perlu membuat regulasi yang tak asal-asal agar Bahasa Sunda masih bisa dilestarikan.

"Bukan cuma dari orangnya aja, pemerintahnya juga harus sungguh-sungguh sepertinya yah. Harus ada jalur formal memang yang perlu ditempuh. Karena kalau enggak gitu, keberadaan Bahasa Sunda khawatirnya malah sudah tidak digunakan lagi di kemudian hari," pungkasnya.

Sekedar diketahui, fenomena menurunnya penggunaan Bahasa Sunda sendiri tertuang dalam data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Dalam dokumen bertajuk Hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, sekitar 30 persen warga Jabar sudah tidak menggunakan lagi bahasa daerah, terutama Bahasa Sunda yang kental digunakan masyarakat Tanah Priangan.

BPS mencatat, kini tinggal 72,45 persen warga Jabar menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarganya. Begitu juga catatan BPS yang menyatakan 71 persen warga Jabar masih menggunakan bahasa daerah di lingkungan tetangga/kerabat.

Meskipun Persentasenya terlihat masih tinggi, namun BPS memberikan catatan tentang penggunaan bahasa daerah, terutama Bahasa Sunda yang digunakan warga Jabar. Sebab, persentase penutur Bahasa Sunda sudah semakin berkurang terutama di generasi sekarang.

Terlihat pada pembahasan bertajuk Kemampuan Berbahasa Indonesia dan Penggunaan Bahasa Daerah Menurut Generasi, BPS mencatat generasi Pre Boomer (lahir 1945 dan sebelumnya) masih cukup tinggi menggunakan bahasa daerah, terutama Bahasa Sunda di Jabar dengan persentase 84,73 %. Dominasi bahasa Sunda ini masih digunakan generasi Pre Boomer dalam komunikasinya di lingkungan keluarga.

Tapi kemudian, persentase penggunaan Bahasa Sunda mulai menurun ke generasi Baby Boomer (lahir 1946-1964) menjadi 79,9 %. Terus menurun lagi ke generasi Millenial (lahir 1981-1996) menjadi 73,92 %, Gen Z (lahir 1997-2012) 72,44 % dan makin menurun tajam ke generasi Post Gen Z (lahir 2013 hingga sekarang) menjadi 63,99%.

Di pembahasan selanjutnya, BPS juga mencatat persentase penduduk yang menggunakan bahasa daerah di lingkungan tetangga/kerabat mengalami penurunan dari generasi ke generasi selanjutnya. Generasi Pre Boomer yang paling tinggi dengan 83,06 %, kemudian Baby Boomer 78,16 %, Millenial 70,59 %, Gen Z 70,96 % dan menurun drastis penggunaan Bahasa Sunda ini di kalangan generasi Post Gen Z menjadi 63,20%.

(ral/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads