Penyebab 5 Daerah di Ciamis Ini Lebih Kental Lakoni Budaya Jawa

Penyebab 5 Daerah di Ciamis Ini Lebih Kental Lakoni Budaya Jawa

Dadang Hermansyah - detikJabar
Minggu, 26 Feb 2023 12:30 WIB
Suasana di Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Suasana di Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar)
Ciamis -

Keanekaragaman bahasa dan budaya ada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Uniknya, warga 5 kecamatan di Ciamis mayoritas memakai bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari. Padahal mereka berada di Tatar Galuh.

DetikJabar pun mencoba mendatangi beberapa kecamatan itu, seperti Pamarican, Lakbok dan Banjarsari, Rabu (22/2/2023).

Ketika detikJabar berada di warung, pemilik warung bertanya menggunakan bahasa Indonesia kepada pembeli. Namun setelah pembeli menjawab dengan bahasa Jawa, lalu pemilik warung pun ikut menggunakan bahasa Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu juga ketika ada pembeli yang menggunakan bahasa Sunda. Pemilik warung pun dengan fleksibel langsung berkomunikasi dengan bahasa Sunda. Artinya, warga di 5 kecamatan di Ciamis itu sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, tapi juga memahami dan bisa berbahasa Sunda.

Baehaki Effendi, warga Dusun Ciparakan, Desa Sukahurip, Kecamatan Pamarican, mengatakan hampir 90 persen warga di desanya berbahasa Jawa. Hanya sebagian kecil masyarakat yang berkomunikasi pakai bahasa Sunda.

ADVERTISEMENT

"Dari 14 desa di Pamarican, ada 9 desa yang mayoritas warganya berbahasa Jawa. Bantarsari, Sukajaya, Bangunsari, Desa Pamarican, Sukahurip, Kertahayu blok Citalahab, Sidaharja, Sukamukti dan Sukajadi," ujar Baehaki saat ditemui di rumahnya.

Baehaki menyebut sejak lahir dan ketika belajar bicara, anak-anak di sana sudah terbiasa mendengar bahasa Jawa dari orang tuanya. Mengingat warga Pamarican merupakan keturunan dari Petanahan Kebumen, Jawa Tengah. Mayoritas mata pencaharian warga Desa Sukahurip adalah petani dan penyadap kelapa untuk gula.

Suasana di Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa BaratSuasana di Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

"Memang nenek moyang kami itu dari Kebumen. Kalau saya sendiri memang dari keturunan Kebumen. Juga lingkungan sehari-hari bahasa Jawa. Jadi meski tinggal dan jadi warga Ciamis tapi kalau bahasa dan budaya tetap berat ke Jawa," ucapnya.

Baehaki sendiri tidak mengalami kendala dengan bahasa. Ia akan menyesuaikan dengan lawan bicaranya, memakai bahasa Sunda, Jawa atau pun Indonesia.

Tak hanya bahasa, menurut Baehaki, setiap ada hajatan atau hari besar, hiburan kesenian yang ditampilkan pun kebanyakan berasal dari Jawa. Seperti ebeg atau kuda lumping, campur sari, wayang kulit, lengger atau ronggeng dan kentongan.

"Kalau hajatan di sini itu makanan yang wajib harus ada itu jenang atau dodol. Biasa kalau di Sunda itu kan misalnya papais.

Baehaki pun mengaku bersyukur berada di tengah keanekaragaman bahasa dan budaya. Selama ini pun meski berbeda dengan Sunda, namun tidak pernah ada kesenjangan. Pemerintah Kabupaten Ciamis pun tetap memperlakukan sama dengan daerah lainnya, seperti pembangunan dan hal lainnya.

Sementara itu,. Jumari, warga Dusun Panghawuran, Desa Sindangsari, Kecamatan Banjarsari, mengatakan hampir semua desa di Kecamatan Banjarsari ada warga yang menggunakan bahasa Jawa. Meski pun tidak sedikit warga yang biasa berbahasa Sunda.

"Memang ini dari keturunan, orang tua memang dari keturunan Kebumen. Di rumah sehari-hari bahasa Jawa, tapi kalau ke daerah lain di Ciamis ya tetap pakai bahasa Sunda, menyesuaikan," ucapnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads