Sisi Lain Kampung Wisata Braga di Pameran Seni ArtBraga: Culture

Sisi Lain Kampung Wisata Braga di Pameran Seni ArtBraga: Culture

Sudirman Wamad - detikJabar
Senin, 19 Des 2022 00:30 WIB
Seni rupa yang menampilkan susunan kayu menyerupai rumah. Karya seni ini berbahan kayu dan warna-warni dalam ArtBraga:Urban Culture
Seni rupa yang menampilkan susunan kayu menyerupai rumah. Karya seni ini berbahan kayu dan warna-warni dalam ArtBraga:Urban Culture (Foto: Sudirman Wamad/ detikJabar)
Bandung -

Wajah Kampung Wisata Braga, tepatnya di RW 08 Kelurahan Braga Kota Bandung, adalah sisi lain dari keramaian yang ada di Jalan Braga. Jalan bersejarah yang menjadi primadona Kota Bandung.

Kampung Braga menyimpan banyak cerita. Perjuangan hidup masyarakat yang berupaya agar bisa mencari cuan dari ramainya Braga. Hingga mereka yang berjuang untuk bisa hidup di tengah himpitan segala persoalan perkotaan.

Secuil kisah tentang perjuangan hidup warga Kampung Braga ini terpampang dalam pameran seni bertajuk 'ArtBraga:Urban Culture' di Gedung Gas Negara, Jalan Braga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbagai karya seniman tampil dalam pameran yang digelar pada tanggal 10 hingga 18 Desember 2022 itu. Salah satunya adalah karya Gerbong Bawa Tanah yang berkolaborasi dengan anak-anak di RW 08 Kampung Braga. Monumen Imagi Kampung Kota, karya seni yang dibuat oleh Gerbong Bawah Tanah dan anak-anak Kampung Braga.

Seni rupa yang menampilkan susunan kayu menyerupai rumah. Karya seni ini berbahan kayu dan warna-warni.

ADVERTISEMENT

Dalam data pameran ArtBraga:Urban Culture, komunitas Gerbong Bawah Tanah berkolaborasi dengan anak-anak mengusung konsep persoalan hunian yang pernah ada di RW 08 Kampung Braga. Karya seni berupa monumen itu sebagai bentuk konstruksi imaji kolektif, dan harapan mewakili warga Kota Bandung yang juga nasibnya sama dengan warga Braga. Warga yang tidak punya tempat hunian, akibat persoalan agraria.

Problem kewargaan tersebut, tidak lain karena dampak dari dinamisasinya kawasan Jalan Braga, sebagai ruang publik yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara pragmatis terus berkembang.

Manajer Program ArtBraga Tata selama ini masih banyak persoalan yang dialami warga Kampung Braga, seperti masalah lingkungan dan sosial. Ia menjelaskan Gerbong Bawa Tanah dan anak-anak Kampung Braga melalui karyanya ingin menunjukkan tentang keresahan.

"Monumen karya anak Braga dan komunitas Gerbong Bawah Tanah itu adalah soal pembongkaran rumah. Mereka melalui karyanya berharap bisa punya rumah sendiri," kata Tata saat berbincang dengan detikJabar di Jalan Braga, Minggu (18/12/2022).

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2022/12/18/seni-rupa-yang-menampilkan-susunan-kayu-menyerupai-rumah-karya-seni-ini-berbahan-kayu-dan-warna-warni-dalam-artbragaurban-cult-1_169.jpeg?w=620

Tata yang juga warga Kampung Braga itu mengatakan Kampung Wisata Braga yang telah dipatenkan Pemkot Bandung ternyata tak menjawab kekhawatiran warga. Sebab, kampung wisata tak memiliki progres berarti bagi pemberdayaan masyarakat Kampung Braga.

"Ternyata tidak ada proses pembelajaran buat masyarakat. Program untuk bagaimana mengedukasi masyarakat, bagaimana kampung wisata ini ke depannya. Ternyata masyarakat tidak siap. Belum diedukasi pemerintah.

Tumbuhkan Kreativitas

ArtBraga tanpa gandengan tangan Pemkot Bandung berupaya menumbuhkan kreativitas warga Braga, kampung yang dicap oleh pemerintah sebagai kampung kreatif. ArtBraga mencoba mengedukasi warga untuk bisa terus kreatif.

"Kita ke sana (Kampung Braga) bukan menyoroti konflik agraria, melainkan mengedukasi anak-anak. Akhirnya membuat monumen," kata kurator pameran ArtBraga;Urban Culture Rahmat Jabaril kepada detikJabar.

Rahmat mengatakan anak-anak di Kampung Braga menceritakan memori tentang penggusuran rumah. Memori kolektif itu kemudian dihimpun dan dibuatlah karya seni berupa monumen yang ditampilkan di pameran.

"Monumen ini sebetulnya tidak hanya kritik untuk kawasan Braga. Tapi, Gerbong Bawah Tanah dan anak-anak Kampung Braga menunjukkan imej bahwa kampung kota di Bandung itu punya nilai yang sangat urgent. Karena, ruhnya Kota Bandung adalah kampung-kampung kota," kata Rahmat.

"Yang menghidupkan Kota Bandung itu adalah kampung-kampung kota. Sosiologi masyarakat di situ ada, hingga lahirnya kreativitas itu dari kampung-kampung," kata Rahmat yang juga pengurus Dewa Kesenian Kota Bandung itu.

Rahmat juga mengaku kaget tentang kondisi Kampung Braga yang diberi embel-embel kampung wisata kreatif. Menurutnya, belum ada kreativitas yang muncul secara kolektif di Kampung Braga.

"Tidak ada. Apa yang kreatif tidak ada? Itu semacam mereka jadi di branding pemkot, sebagai destinasi wisata kratif.Nyatanya, masyarakat tidak mendapatkan edukasi. Ada program program co-working space, tapi tidak ada pendampingan yang serius," ucap Rahmat.

Seniman Bandung ini menilai mural di Braga sudah tak sedap dipandang. Kondisinya sudah rusak dan tak terawat.

(sud/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads