Bahasa Sunda memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya. Keunikan ini bukan hanya dari logat atau bunyi katanya saja, namun kosakatanya juga beragam, bahkan untuk menyebut satu keadaan atau benda.
Misalnya saja, di Bahasa Sunda untuk menyebut jatuh, ada macam-macam istilahnya tergantung dengan kondisinya. Berbeda proses dan kondisi jatuhnya maka bisa berbeda sebutannya.
Padahal di dalam Bahasa Indonesia jatuh biasa dipakai untuk menyebut suatu gerakan turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi. Kondisi jatuh karena tersandung batu, jatuh karena jalan licin atau jatuh masuk ke dalam lubang sama-sama disebut jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan bahasa Sunda dimana kondisi-kondisi jatuh memiliki sebutan atau yang berbeda. Contoh, jatuh karena terpeleset disebut tisoledat sementara jatuh ke dalam lubang disebut tigebrus.
Keunikan ini menjadikan bahasa Sunda jadi menarik karena variasi katanya yang beragam.
Ketua Kelompok Studi Budaya (KSB) Sunda 'Rawayan', Agustin Purnawan menjelaskan, di dalam bahasa Sunda struktur kalimatnya dikenal istilah 'kecap anteuran'. Satu kata yg tidak memiliki arti mandiri, dan hanya melekat pada kata kerja yg diikutinya. Kecap anteuran ini seperti menirukan bunyi kata kerja yang diikutinya (imajinatif).
Contoh: berebet lumpat, jut turun, térékél naék dan sebagainya.
Demikian juga dalam penyebutan jenis-jenis jatuh. Tiruan bunyi (imajinatif) dan adegan atau posisi jatuh itulah yang akhirnya dipakai.
Berikut ini daftar istilah jatuh dalam Bahasa Sunda yang perlu kamu tahu :
- Tikusruk : badan jatuh ke arah depan atau tersungkur.
- Tijengkang : adan jatuh ke arah belakang.
- Tikosewad : jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.
- Tijungkel / ngajungkel : jatuh sampai terlempar
- Ngagolosor / Tigolosor : jatuh meluncur
- Tigebrus : jatuh ke dalam lobang
- Tiseureuleu : jatuh terpeleset
- Tigedebru : jatuh badan seutuhnya
- Tigubrag / ngabugrak : jatuh terguling
- Ticengklak : jatuh hingga membuat sakit pada syaraf atau otot
- Tigejebur / tigujubar : jatuh ke kolam
- Tisoledat : jatuh terpeleset karena licin
- Morosot : jatuh tanpa ada yang menahan
- Tigorolong / ngagorolong : jatuh menggelinding
- Tikucuprak : jatuh ke genangan air
- Tigulitik : jatuh berguling
- Tigatruk : jatuh tersandung
- Tigurawil : sempat berpegangan sebelum akhirnya jatuh
- Tigolepak : jatuh sampai tergelatak atau terkapar
- Ngagulutuk : jatuh terguling-guling
- Tijalikeuh : jatuh tersandung, biasanya oleh kaki sendiri
- Tijungkel : jatuh terjungkal
- Tijungkir : jatuh terjungkir
- Tikudawet : jatuh karena menginjak sesuatu, seperti celana atau rok sendiri.
- Titiliktikan : jatuh karena jalan tak stabil, biasanya untuk anak-anak yang sedang belajar jalan.
- Titotolonjong : Sebelum jatuh masih sempat menyeimbangkan diri, dengan melangkah atau berlari kecil.
- Tisorodot : jatuh lalu merosot.
- Tigorobas : jatuh hingga meninggalkan jejak
- Titajong : jatuh karena kaki terantuk oleh benda lain
- Tiguling : jatuh berguling
Sebutan atau istilah jatuh dalam bahasa Sunda ini menjadi nilai-nilak kearifan lokal yang tidak bisa ditemukan di daerah lainnya. Saking banyaknya kosakata jatuh ini, orang Sunda sendiri sering tertukar dalam menyebut kondisi jatuh.
(tey/tey)