Logo peringatan HUT 21 tahun Kota Tasikmalaya menuai pro kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Bentuk atau desain logo peringatan ulang tahun Kota Tasikmalaya ini memang tak lazim, karena desainnya merupakan lukisan. Penilaian subjektif berupa bagus dan jelek, pantas dan tidak pantas mewarnai pro kontra tersebut.
Pembuat logo tersebut adalah Rukmini Affandi, yang merupakan istri dari Wali Kota Tasikmalaya M Yusuf. Rukmini juga merupakan seorang pelukis dan anak perempuan dari maestro lukis Indonesia, Affandi.
"Tidak masalah jadi pro kontra. Ini justru bagus, artinya masyarakat punya kreativitas dan kepedulian," kata Rukmini usai acara diskusi membahas logo tersebut di aula pusat promosi kerajinan Tasikmalaya, Sabtu (8/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendapat penilaian bagus atau tidak bagus, menurut Rukmini adalah hal biasa bagi pelukis seperti dirinya. "Tiap orang punya sense of art, punya rasa. Bagus untuk siapa? jelek untuk siapa?. Saya hargai dan jadi bahan introspeksi bagi saya pribadi sebagai pelukis, bahwa jangan gegabah membuat logo," kata Rukmini.
Namun demikian Rukmini juga memaparkan kisah di balik pembuatan logo yang terpaksa dilakukan oleh dirinya sendiri. Hal itu berawal dari tidak dianggarkannya dana untuk peringatan HUT ke 21 Kota Tasikmalaya.
"Asumsi ketika membuat anggaran kan masih suasana pandemi COVID-19. Ternyata sekarang sudah landai dan ingin memeriahkan dengan berbagai kegiatan dan kemeriahan," kata Rukmini.
Minimnya anggaran juga membuat proses pembuatan logo yang biasanya dilakukan melalui sayembara atau dikonsep dengan persiapan yang matang dilakukan secara dadakan.
"Oleh panitia peringatan HUT 21 Kota Tasikmalaya saya diminta membuatkan logo. Selain karena minim anggaran, panitia juga menyebut ingin momen ini menjadi kenang-kenangan karena sebentar lagi masa jabatan suami saya segera berakhir. Diminta seperti itu, bagaimana saya bisa menolak, akhirnya saya sanggupi," papar Rukmini.
Proses kreatif pun dimulai. Rukmini mengakui ini adalah pengalamannya membuat logo. Proses kreatif yang dia lakoni membutuhkan waktu sekitar seminggu.
"Saya coba buat di kertas gambar pakai spidol tapi tak dapat. Saya tak terbiasa. Panitia terus menagih sementara saya hendak berangkat umroh," kata Rukmini.
Akhirnya dia kembali kepada jati dirinya sebagai seorang pelukis. Dia membawa kanvas dan langsung melukiskan apa yang ada di benaknya. Jadilah desain dengan warna dominan kuning dengan gambar payung yang cukup banyak.
"Mengapa payung karena payung adalah produk khas Tasik yang sedang diupayakan dihidupkan kembali," kata Rukmini.
Terkait warna kuning yang kemudian dikaitkan dengan warna Partai Golkar, Rukmini membantah. "Silahkan lihat karya saya yang lain, atau lihat ke museum Affandi di Jogja. Kuning selalu jadi warna primer, kami sekeluarga menyukai warna itu dalam lukisan. Soal warna itu tidak ada kaitan dengan politik," kata Rukmini.
Sebagai seorang pelukis, karya Rukmini sudah tak diragukan lagi. Karya-karyanya selalu memikat pandangan. Rukmini juga memiliki ciri khas yakni melukis tidak menggunakan kuas. Tapi dari tube cat langsung ditorehkan ke kanvas. "Kuas dipakai untuk merapikan saja," kata Rukmini.
Kebiasaan lainnya adalah dia selalu melukis di depan objek lukisannya. Dia dapat dikatakan jarang melukis di studio atau di rumah. "Ya saya memang biasanya langsung on the spot," kata Rukmini.
Sampai saat ini dia mengaku sudah membuat lebih dari 300 karya lukisan, baik yang sudah terjual maupun yang masih menjadi koleksinya.
"Lebih dari 300 lukisan, kalau yang sudah terjual saya buatkan sertifikat. Tapi itu belum termasuk yang tak tercatat. Tidak tercatat itu biasanya karena ketika saya melukis di lokasi, sudah langsung terjual. Biasanya itu lupa saya catat," kata Rukmini.
Sebagai seorang pelukis, Rukmini juga memiliki satu lukisan yang menjadi masterpiece karya-karyanya. Lukisan itu adalah lukisan wajah Affandi ayahnya.
"Masterpiece ada di Jogja disimpan di museum. Itu lukisan wajah ayah saya, kemudian di sekelilingnya dilukisankan pula aktivitas keseharian beliau. Kanvasnya berukuran besar," kata Rukmini.
(dir/dir)