Sunda merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Namun sebarannya hanya terlokalisir di wilayah Provinsi Jawa Barat meskipun orang-orangnya banyak yang juga merantau ke daerah lain bahkan ke luar negeri.
Sebagai salah satu suku terbesar di tanah air, Sunda memiliki beragam adat dan budaya yang menarik untuk didalami dan diaktualisasi. Hal itu lah yang nampaknya sedang dilakukan oleh Fabiola Elizabeth, seorang bule asal Jerman yang jatuh cinta dengan budaya dan kesenian Sunda.
Buktinya, wanita berusia 26 tahun itu bisa berbahasa sunda meskipun masih belum fasih. Ia juga amat menyukai kesenian domba garut yang jarang disukai oleh anak-anak muda zaman sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedepannya sih aku pengin banget belajar silat, jadi kayak kebetulan dalam waktu dekat ini aku mau ke Garut, pengin diajarin silat juga gitu. Atau mungkin ada tarian seperti jaipong atau tarian lainnya," ucap Fabiola kepada detikjabar belum lama ini.
Sebagai seorang bule yang boleh dibilang juga masih terkategorikan sebagai generasi muda, ia mengakui generasi muda di Indonesia, termasuk di Jawa Barat, banyak yang sudah meninggalkan dan tak mau melestarikan budaya serta kesenian Sunda.
"Menurut aku sebenarnya budaya daerah manapun itu penting banget dilestarikan karena kalau nggak ada yang meneruskan nantinya mati. Harapan aku untuk kedepannya generasi mudanya, bukan cuman Jawa Barat tapi Indonesia bisa lebih banyak yang pengin belajar lagi budaya dan kesenian daerah," kata Fabiola.
Ia juga menggarisbawahi agar tak perlu gengsi melestarikan budaya dan kesenian daerah. Tak perlu malu dibilang tidak gaul, namun tak menyesal karena bisa mempertahankan keberlangsungan budaya dan kesenian tradisional Indonesia.
"Nggak usah gengsi karena ini khazanah kekayaan Indonesia. Kalau kamu bisa menyampaikan budaya kamu begini-begini, artinya kamu punya kekayaan dan bakat sendiri gitu. Jadi enggak usah gengsi sebenernya justru malah keren gitu," tutur Fabiola.
Fabiola punya bukti. Sebagai bule Jerman, ia menyukai domba garut bahkan memiliki beberapa ekor domba yang harganya mahal itu. Ia juga senang berinteraksi menggunakan bahasa sunda meskipun yang digunakan bukan bahasa sunda halus.
"Jadi aku belajar bahasa sunda itu dari teman-teman tongkrongan, mereka ngobrol ya pakai bahasa sunda. Cuma memang yang diajarkannya masih sunda kasar, kalau sunda halus agak susah juga belajarnya. Tapi aku mau terus belajar," cerita Fabiola.
(mso/mso)