Kenalan dengan Fabiola Elizabeth, Bule Jerman yang Cinta Budaya Sunda

Neng Bule

Kenalan dengan Fabiola Elizabeth, Bule Jerman yang Cinta Budaya Sunda

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 03 Sep 2022 06:45 WIB
Fabiola Elizabeth
Fabiola Elizabeth (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung Barat -

Fabiola Elizabeth, nama yang asing di telinga karena ia memang bukan artis maupun pejabat. Ia hanya satu dari sekian banyak bule yang datang hingga akhirnya betah tinggal lama di Indonesia.

Fabiola merupakan seorang warga negara Jerman yang sudah lama tinggal di Indonesia. Ia bahkan tak ingat betul sejak kapan bermukim di tanah air, tepatnya di Bandung meskipun saat ini ia pindah ke Bali sejak setahun belakangan.

Secara fisik tak ada yang bakal menyangkal jika Fabiola memang bule. Kulitnya yang putih, hidung mancung, rambutnya yang agak pirang, pun dengan karakter wajahnya yang sama sekali tak menggambarkan orang Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, jika berbicara soal rasa cinta pada budaya lokal Indonesia terutama budaya Sunda, mungkin sebagian orang Sunda perlu belajar lagi pada Fabiola. Sebagai seorang warga negara asing, wanita 26 tahun itu boleh dibilang lebih Sunda ketimbang anak muda Sunda seusianya.

Alasannya karena Fabiola bisa berbahasa Sunda meskipun baru beberapa tahun belajar bahasa orang Jawa Barat. Ia juga dikenal amat menyukai kesenian domba garut yang jarang disukai oleh anak-anak muda zaman sekarang.

ADVERTISEMENT

"Aku masih belajar bahasa Sunda, karena aku kan belajar bahasa Sunda itu dari tongkrongan dan pergaulan. Jadi yang diajarinnya itu Sunda kasar. Makanya sekarang aku masih belajar bahasa Sunda yang lebih halus," ujar Fabiola kepada detikJabar di padepokan Domba Garut Kota Bandung, Cihanjuang, Bandung Barat belum lama ini.

Tuturan bahasa Sunda yang keluar dari mulut Fabiola bisa dilihat di kanal YouTube Mysterium Official miliknya bersama seorang teman pria yang kini memiliki 38,7 ribu pengikut. Supaya terlihat Sunda banget, Fabiola yang dipanggil Neng Bule itu juga mengenakan pakaian pangsi serba hitam ditambah ikat kepala khas Sunda.

Percaya atau tidak, meskipun lebih sering berbincang menggunakan bahasa Indonesia dengan lawan bicaranya, warna aksen Jerman sebagai daerah asal Neng Bule sama sekali sudah tak terasa. Namun ia tak mau dianggap sudah fasih bertutur bahasa Sunda karena masih dalam tahap belajar.

"Fluent (fasih) belum tentunya, karena kalau ngomong Sunda masih agak gagap juga. Masih mikir kalau ngomong kata ini bahasaSundanya tuh apa ya yang benar karena kan akutaunya yang kasar. Kalau bahasa Indonesia sudah lancar," ucap Neng Bule.

Awal Belajar Bahasa Sunda dan Segala Kesulitannya

Tak disangka ternyata seorang bule cantik asal Jerman, di usianya yang masih muda juga, justru mencintai budaya dan bahasan sunda. Padahal tak jarang anak seusianya enggan berbicara bahasa Sunda dengan sesama bahkan banyak yang tak menguasai bahasa sunda.

Neng bule berkisah awal mula ia bisa mempelajari bahasa sunda karena lingkungan pergaulan. Ia sendiri banyak bergaul dengan teman-temannya yang kebetulan berkomunikasi menggunakan bahasa sunda namun kasar.

"Aku belajar bahasa sunda itu dari tongkrongan dan pergaulan. Jadi sering dengar mereka ngobrol nah dari situ aku belajar. Untuk guru khusus juga nggak ada, jadi aku pure bisa bahasa Sunda itu dari pergaulan," ucap Neng Bule.

Ia sendiri mengakui jika bahasa Sunda memang cukup sulit dipelajari. Apalagi untuk bahasa Sunda halus yang biasa digunakan pada lawan bicara dengan usia yang lebih tua dibanding kita.

"Lumayan sulit soalnya yang sering aku pakai itu yang kasar. Kalau Sunda lemes (halus) itu jarang banget aku pakai, lagian memang jarang yang pakai kecuali ke orang yang lebih tua. Sedangkan aku di tongkrongan dengan sebaya semua jadi Sunda kasar yang dipakai," kata Neng Bule.

Proses belajar bahasa Sunda halus terbantu dengan beragam aktivitas ngonten yang dijalaninya bersama komunitas domba garut. Kebanyakan memang pelakunya yakni orang-orang yang sudah sepuh.

"Kebetulan ada juga ajarin dari komunitas domba garut, kebanyakan mereka sepuh dan bahasa Sundanya lemes. Jadi setiap ketemu mereka aku belajar, sekaligus minta maaf juga kalau bahasa Sunda aku kasar. Tapi mereka memang maklum karena bahasa Sunda bukan mother tongue aku," tutur Neng Bule.

Tapi ia bertekad supaya bisa mempelajari bahasa Sunda lemes sampai fasih agar komunikasi dengan orang yang lebih tua bisa terjalin dengan baik.

"Makanya sekarang aku lagi struggling nih belajar Sunda lemes, susah banget. Tapi lumayan lah, kalau ada yang salah suka dibetulkan sama teman-teman," ujar Neng Bule.

(mso/mso)


Hide Ads