Mengenal Kampung Cikondang yang Pertahankan Kearifan Lokal di Era Modern

Kabupaten Bandung

Mengenal Kampung Cikondang yang Pertahankan Kearifan Lokal di Era Modern

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 09 Agu 2022 06:07 WIB
Suasana di Kampung Cikondang Kabupaten Bandung
Suasana di Kampung Cikondang Kabupaten Bandung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Rumah Adat Cikondang terletak di Kampung Cikondang, Kelurahan Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Kampung adat tersebut telah ada sejak abad ke 17 silam.

Meski di tengah gempuran modernitas, hingga saat ini kampung Cikondang tetap mempertahankan kearifan lokal.Hal tersebut guna mempertahankan nilai-nilai luhur kehidupan yang diwariskan oleh para pendahulunya.

Pinisepuh Kampung Adat Cikondang, Abah Ilin Dasyah (87) mengatakan kampung tersebut berasal dari seorang wali yang menyebarkan agama islam ke daerah tersebut. Dalam penyebarannya sang wali diketahui menyebarkan agamanya dengan menyusuri hutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Latar belakang rumah adat Cikondang dulu-dulunya adalah masyarakat human nomaden, membuka hutan dari Maruyung hanya sampai di sini, ada tarik kolot. Jadi tarik kolot itu hanya sampai di sini, itu asal muasalnya dari Cirebon, namanya uyut istri dan uyut pameget," ujar Ilin saat ditemui detikJabar, Senin (8/8/2022).

Kemudian pada tahun 1942 silam, Belanda membumi hanguskan Kampung Cikondang. Alhasil perkampungan tersebut langsung hancur dan menyisakan satu rumah dan saat ini dijadikan sebagai rumah adat penduduk sekitar.

ADVERTISEMENT

Rumah adat tersebut bernama julang ngapak, dengan desain minimalis dan mengandung banyak arti. Salah satu pesan filosofis dari rumah tersebut adalah memiliki satu pintu, dengan arti satu kepercayaan hanya kepada Allah SWT.

"Dengan memiliki panjang bangunan 12 meter, yang memiliki arti 12 bulan. Lebar delapan meter, yang artinya sewindu delapan tahun. Jendela ada lima, yang artinya rukun islam. Pentilasi jendela ada sembilan, itu adalah penyebaran islamnya dari sembilan walisongo, salah satunya dari Syekh Syarif Hidayatulloh Cirebon," katanya.

Kegiatan ritual utama di rumah adat Cikondang dilakukan pada setiap tanggal 15 Muharram. Hal tersebut adalah sebagai awal tahun untuk pembersihan dari marabahaya atau bencana, dan sebagai ucapan rasa syukur telah diberikan rahmat dan hidayah.

"Jadi pada tanggal hari H nya 15 muharam itu, sebelumnya dari 1 muharam pun ibu-ibu sudah melakukan tradisi seperti numbuk padi, padi huma, padi sawah, padi urut, padi kentang. Nanti tanggal 15 itu ada nasi tumpeng, nasi kuning, nasi tumpeng padi huma, tumpeng padi sawah, tumpeng padi kentang," jelasnya.

"Pada 15 muharam itu para teman-teman kebudayaan suka hadir, beberapa pejabat pemerintah kabupaten pun suka hadir, karena ini dilindungi oleh kebudayaan. Tanggal 15 muharam itu kompak, mulai dari masyarakat, untuk menyajikan makanan tersebut. Itu ritualnya di rumah adat. Jadi itu adalah kegiatan ucapan rasa syukur, terus silaturahmi keluarga mama sepuh. Jadi wuku tahun itu dari muharam ke muharam," tambahnya.

Jika masyarakat ingin memasuki kawasan rumah adat Cikondang, beberapa pantrangan harus dipatuhi. Jika masuk ke dalam rumah adat Cikondang harus mengutamakan kaki kanan terlebih dahulu, kemudian kemudian keluar dengan melangkahkan kaki kiri. Tidak lupa juga salam dan basmalah sebelum masuk ke kawasan rumah adat Cikondang. Kemudian bagi perempuan yang mengalami menstruasi tidak boleh memasuki wilayah kawasan runah adat Cikondang.

Ilin menambahkan terdapat hari-hari khusus jika ingin mengunjungi kampung adat Cikondang. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa masyarakat adat yang melakukan ziarah terhadap makam Eyang Istri dan Eyang Pameget.

"Larangan khusus itu ada di hari Jumat, Sabtu, dan Selasa tidak boleh masuk ke rumah adat. Jadi yang bisa itu hari Minggu, Senin, Rabu, Kamis. Jadi malah rabu (selasa) suka ada yang ziarah ke makam leluhur," tuturnya.

Pantauan detikJabar di lokasi, terlihat para masyarakat sekitar Kampung Adat Cikondang tengah mempersiapkan hasil tani jelang pelaksanaan ritual adat pada 15 Muharam. Bahkan buah-buahan seperti pisang telah disiapkan menumpuk di Bale Paseban.




(dir/dir)


Hide Ads