Kabupaten Sumedang

Cerita di Balik Pohon Hanjuang yang Sarat Nilai Sejarah

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 26 Jul 2022 06:31 WIB
Foto: Situs Pohon Hanjuang di Sumedang (Nur Azis/detikJabar).
Sumedang -

Pohon hanjuang atau disebut juga pohon andong atau pohon ti oleh banyak orang dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan.

Secara tradisi, pohon ini suka dipakai sebagai simbol pembatas lahan perkebunan atau pesawahan. Selain itu, oleh sebagian orang dipercaya sebagai sawen tulak bala atau cara tradisional untuk menolak berbagai gangguan kekuatan gaib dan wabah penyakit.

Di Kabupaten Sumedang sendiri atau tepatnya di Dusun Pangjeleran, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara, ada sebuah situs bernama situs pohon hanjuang yang usiaya telah mencapai ratusan tahun.

Pohon hanjuang tersebut konon syarat akan nilai sejarah. Pohon tersebut tumbuh dalam bangunan benteng seluas kurang lebih 4 meterx5 meter.

Namun sayangnya, pohon hanjuang yang tumbuh saat ini merupakan sisa dari akar-akar pohon hanjuang yang pernah ada.

Disebut pernah ada karena pohon hanjuang sebelumnya yang memiliki batang sebesar betis orang dewasa dengan tinggi sekitar 4 meteran telah raib dicuri orang pada sekitaran 2000-2010

"Sebelum saya jadi juru kunci di sini, dulu mah pohon hanjuang ini besar, sebesar betis. Bahkan dari jalan bisa kelihatan. Namun antara tahun 2000 sampai 2010 ke bawah ada yang ngambil dan siapa yang mengambilnya tidak ada orang yang tahu," ungkap Apun (70), juru kunci situs kepada detikjabar, Senin (25/7/2022).

Pohon hanjuang tersebut konon ditanam oleh Jaya Perkosa sebagai sebuah petanda yang ditujukan bagi Prabu Geusan Ulun yang saat itu sebagai Raja Kerajaan Sumedang Larang.

Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah tulisan prasasti di dalam situs tersebut.

"Kula Nanjeurkeun ieu tangkal hanjuang
Ciri asih ka Prabu Geusan Ulun
Meun Seug ieu tangkal hanjuang daunna subur
Ciciren kula unggul
Tapi meun seug ieu tangkal hanjuang
Layu atau perang
Ciciren kula ka soran di palagan"
±1585

"Saya menandaskan pohon hanjuang ini, sebagai tanda kasih sayang kepada Prabu Geusan Ulun
Kalau semisal pohon hanjuang ini daunnya subuh, itu pertanda saya menang.
Tapi kalau semisal pohon hanjuang ini layu atau perang, itu pertanda saya kalah di medan perang"
±1585

Menurut Apun, tulisan di atas berkaitan dengan peristiwa peperangan antara Kerajaan Sumedang Larang dengan Kasultanan Cirebon.

Saat itu, sambung Apun, Jaya Perkosa berpesan kepada Prabu Geusan Ulun jika pohon hanjuang itu tumbuh subur maka itu tandanya ia memenangkan dalam laga peperangan tersebut. Sementara jika sebaliknya maka ia menerima kekalahan.

"Makanya di sana ada tertulis kata 'kasoran', itu artinya kalah," terangnya.




(mso/mso)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork