Mitos 'Hanjuang Bodas' yang Bertuah

Unak-anik Jabar

Mitos 'Hanjuang Bodas' yang Bertuah

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Sabtu, 02 Agu 2025 09:00 WIB
Ilustrasi tanaman lidah mertua
Ilustrasi tanaman. (Foto: Getty Images/iStockphoto/SKashkin)
Jakarta -

Tanaman hanjuang (Cordyline fruticosa) di dalam kebudayaan Sunda dianggap sebagai tanaman sakral. Tanaman ini bukan sebatas hiasan, melainkan sering menjadi satu di antara syarat yang harus ada dalam kegiatan ngaruwat.

Hanjuang menjadi penghubung dari dunia manusia ke alam yang lebih halus. Peribahasa Sunda banyak yang menggunakan kata 'hanjuang'. Misalnya, 'teundeun di handeuleum sieum, tunda di hanjuang siang', dan lain sebagainya.

Sebagai tanaman keramat, perhatikanlah misalnya kawih berjudul 'Hanjuang di Kutamaya' gubahan maestro karawitan Koko Koswara atau Mang Koko (1917-1985). Kawih itu merekam bagaimana tanaman hanjuang yang kini masih ada di Kabupaten Sumedang, bisa menjadi tanda menang atau kalahnya sebuah peperangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, orang-orang di perkampungan menandai tanah di persawahan dengan menanam hanjuang sebagai tanda batas. Hanjuang juga menjadi batas antara tanah milik dengan tanah publik.

Di dalam kebudayaan Sunda, ada mitos 'Hanjuang Bodas'. Mitos ini berkembang di wilayah barat Priangan, seperti Bogor dan Sukabumi. Hanjuang Bodas atau tanaman hanjuang putih, merupakan tanaman bertuah. Tanaman itu menghantarkan kesaktian kepada orang yang memanfaatkannya. Bagaimana mitos itu? Selengkapnya simak artikel ini.

ADVERTISEMENT

Hanjuang Bodas

Tanaman hanjuang umumnya berwana hijau daunnya dan abu-abu batang tanamannya. Selain hijau, ada juga yang berdaun merah. Namun dalam mitos ini, ada hanjuang yang berwarna putih: Putih daun, putih batang, putih akarnya.

Mitos Hanjuang Bodas ini termaktub dalam naskah carita pantun Bogor 'Dadap Malang Sisi Cimandiri' yang dikumpulkan Rakean Minda Kalangan pada 1908 berdasarkan tuturan Ki Badjurambeng.

Hanjuang Bodas itu adanya di dalam hutan, di sekitar Gunung Bunder. Hanjuang itu hanya bagi orang yang 'kawenehan' (kebetulan) menemukannya. Karenanya, kadang kala ada yang melihatnya di atas batu sebesar 'leuit' (gudang padi) atau di tempat lain, seolah-olah hanjuang itu 'berpindah-pindah'.

Ciri-ciri Hanjuang Bodas

"Hanjuang bodas, ceuk anu baheula nyaraho mah, cenah memang aya. Gedena sagede indung suku; jeung jangkungna, ngan sajangkung lutung keur nangtung. Daunna ngan sahiji. Mun kembangan, ngan sahiji. Jeung mun buahan, tara leuwih ti dua bae!" tulis Rakean Minda Kalangan.

Artinya: Hanjuang putih itu, kata orang dulu yang pada tahu, memang ada. Besar (batangnya) sebesar ibu jari kaki; tingginya, sebatas tinggi seekor lutung ketika berdiri. Daunnya hanya satu. Kalau berbunga, bunganya satu. Kalau berbuah, buahnya tidak pernah lebih dari dua.

Demikian, Raken Minda Kalangan menjelaskan lebih detail alasan disebut hanjuang bodas adalah karena semua bagian dari tanaman itu berwarna putih. Dari akar hingga buahnya, putih belaka. Dalam menjelaskan ini, Rakean keluar dulu dari carita pantun yang sedang dituturkannya. Keterangan tentang hanjuang ini semacam takarir (catatan tepi), ditulis dengan hurup yang lebih kecil.

Tuah Hanjuang Bodas

Hanjuang Bodas ini bertuah, yakni dapat menghantarkan kesaktian kepada orang yang menggunakannya. Kalau akarnya dipakai untuk membalur sekujur badan, tentu tak ada satu senjata yang dapat melukai tubuh pengguna hanjuang itu. Dicaturkan pula pengguna hanjuang bodas akan mendapati dirinya panjang umur hingga ratusan tahun.

Jika yang digunakan adalah batang pohonnya, misalnya digunakan sebagai tongkat, atau dibubuhkan dengan cara diikat pada tongkat yang lebih panjang, penggunanya tentu tidak akan mendapati ada jalan yang membuatnya tersesat. Semua yang gelap terasa terang belaka. Jarak yang jauh terasa dekat saja. Dengan tongkat dari hanjuang bodas ini pula, orang bisa berjalan di dalam dan bisa menembus gunung.

Daunnya, kalau diselipkan pada kain lalu dikerudungkan ke kepala, dia akan bisa melihat kepada orang lain tanpa orang lain bisa melihat kepadanya. "Bolor kelong," kata Raken Minda Kalangan.

Buahnya, kalau dikulum di bawah lidah, tentu apa saja yang diucapkan orang yang mengulumnya pasti akan terjadi. Orang yang seperti ini akan menjadi 'pamunjungan' (orang bertuah) yang dikunjungi semua raja.

Akan tetapi, tuah Hanjuang Bodas baru bisa terasa kalau hanjuang itu sudah 'ditebus' dengan bambu haur merah dan jambu mede.

Makna Hanjuang dalam Kebudayaan Sunda

Kata 'Hanjuang' dijadikan nama daerah seperti Desa Cihanjuang di Sumedang, atau Cihanjuang di Kota Cimahi. Hanjuang juga menjadi jenama dagangan, nama penginapan, dan nama-nama lokasi wisata lainnya.

Masyarakat di Sukabumi menjadikan tanaman hanjuang sebagai media untuk menolak bala dan bencana dalam tradisi 'Sawen Tulak Bala'. Nyatanya, hanjuang memang tanaman yang dinilai sakral di Jawa Barat.

Studi berjudul 'The Socio-Cultural Values of The Lexeme Hanjuang in The Sundanese Language: A Study in Ethnolinguistics' oleh Nani Sunarni dari Universitas Padjadjaran, Bandung menjelaskan dengan detail bagaimana tanaman Hanjuang mengakar kuat dalam kebudayaan Sunda.

Di antara yang penting adalah asal kata 'Hanjuang'. Menurut Nani, Hanjuang berasal dari kata 'Hanju' yang kata tersebut bermakna 'hembusan nafas terakhir ketika seseorang melepaskan nyawa'.

"Dalam bahasa Sunda hanjuang berasal dari kata hanju atau ngarenghap (menarik nafas terakhir). Kata kerja (verba) ini dibubuhi akhiran -ang sebagai nominalisator sehingga menjadi kelas kata berkategori nomina abstrak. Menurut kamus umum basa Sunda (1985:162) hanju yaitu sudah dekat dengan melepas nyawa. Definisi tersebut dapat diinterpretasikan waktu antara..... atau batas waktu atau batas," kata Nanai dalam studinya itu.

Meski terkesan dekat dengan 'batas hidup dan mati', tetapi 'hanjuang' selalu identik dengan 'siang'. Seperti dalam ungkapan 'teundeun di hanjuang siang' (simpan yang rapi). Siang adalah kata halus dalam bahasa Sunda yang merupakan pertentangan dengan malam (peuting) yang gelap.

Apakah 'Hanjuang Bodas' yang dimitoskan itu secara makna adalah sesuatu yang terang dan menerangi lahir dan batin manusia? Bagaimana menurutmu detikers?

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads