Tradisi Unik Kampung Adat Miduana: Ke Jamban Wajib Lewat Tempat Beras

Tradisi Unik Kampung Adat Miduana: Ke Jamban Wajib Lewat Tempat Beras

Ikbal Selamet - detikJabar
Rabu, 06 Jul 2022 12:05 WIB
Potret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannya
Potret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannya (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Cianjur -

Setelah sekian lama tertutup, Kampung Adat Miduana kini akhirnya membuka diri. Sebuah kampung di pesolok Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini ternyata kaya dengan tradisi dan budaya yang terjaga di era modern ini.

Kampung Mudiana ini terletak di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul. Lokasinya jauh dari perkotaan, yakni berjarak 172 kilometer dari pusat perkotaan Cianjur.

Nama Miduana sendiri berasal dari kata Midua atau yang berarti mendua atau terbagi dua. Pengambilan nama itu didasari karena kampung ini terbagi dua yakni Cipandak hilir dan Cipandak girang yang kemudian bertemu menjadi Sungai Cipandak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi karena ada dua sungai yang menghimpit, dan pertemuannya di ujung kampung ini jadi dinamakan Miduana. Karena Miduana sungai teh pendak di kampung ieu (kedua sungai bertemu di kampung ini)," ujar Dewan Adat Kampung Mudiana, Rustiman, Selasa (5/7/2022).

Kampung ini terdiri dari 21 rumah yang dihuni oleh 21 keluarga. Rumah di kampung ini juga masih sangat tradisional berupa rumah panggung dengan dinding berupa bilik bambu.

ADVERTISEMENT

Uniknya lagi, semua rumah berbentuk sama dan memiliki kesamaan bentuk serta ciri khas. Dimana bagian pintu harus menghadap ke arah selatan.

"Masyarakat di sini tetap menjalankan ucapan dari karuhun atau leluhur. Tanpa diminta atau disuruh pun mereka sudah memegang tradisi membangun rumah dengan pintu yang mengarah ke selatan atau utara, tapi di sini semuanya menghadap selatan. Kalau ada yang tidak sesuai pun biasanya saling mengingatkan apa yang disampaikan leluhurnya jika membangun rumah," ucap dia.

Selain itu, di setiap rumah juga terdapat juga Gowah yang merupakan tempat menyimpan padi serta parukuyah atau tempat menyimpan beras.

Potret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannyaPotret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannya Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Gowah dan parukuyan itu harus dilalui jika warga kampung adat hendak ke jamban untuk sekadar mandi ataupun buang air.

"Tradisinya begitu, tidak boleh ke jamban atau toilet tanapa melalui gowah. Sampai sekarang masih dijaga tradisi atau budaya itu. Makanya warga membuat jamban selalu di arah yang nantinya akan melewati gowah," kata dia.

Warga Kampung Adat Miduana mayoritas merupakan petani, hektaran sawah di sekeliling kampung menjadi mata pencaharian utama warga. Selain petani padi, ada juga warga yang menjadi penyadap aren.

"Warga sini hidup dengan mengandalkan hasil alam, mereka bertani dan menyadap air aren untuk gula. Sebagian padi untuk dikonsumsi, dan sebagian lagi dijual," kata dia.

Tata cara menanam padi pun masih secara tradisional, bahkan ada tradisi yang tetap dipegang dan tidak boleh dilanggar saat menanam. "Pantrangan atau larangan di sini tidak boleh tanam padi dengan ketan di bagian paling atas ladang. Kalau dilanggar dipercaya akan menimbulkan penyakit. Jadi selain ada tata cara yang dilakukan secara tradisional, juga ada hal yang tidak boleh dilaggar jika bertani," jelasnya.

Dalam mengolah padi menjadi beras, warga juga masih melakukannya secara tradisional. "Warga sini masih pakai lisung dan alu untuk tumbuk padi menjadi beras," tuturnya.

Rustiman menambahkan warga Kampung Adat Mudiana yang merupakan keturunan dari Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti, tokoh pendiri kampung ini juga tetap memegang dan melestarikan kebudayaannya, seperti Dongdonan Wali Salapan, Lanjaran Tatali Paranti, Mandi Kahuripan, Opatlasan Mulud, dan berbagai kesenian buhun yang masih diajarkan ke generasi muda.

Selain itu, kesenian yang masih dipertahankan hingga saat ini seperti Wayang Gejlig, Nayuban dan Lais selain wayang golek, calung, rengkong, reog, tarawangsa, patun buhun dan lain-lain yang merupakan warisan dari para leluhurnya.

"Kebudayaan dan kesenian ini masih tejaga dan dilestarikan secara turun-temurun sampai sekarang," kata dia.

Potret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannyaPotret Kampung Adat Miduana yang masih terjaga tradisi dan kebudayaannya Foto: Ikbal Selamet/detikJabar

Ia mengungkapkan jika Kampung Adat Mudiana sempat muncul sebagai daftar Kampung Adat di Jawa Barat pada 1980, namun eksistensinya redup lantaran minimnya perhatian.

Warga juga menjadi kembali tertutup agar tidak terpengaruh kebudayaan luar yang menghilangkan tradisi yang sudah terjaga selama ini. Namun, ungkap Rustiman, kini Kampung Adat Miduana kembali terbuka dan akan ditata sebagai wisata kebudayaan.

"Kita masih tata agar menjadi tujuan wisata sejarah dan kebudayaan. Namun tetap wisatawan yang berkunjung harus mengikuti larangan atau pantangan agar kemurnian adat di sini tetap terjaga," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads