Kampung Badud Pangandaran, Jaga Seni Tradisi Menyambut Musim Padi

Jelajah Kampung Adat

Kampung Badud Pangandaran, Jaga Seni Tradisi Menyambut Musim Padi

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Senin, 13 Jun 2022 09:01 WIB
Kampung Badud Pangandaran.
Kampung Badud Pangandaran. (Foto Dokumentasi Desa Wisata Margacinta)
Pangandaran -

Kampung Badud di Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran menjadi salahsatu wilayah yang kaya akan seni dan budaya lokal.

Kampung Badud salahsatu kawasan di wilayah Margacinta yang menjadi tempat menjaga tradusu setiapkali datang musim panen padi.

Diambil dari nama keseniannya, Badud yaitu aktraksi kesenian yang memainkan alat musik dogdog dan angklung. Kesenian ini memiliki beberapa jenis kesenian, diantaranya seni musik, seni tari dan teater.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budayawan Sunda setempat Didin Jentreng mengatakan, nama Kampung Badud disebutkan sebagai tanda lahirnya kesenian daerah tertua di Pangandaran Seni Tradisional Badud.

Menurutnya kesenian Badud sudah dimainkan sejak tahun 1868an. "Sejak saat itu daerah ini memilili kesenian tradisi yang unik, biasanya dahulu dimainkan setiap menyambut musim panen padi," ucap Didin belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Namun saat ini pageleran seni Badud dimainkan setiap kali ada acara penting menyambut hari besar ataupun pagelaran seni budaya di Pangandaran.

Menurut dia, dahulu seni Badud juga menjadi salahsatu cara mengusir hama. Perihal pengusiran terhadap binatang yang dianggap mengganggu juga memfungsikan seni Badud pada saat musim penebangan pohon atau menanam benih pada satu lobang dengan iringan bacaan mantra dan doa serta berbagai sesuguhan (rujak bunga ros, rujak pisang, telur, daging mentah, gula batu, rokok cerutu, rokok bangjo, rokok (berwarna coklat masing-masing dua batang, dan lain-lain) agar diberikan kelancaran.

Pertunjukan seni Badud selalu digelar di arena-arena terbuka. Hal itu disebabkan karena fungsi komunikatif seni Badud sangat tinggi.

Kesenian ini tidak mungkin dipertunjukan tanpa kehadiran penonton karena justru makna dan kemeriahan seni Badud terletak pada interaksi antara pemain dan penonton. Penting dikemukakan bahwa bentuk pertunjukan.

Kesenian badud membutuhkan 20 orang pemain dalam sekali pentas dan semua pemainya laki-laki. Diantaranya, ada empat pemain utama yang membawa alat musik badud (dogdog). Empat pemain utama ini tampil paling pertama.

"Ada 5 pemeran beratribut bertopeng dalam aktraksi badud diantaranya lutung, kera, anjing hutan, harimau, dan babi hutan yang dibuat dengan bahan seadanya," kata Didin.

Tarian yang dilakukan menyerupai hewan-hewan menyesuaikan sesuai topeng yang dikenakan. "Dalam tampilannya rombongan badud mengiringi rombongan petani," jelasnya.

Menurut Didin penamaan Kampung Badud di Dusun Margajaya menjadikan semacam mini kampung yang menjaga nilai-nilai leluhur pendiri seni Badud.

"Melestarikan budaya ini dengan menetapkan sebuah padepokan atau kampung agar bisa tetap hidup, sehingga keaslian budaya ini tetap ada," ucapnya.

Sementara sebelum pertunjukan dilaksanakan, biasanya disiapkan sesaji untuk para karuhun (leluhur) yang telah meninggal atau roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatan serta dapat melindungi masyarakat setempat.

Sesaji, selain berupa kemenyan, juga dilengkapi rujak mawar, rujak pisang, telur, daging mentah, air kopi, gula batu, cerutu, rokok klobot, dan sebagainya.

Ketika pertunjukan akan dimulai, sesaji itu diletakkan di tengah arena. Apabila di tengah pertunjukan ada pemain yang kesurupan dan menginginkan suatu jenis makanan dari sesaji tersebut, maka mereka tinggal mengambilnya.

Keunikannya, setiap binatang yang diperankan cenderung menginginkan jenis makanan yang sesuai dengan seleranya. Misalnya, harimau akan memilih daging mentah, sedangkan barongsay (ebeg) akan memilih berbagai jenis rujak.

Warga di Kampung Badud mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani dan perkebunan.




(tey/tya)


Hide Ads