Romantika Ramdan, Wayang Golek dan Jalan Braga

Romantika Ramdan, Wayang Golek dan Jalan Braga

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 01 Jun 2022 04:00 WIB
Ramdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan Braga
Ramdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan Braga (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar)
Bandung -

Menapaki jalanan di Braga memang tak ada habisnya membuat takjub. Jalanannya yang cantik, atau bahkan melihat karya-karya yang dijual oleh para seniman.

Salah seorang pria paruh baya cukup menarik perhatian. Ia duduk tenang menjajakan dagangan wayang golek miliknya, sambil sesekali melambaikan tangan pada pejalan kaki.

Ialah Ramdan Kosasih, yang berjualan wayang golek turun temurun dari mendiang ayahnya. Rumahnya tak jauh dari Braga, ia naik motor untuk membawa tiga kotak besar puluhan wayang dan patung miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini sudah generasi ketiga, sebelumnya ayah saya kemudian kakak saya. Keduanya sudah meninggal, saya yang memutuskan untuk berjualan. Saya sudah capek berkelana," ujar Ramdan pada detikJabar, Senin (30/5/2022).

Ramdan bercerita sebelum berjualan wayang golek, masa mudanya dihabiskan sebagai seorang pemandu wisata. Ia mengaku dahulu adalah salah satu anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bandung.

ADVERTISEMENT

"Dulu sampai ke Yogyakarta, Banyuwangi, Bali, pokoknya berkeliling sampai luar pulau. Kadang kangen juga dulu bisa sampai mana-mana. Udah lupa itu tahun berapa ya? Saya juga sudah lama jualan disini," kenang pria 63 tahun ini sambil melambaikan tangan pada rombongan penumpang bus bandros yang lewat menyapa.

Ramdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan BragaRamdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan Braga Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar

Rasa cintanya pada wayang golek, mengarahkan Ramdan untuk berjualan. Ia merasa wayang golek adalah bagian dari masa kecilnya. Kekeh menjajakan budaya asli Jawa Barat, meski dalam sehari belum tentu ada yang terjual.

"Sejak lahir saya dekat dengan wayang golek buatan bapak. Sekarang saya jualan, tapi santai aja. Ngejar apasih? Anak saya tiga semuanya sudah beres kuliah, baru tahun kemarin yang bungsu lulus dari kebidanan," cerita Ramdan dengan bangga.

Ia mengaku sangat senang jika bisa mengobrol dengan pejalan kaki dan menjelaskan tentang wayang golek. Meski dagangannya belum tentu dibeli, setidaknya ia berusaha memperkenalkan warisan budaya ini.

Ramdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan BragaRamdan Kosasih penjual wayang golek di Jalan Braga Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar

"Sesekali ada yang mampir, tadi pagi ada pasangan suami istri datang mampir terus ngobrol-ngobrol akhirnya beli. Paling sering turis yang beli, pernah dari Belgia beli Rama Shinta dan Semar," katanya sambil memainkan salah satu wayang.

Wayang golek dan beberapa patung yang ia jual punya harga yang variatif, yakni kisaran Rp 120.000 - Rp 1.000.000. "Harga dipengaruhi kualitas kayu yang dipakai dan tingkat kesulitan. Pakaian wayang kebanyakan menggunakan manik-manik, harus satu persatu dibuat menggunakan tangan," papar pria yang punya hobi badminton ini.

Kini, ia hanya terus berharap agar dirinya punya umur panjang untuk dapat melanjutkan kecintaannya berdagang dan memperkenalkan wayang golek.

"Saya cuma berharap yang penting saya sehat dan bisa beraktifitas. Kemarin pandemi saya berusaha jaga kesehatan juga, semoga corona cepat berlalu," kata Ramdan.

(aau/yum)


Hide Ads