Sumber mata air menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki Kabupaten Sumedang. Jika tidak dijaga secara bersama maka sumber mata air tersebut bisa saja hilang.
Beberapa sumber mata air di Kabupaten Sumedang, diantaranya mata air Sirah Cipelang, mata air Cikandung, mata air Desa Tanjungmulya dan mata air lainnya.
Dari sekian banyak sumber mata air, mata air yang akan detikJabar ulas kali ini adalah mata air yang berada di pondok pesantren Asyrofuddin yang berada di Dusun Cipicung, Desa Conggeang Wetan, Kecamatan Conggeang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan sumber mata air tersebut menambah kesan akan ketenangan suasana di pondok pesantren tersebut. Mata air itu berbentuk kolam persegi panjang dengan ukuran lebih besar dari lapangan futsal.
Airnya yang begitu jernih mengalir dari balik bebatuan di pojokan kolam. Selain digunakan oleh warga sekitar, kolam mata air tersebut digunakan juga oleh para santri untuk mandi dan sebagainya.
Warna-warni dari ikan koi dan ikan mas tampak meliuk-liuk dibalik jernihnya kandungan air disana. Mereka hilir mudik kesana kemari hingga sesekali mulutnya megap-megap mengambil udara ke permukaan air.
Generasi ke tujuh dari keturunan pendiri pondok Asyrofuddin, Ridwan Turmudzi mengatakan mata air tersebut telah ada sebelum pondok pesantren berdiri pada 1846. Mata air itu disebut mata air Cipicung.
"Pertama kakek kami ke sini, Kiai Raden Mama Asyrofuddin, itu sumber mata air sudah ada dan sampai sekarang masih ada dan masih jernih airnya," ungkap Ridwan kepada detikjabar belum lama ini.
Ridwan melanjutkan, mata air itu telah ada di atas lahan pondok pesantren Asyrofuddin yang merupakan tanah wakaf dari Bupati Sumedang kala itu, yakni Pangeran Sugih atau Suria Kusumah Adinata ( 1836-1882 ).
"Jadi dulu disini itu kan hutan dan terdapat banyak pohon-pohon besar," ujarnya.
Keberadaan mata air Cipicung di Pondok Pesantren Asyrofuddin, sangat bermanfaat bagi pemenuhan akan kebutuhan air bersih bagi warga dan para santri. Air tersebut dipergunakan secara gratis tanpa dikomersilkan.
"Air dari sini itu selain untuk santri juga untuk dialirkan ke warga di Desa Cacaban yang ada di atas, kita sedot dengan menggunakan mesin," terangnya.
Mata air Cipicung ini tidak pernah kering meski pun disaat musim kemarau. Selain itu, sebagian orang percaya bahwa kandungan airnya bisa langsung diminum dan tidak akan menimbulkan sakit perut.
"Belum terdengar cerita, santri yang minum langsung ada yang sakit perut, bahkan beberapa pengunjung yang datang ke pesantren suka bekal air dari mata air itu," tuturnya.
Keberadaan mata air Cipicung kini masih dijaga kelestariannya oleh warga lingkungan pondok pesantren dan warga di sekitarnya.
"Alhamdulillah mata air ini masih kami jaga dan masih kami rawat demi kelestariannya," pungkasnya.
(orb/tya)