Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pondok pesantren. Keberadaan dan peranannya telah ada sebelum negara Indonesia berdiri.
Seperti Pondok Pesantren Asyrofuddin yang berada di Dusun Cipicung, Desa Conggeang Wetan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. Pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Asyrofuddin tersebut telah berdiri sejak 1846 atau menjadi pondok tertua di Sumedang.
Dalam situs resminya yakni pesantrenasyrofuddin.com, pondok pesantren Asyrofuddin yang memadukan konsep pendidikan salaf dan modern ini telah mencetak ribuan alumni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pondok tersebut berdiri di atas tanah wakaf pemberian dari Bupati Sumedang kala itu, yakni Pangeran Sugih atau Suria Kusumah Adinata (1836-1882).
Dikutip dari Nina H. Lubis dalam Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat (2011), Pesantren Asyrofuddin didirikan pada tahun 1847 oleh Kiyai Asyrofudin, dari Kraton Kasepuhan Cirebon.
Ia meninggalkan Cirebon ketika terjadi perbedaan pandangan dengan ayahnya berkaitan dengan sikap politik pemerintahan Cirebon terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Kiai Asyrofuddin memilih pergi lalu berpindah-pindah dari Pongpongan, Lobikobong, Ujungjaya dan kemudian ke Cikuleu. Kemudian pada masa Bupati Sumedang dipimpin oleh Pangeran Suria Kusumah alias Pangeran Sugih (1836-1882), olehnya, kiai Asyrofuddin diminta pindah ke daerah Cipicung atau tempat dimana pondok pesantren itu berdiri saat ini.
Dari pantauan detikJabar, kawasan Pondok Pesantren Asyrofuddin terletak tidak begitu jauh dari alun-alun Kecamatan Conggeang. Pondok pesantren tersebut memiliki lahan cukup luas.
Di sana terdapat sejumlah fasilitas mulai dari masjid, gedung sekolah, asrama bagi para santri, kolam mata air, dapur umum, dan fasilitas lainnya. Meski sedikit berjarak dengan pemukiman warga namun Pesantren Asyrofuddin cukup terbuka.
Generasi ke tujuh dari keturunan Asyrofuddin, Ridwan Turmudzi mengatakan pondok pesantren Asyrofuddin dikembangkan dan dikelola oleh keluarga Asyrofuddin secara turun temurun.
Secara berurutan, lanjut Ridwan, pondok pesantren didirikan oleh Kiai Asyrofuddin, kemudian dilanjutkan oleh Kiai Abdul Hamid. Dari Kiai Abdul Hamid kemudian dilanjutkan Kiai Mas'un.
"Dari Kiai Mas'un secara berurutan dilanjutkan oleh Ukun Soleh, Ukasa Mas'un, Endang Bukhari (Alm), Anwar Sanusi, Sadad Mubarak, dan Sadad Mubarak ini yang sekarang menjadi pimpinan pondok atau merupakan anak dari almarhum Endang Bukhari," ungkapnya kepada detikjabar.
Ridwan menyebutkan, pesantren Asyrofuddin mulai membuka sekolah formal pada sekitar tahun 1965 diawali dengan setingkat tsanawiyah (SMP). Jadi selain pelajaran agama, ada juga pelajaran umumnya.
"Kita tetap mengikuti perkembangan dan tuntutan disesuaikan zaman. Jadi semaksimal mungkin baik formal dan non formal terus kita pacu," terangnya.
Adapun untuk pelajaran agamanya, di pesantren ini dipelajari mulai dari membaca Alquran beserta terjemahannya serta mempelajari kitab-kitab seperti Sakinah, Jurumiah, Imriti, Alfiah, Al-hikam dan lain sebagainya.
"Pesantren kita tidak fanatik golongan (atau mazhab tertentu) semua kita kaji," ujarnya.
Ridwan mengatakan kegiatan para santri selama Ramadan lebih kepada tahfiz Alquran dan belajar kitab.
"Nah tahfiz Quran dan kitab ini disesuaikan dengan tingkatannya, ada yang hanya setoran juz amma, ada juga yang setoran membaca kitab, pokoknya selama Ramadan kita fokus di dua itu," terangnya.
Dari semua itu, sambung Ridwan, pelajaran pertama yang diterapkan kepada para santri adalah soal akhlak.
"Di sini itu adab menjadi pelajaran pertama, jadi meski Kita paham apapun kalau tidak dibarengi dengan akhlak maka tidaklah sempurna, jadi kami menomor satukan soal akhlak. Jadi kalau semisal ilmu didapat maka pengamalan akhlaknya harus lebih baik lagi," terangnya.
Ridwan menyebutkan, jumlah santri saat ini ada sekitar 700 santri dimana sebagiannya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Santri tersebut mulai dari tingkat tsanawiyah hingga perguruan tinggi.
"Khusus perguruan tinggi kita masih nginduk ke Universitas Sebelas April, jadi kita melakukan kerjasama dengan universitas Sebelas April dan untuk madrasah ibtidaiyah (setingkat SD) saat ini sedang dibangun di atas," terangnya.
Ia berharap para santri yang telah mendapatkan pendidikan di pondok pesantren Asyrofuddin dapat mengamalkan ilmunya.
"Semoga santri bisa mengamalkan ilmunya selama mondok disini sebagaimana sesuai dengan manhaj Asyrofuddin yakni ahlussunnah wal jamaah yang bermanfaat bagi umat," pungkasnya.
(mso/bbn)