Melihat Situs Makom Eyang Cikundul yang Tanah-Airnya Dibawa ke IKN

Kota Sukabumi

Melihat Situs Makom Eyang Cikundul yang Tanah-Airnya Dibawa ke IKN

Siti Fatimah - detikJabar
Rabu, 16 Mar 2022 08:22 WIB
Makom Eyang Cikundung, Kota Sukabumi.
Makom Eyang Cikundung, Kota Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Skabumi -

Makom Eyang Dalem Suryadiningrat Aria Nudatar Sagara Herang (Eyang Cikundul) menjadi salah satu tempat pengambilan tanah dan air untuk Ibu Kota Negara (IKN). Tanah dan air itu dibawa oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk prosesi Kendi Nusantara.

Lokasi Makom Eyang Cikundul berada di Jalan Merdeka, Cikundul Hilir, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi berada dalam area berpagar. Pada bagian depan, terpasang papan penanda situs bersejarah.

Kemudian, ada beberapa anak tangga yang mengarahkan pengunjung menuju situs tersebut. Di dalamnya ada tiga buah makam yang disebut sebagai petilasan Suryadiningrat dan dua punggawanya (pengawal).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalem Cikundul merupakan sesepuh Kabupaten Cianjur. Beliaulah yang menurunkan Bupati-bupati Cianjur pada masa lampau. Eyang Dalem Suryadiningrat mempunyai nama lengkap seperti yang tertera pada papan nama makamnya yaitu Eyang Dalem Suryadiningrat Aria Nudatar Sagara Herang (Eyang Cikundul).

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare Irman Firmansyah mengatakan Makom Eyang Dalem Suryadiningrat Cikundul ini sebenarnya bukanlah kuburan tetapi petilasan. Konon, Dalem Cikundul (Ariawiratanudatar I atau Jayasasana) pada zaman dahulu sering berkunjung ke wilayah Cikundul untuk menyebarkan Islam.

ADVERTISEMENT

"Eyang Dalem ini konon punya ajian pancasona, yang orangnya bisa muncul di mana saja meski raganya di Cikalong (Cianjur). Jadi beliau pendiri Cianjur, kebetulan Suryadiningrat itu keturunannya yang menyebarkan Islam di daerah sekitaran Sukabumi," kata Irman saat diwawancarai detikJabar beberapa waktu lalu.

Dia menyebut, sekitar tahun 1650-an kemungkinan Suryadiningrat pernah tinggal sementara di Cikundul dan dibuatlah petilasan dalam bentuk makam. "Kalau zaman dulu kan petilasan dibuat bentuknya seperti kuburan padahal belum tentu itu kuburan, bisa jadi hanya petilasannya saja," ujarnya.

Dia mengungkapkan, kisah Eyang Dalem Cikundul sudah tercampur dengan mistik. Ada banyak versi yang berkembang di masyarakat. Pasalnya, makam Eyang Dalem Suryadiningrat pun ada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

"Katanya Eyang Dalem ini meninggal tahun 1533, padahal Jayasasana meninggal sekitar 1681-1691 mengingat tahun 1680 masih menghadapi balatentara Banten yang menyerang Cianjur, sedangkan 1533 adalah konon masa dakwah ayahnya (Aria Wangsa Goparana) ke Sukabumi," tuturnya.

Keterkaitannya dengan proses Kendi Nusantara, Irman mengatakan, ada semacam budaya ngaruwat lemah cai sebagai adat untuk membuka lahan baru. Lemah cai, kata dia, menjadi simbol masyarakat ekologis Sunda dengan diambil tanah dan airnya.

Air Panas Cikundul dan Makom Eyang Dalem

Dia menyebut, pada zaman dulu masyarakat percaya atas adanya Pusat Kosmos. Di Sukabumi, Gunung Gede menjadi pusat kosmos tersebut dengan sebutan janggamanik sebagai pusat pajajaran.

Orang tidak mungkin datang ke puncak Gunung Gede untuk melakukan ritual. Oleh sebab itu, biasanya diambil dari turunan peninggalan Gunung Gede seperti salah satunya di Cikundul ini dengan adanya air panas Cikundul.

"Karena sumber air panas itu kan berasal dari lahar juga sebetulnya. Ada kaitan dengan Gunung Gede jadi dimungkinkan yang biasa dibawa sebagai ritual itu ada dari pusar-pusarnya bumi. Nah pusarnya itu di masyarakat kita dianggap salah satunya air panas dan ada tokohnya yaitu Suryadiningrat yang dikeramatkan," paparnya.

(mso/bbn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads