Kawasan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang terkenal dengan sentra perajin senapan angin. Akan tetapi, sebelumnya di kawasan ini dikenal sebagai pembuat golok atau pedang terbaik pada masa kolonial Belanda. Kemasyhuran golok Cikeruh bahkan masih dapat dirasakan hingga kini.
Hal itu dapat dilihat jika detikers berselancar di internet. Dengan menggunakan kata kunci 'golok Tjikeroeh', detikers akan mendapati banyak situs luar negeri dan para kolektor dunia yang membahas tentang keunikan golok Cikeruh.
Salah satunya banyak diulas dalam sebuah kanal etnografi di situs vikingsword.com. Berbagai bentuk dan model golok Cikeruhan ditampilkan para kolektor senjata tajam di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya golok Cikeruh pada masa kolonial Belanda sekitaran 1888-1920. Di sana disebutkan bahwa bilahnya berbentuk khas Jawa dengan ukiran yang unik, namun didasarkan pada bentuk bilah berburu ala Belanda.
![]() |
Kendati demikian, pedang itu bukan salinan dari bentuk pedang Eropa. Dengan gagang tulang dan ornamen kuningan di atas dan bawah pegangan golok serta pelindung pegangan berbentuk kerang yang juga berbahan kuningan, menginterprestasikan sebuah pedang dengan nilai artistik khas Cikeruhan yang unik.
Golok atau pedang Cikeruh yang ditampilkan memiliki panjang total 41 centimeter dengan panjang bilah 29 centimeter. Bentuk gagangnya merupakan model belati pemburu atau Hirschfanger.
Golok Cikeruh juga ditampilkan dalam situs Jerman, yakni auktionen-in-heidelberg.de. Disana ditampilkan dua golok awal Cikeruh pada awal abad 20-an. Dua golok tersebut bergagang dengan bentuk kepala elang.
Pada bilah bermata tunggal golok tersebut terdapat ukiran indah. Ukiran itu salah satunya terdapat di kedua sisi ricasso atau bilah yang terdapat di dekat gagang golok. Panjang golok pertama 43 centimeter dan panjang golok kedua 35 centimeter.
![]() |
Salah seorang pegiat pusaka Sunda, Hadian Wasita Soleh menjelaskan, pandai besi asal Cikeruh sangat terkenal pada masa kolonial Belanda atau sesudahnya.
Golok atau pedang Cikeruhan sendiri, lanjut Hadian, memiliki dua gaya desain, pertama golok Cikeruh yang dipengaruhi gaya Eropa lantaran untuk memenuhi pesanan dari Pemerintah Kolonial Belanda kala itu. Kemudian, golok Cikeruh dengan desain murni dengan tema masyarakat Sunda.
"Desain pertama memiliki bilah dan sarangka (sarung golok) model gaya Eropa, gaya ini seperti tipe hunting sword (pisau berburu), pada era-era kalau di Jerman pada era 1600 sampai sekarang replikanya masih ada," papar Hadian kepada detikjabar.
Saat berbincang dengan salah seorang kolektor asal Belanda, kata Hadian, ciri tempa golok Cikeruh yang mengikuti gaya Eropa itu terlihat pada bilahnya.
Artinya, sambung Hadian, para pandai besi Cikeruh sudah mencapai sebuah tingkat keahlian yang cukup tinggi dalam seni membuat golok atau pedang.
"Jika melihat golok atau pedang gaya Cikeruhan yang memakai bentuk kerang pada hand guard-nya (tameng pegangan), itu ciri golok Cikeruh model gaya Eropa," terangnya.
"Dengan kemampuan itu, hasil produksi golok dan pedang asal Cikeruh sampai sekarang masih diperhitungkan di ranah kolektor (benda pusaka khususnya golok atau pedang)," tambahnya.
Kemudian pada medio sekitar 1870 sampai 1930, kata Hadian, terdapat juga golok dengan tanda atau simbol dari Cipacing, Cisurat, dan Cibatu. Pada medio di era tersebut, para pandai besi Cikeruh kembali membawa tema-tema model golok Sunda.
"Jadi pada era itu para pandai Cikeruh kembali membawa model dengan tema-tema golok Sunda. Seperti salah satunya golok Jambe Sapasih yang bukan meng-copy bentuk dari Eropa," ungkapnya.
Menurutnya, golok yang dibuat di era itu tidak kalah keren dengan yang dibuat sebelumnya lantaran telah terdidik dengan teknik atau kualitas setingkat dengan pedang model Eropa.
![]() |
"Golok Cikeruh sangat terkenal dengan pola ukir ala Cikeruhan pada bilahnya dan ini menjadi salah satu ciri khas dari golok Cikeruh itu sendiri," terangnya.
Namun sebagai pencinta atau kolektor benda pusaka, khususnya senjata tajam, kini ia sangat menyayangkan pandai besi Cikeruhan sudah jarang ditemui, bahkan tidak ada.
"Bagi saya sebagai pencinta benda pusaka sangat menyayangkan suatu langgam atau gaya golok Cikeruh yang sudah matang bahkan terkenal sampai keluar negeri, saat ini tidak ada penerusnya," katanya.
Ia pun berharap seni pembuatan golok Cikeruh dapat kembali dilestarikan oleh masyarakat. "Kedepan semoga ada perkumpulan yang bisa meneruskan seni pandai besi Cikeruhan ini," pungkasnya.
(ors/bbn)