Selepas makan siang, ratusan orang mendatagi Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Kota Bandung. Bukan untuk berolahraga atau menikmati udara segar di kawasan tersebut, mereka berduyun-duyun datang ke tempat tersebut untuk mencari kerja yang digelar Campus Jobfair.
Setelah memasuki pintu utama, mereka langsung berpencar ke booth-booth perusahaan yang menjadi peserta dalam Campus Jobfair tersebut. Ada yang mengisi absen yang disediakan perusahaan, berbincang dengan penjaga booth hingga berkonsultasi terkait lowongan pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekedar informasi, Campus Jobfair ini digelar selama dua hari dari Tanggal 8-9 Oktober 2025. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis.
Dari puluhan perusahaan yang ada, detikcom turut meramaikan kegiatan Campus Jobfair. Kehadiran detikcom dalam acara ini untuk membagikan berbagai informasi lowongan kerja terkini dan tips karier yang bermanfaat bagi para pengunjung.
Heru (23), salah satu warga Karawang dan merupakan lulusan perguruan tinggi swasta di Bandung itu turut mengunjungi booth detikcom. Heru sebut, banyak wawasan yang didapat setelah berkunjung ke booth detikcom.
"Banyak banget, orangnya ramah-ramah, apalagi HRD-nya hadir langsung, jadi paham terkait kisi-kisi dalam mencari kerja," ujar Heru kepada detikJabar.
Hal serupa juga dilakukan oleh Ilham (22), kedatangannya ke Campus Jobfair sama dengan yang lainya untuk mencari kerja.
"Lulus awal tahun ini,belum dapat kerja. Ini mampir dulu ke tempat detikcom, alhamdulillah banyak pencerahan," ujarnya.
"Semoga ada jodohnya dan bisa dapat kerja dalam kegiatan ini," ujarnya.
![]() |
Berbagi Ilmu Mencari Kerja
Dalam kegiatan ini, HRD detikcom Nanang Supriatna turut memberikan materi tentang sejarah detikcom hingga tata cara melamar pekerjaan. Sebelum masuk ke materi, Nanang sebutkan sejarah singkat detikcom. Menurut Nanang, detikcom ada dan mahasiswa memiliki andil terbentuknya detikcom.
"Peristiwa 1998, bantuan mahasiswa, reformasi dan perubahan tentang SIU, lahirlah detikcom, kami lahir, kami ada karena mahasiswa dan kami berhutang budi dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses reformasi," kata Nanang.
"Masa paling sulit adalah di tahun 98, krisis ekonomi, kemudahan di mana-mana, ruko-rumah dibakar, ekonomi tidak baik, pemerintah tidak baik, ditambah rasisme, di situasi sulit itu lahirlah detikcom," ujarnya.
Nanang dalam materinya menyebut, saat ini banyak gen z hingga milenial yang menjadi karyawan-karyawan di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
"Tidak selamanya soal uang, keputusan gen Z dan Milenial memilih bekerja, tapi ada hal lain, punya tujuan, perusahaan itu punya tujuan, punya kebaikan, punya peran dalam merubah kondisi yang ada termasuk memperbaiki masalah," ujarnya.
Saat mengisi materi, Nanang juga banyak berbincang dengan penunjung, salah satunya menanyakan eksistensi detikcom di tengah gempuran AI atau artificial intelligence.
Nanang menyebut detikcom terus beradaptasi, apalagi dengan kehadiran AI yang memberikan kemudahan bagi masyarakat.
"Kami tidak menampikan yang namanya teknologi, tapi berita dan konten yang kita buta, dibuat oleh manusia. Ai digunakan sebagai alat bantu, soal teknologi kita selalu beradaptasi, tapi kami pastikan, konten yang dibuat detikcom dibuat oleh manusia, dengan konten yang berkualitas, itu akan menghasilkan informasi yang berkualitas juga. Ini cara kami tetap eksis," jelasnya.
Nanang juga terima pertanyaan lainnya, salah satunya antara jurusan dan lowongan pekerjaan yang disediakan setiap perusahaan. Menurut Nanang, di detikcom salah satunya jurnalis di lapangan, tidak semuanya lulusan jurnalistik dan ada lulusan di luar itu. Menurutnya, ketika ilmunya mempuni makan akan masuk pada kriteria karyawan yang dibutuhkan detikcom.
"Pelajari posisi yang ada, buat portofolio macam-macam, tetap semangat," pungkas Nanang.
(wip/sud)