Cerita Reza, Hidup dari Jualan Kue Putu di Pangandaran

Serba-serbi Warga

Cerita Reza, Hidup dari Jualan Kue Putu di Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Minggu, 14 Sep 2025 07:00 WIB
Reza saat berjualan kue putu.
Reza saat berjualan kue putu. Foto: Aldi Nur Fadiilah
Pangandaran -

Suara peluit nyaring terdengar cukup mengenang masa kecil. Rupanya suara itu dari pedagang kue putu ayu.

Sudah hampir jarang terlihat, namun Reza (50) menjadi salah satu penjual kue putu sejak usia muda. Ia memulai dagang kue tersebut meneruskan orang tuanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah sejak 1999, Reza mengarungi jalanan nasional hingga desa-desa di wilayah Cijualng hingga Cimerak. Meskipun mengenakan sepeda motor tuanya, semangatnya tidak pernah luntur.

Makanan tradisional yang Reza jual hanya bermodalkan tepung beras dan gula merah. Ditaburi dengan kelapa parut.

ADVERTISEMENT

Pembuatan hidangan camilan itu cukup sederhana. Ia membawa satu tabung gas dan wadah untuk menanak putu di atas api. Tak perlu memakan waktu lama, putu sudah siap disajikan.

Secara tampilan putu berwarna hijau dengan gula merah lumer di dalamnya. Lalu, di bagian atasnya ditaburi kelapa parut.

Kue legendaris tersebut cukup unik saat dihidangkan. Hanya beralaskan kertas koran dan kertas nasi. Namun, saat dicoba rasanya nikmat, ada manis dan asin.

Reza mengatakan sudah hampir 25 tahun berjualan putu ayu dan hidup dari hidangan tradisional tersebut. "Sejak tahun 1999 saya jualan. Waktu itu hijrah dari Brebes ke Pangandaran," ucapnya.

Menurutnya, penghasilan jualan untuk kebutuan sehari-hari sangat cukup. "Kan saya tinggal sendiri di sini, kalau udah nabung uang terkumpul baru saya kirim ke istri dan anak di Brebes," katanya.

Harga kue putu yang disajikan Reza masih dinilai terjangkau Rp 1.000 per pis. "Murah meriah, orang sekarang paling sedikit beli Rp 5 ribu, kadang nambah," ucapnya.

Ia menceritakan sebutan kue putu yaitu singkatan dari pencari uang tenaga uap (putu). "Kan kue ini dibuatnya dari panas uap," katanya.

"Iya, kan suara ini akan diingat oleh warga yang sudah pernah membeli. Bahwa suara ini adalah khas putu ayu. Karena hanya kue putu yang mengeluarkan suara seperti peluit dari uap saat dimasak dalam bambu," jelasnya.

Selain itu, tukang kue putu juga sangat cukup mudah dikenal dengan salah satunya suara peluit yang keluar dari uap panas kompor. Tak sedikit warga yang langsung mengenali kehadiran penjual putu ayu hanya dari suara tersebut.

Reza mengatakan dalam sehari bisa menjual ratusan kue putu atau senilai dengan Rp 300-400 ribu. Bisa ditotalkan 300 pis habis, apalagi kalo sore menjelang malam wah banyak tuh," ucapnya.

Namun, Reza tidak merinci penghasilan per bulan yang didapatkan dari jualan kue puti tersebut. "Ya Alhamdulillah bisa membiaya anak sekolah sampai SMK/SMA juga sudah bersyukur," tutupnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads