Dari Selembar Uang Warna Biru, Ransel Kulit Bandung Ini Invasi Singapura

Jabar Gaskeun

Dari Selembar Uang Warna Biru, Ransel Kulit Bandung Ini Invasi Singapura

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 16 Agu 2025 11:30 WIB
Produk ransel kulit DRussa Leather Goods asal Bandung yang tembus pasar Asia.
Produk ransel kulit D'Russa Leather Goods asal Bandung yang tembus pasar Asia. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Ransel asal Bandung punya bentuk simpel, berbahan kulit dengan warna netral, cokelat tua, cokelat muda atau hitam. Modelnya casual, dengan desain minimalis bisa digunakan untuk beragam aktivitas sehari-hari, digunakan buat sekolah? Cocok, buat ke kantor? Juga cocok.

Ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Ransel asli Bandung ini memiliki ruangan yang cukup luas, bisa menyimpan laptop, gadget, id card, perlengkapan pribadi, botol minum atau wadah makanan, sepotong pakaian hingga lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ransel kulit dengan brand lokal itu memiliki merk D'Russa Leather Goods, meski namanya kekinian, ransel itu diproduksi secara rumahan di kawasan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung. Tak hanya itu, meski dibuat secara rumahan, ransel asal Pasir Impun ini laku di pasar Asia, salah satunya disukai warga Singapura dan Jepang.

"Target market kita memang ke luar negeri, pemasaran ke luar negeri belum 100 persen, negaranya Jepang dan Singapura," kata kru D'Russa Leather Goods Andri Ismoyo dijumpai dalam Road To INACRAFT Oktober 2025 Vol 4 Youthpreneur yang digelar di Ciwalk, Bandung, Jumat (15/8/2025).

ADVERTISEMENT

Dari dua negara yang disebutkan, pria berumur 32 tahun itu menyebut jika warga Singapura yang paling banyak beli produk kulit dari D'Russa Leather Goods, terutama untuk produk ransel.

"Singapura paling banyak," ujarnya.

Andri mengungkapkan D'Russa Leather Goods memproduksi beragam beragam fesyen untuk laki-laki dan aksesoris berbahan kulit seperti sabuk, tempat id card, tas dan lainnya yang berbahan baku kulit kambing dan sapi. Menurut Andri, dari sekian jenis produk yang dibuat, ransel memang paling disukai.

"Ransel, karena mungkin kalau kualitas kulit premium ransel itu sangat diminati, fesyennya beda mungkin alasan dari mereka," ungkapnya.

Menurut Andri, alasan warga luar negeri beli produk kulit dari Indonesia karena harga tidak terlalu tinggi dan kualitas berani bersaing.

"Indonesia sudah dikenal produk kulitnya, makannya buyer luar negeri ambil dari Indonesia," ujarnya.

D'Russa Leather Goods saat ini berjualan secara online di marketplace dan media sosial. Meski produknya dibuat di Bandung, offline store-nya hanya ada di Jakarta yakni di Epiwalk Epicentrum.

Berawal dari Modal Selembar Uang Berwarna Biru

Tidak ada bisnis yang langsung besar dan tidak semua bisnis besar berawal dari modal yang besar. Kalimat itu mungkin cocok dikatakan untuk perjalanan bisnis D'Russa Leather Goods.

Andri mengisahkan, awal pendirian usaha D'Russa Leather Goods tahun 2021 lalu bermodalkan uang selembar berwarna biru yang ada wajah Ir H. Djuanda Kartawidjaja, yang tak lain adalah uang Rp50 ribu.

"Awal perintisan, pure modal dari Rp50 ribu, beli kulit di Cibaduyut dibuat sarung tangan dijual Rp75, dibeliin kulit lagi, diolah lagi dijadikan sarung tangan lagi, step by step naik terus berjalan 2-3 tahun terus dan sekarang produksi semua produk," kisahnya.

Meski tak menyebutkan omzet penjualan, Andri menyebut saat ini D'Russa Leather Goods bisa buat produk berkualitas dengan harga tertinggi mencapai Rp2,5 juta.

"Harga Rp100 ribu sampai Rp2,5 juta, itu yang Rp2,5 juta travel bag, kalau ransel kisaran Rp1,5 jutaan," ujarnya.

Andri menyebutkan, pameran Road To INACRAFT Oktober 2025 Vol 4 Youthpreneur ini sangat membantu para UMKM, khususnya dalam memasarkan produk yang dibuat.

"Kita ikut ramaikan produk UMKM lokal. Pameran ini membuka akses dan menunjukkan produk yang kita buat, pameran bukan ajang untuk menaikkan omzet tapi pamerkan produk terbaik dan tentunya bisa angkat nama Kota Bandung," jelasnya.

Regional CEO Bank Mandiri Regional VI/Jawa 1, Nila Mayta Dwi Rihandjani mengatakan, pameran ini digelar untuk mendorong akselerasi pertumbuhan UMKM, terutama para perajin binaan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), agar mampu beradaptasi dengan perubahan pola transaksi masyarakat yang kini semakin digital.

"Momentum Hari Kemerdekaan menjadi pengingat pentingnya kemandirian ekonomi bangsa. Melalui Road to INACRAFT, kami berupaya agar UMKM lokal dapat naik kelas melalui digitalisasi transaksi dan perluasan akses pasar. Bersama ASEPHI, kami optimistis kolaborasi ini dapat memperkuat jejaring pelaku usaha kreatif, membuka peluang bisnis yang lebih luas, serta membangun ekosistem ekonomi kreatif yang berdaya saing," pungkasnya.

(wip/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads