Sejumlah kalangan masyarakat di Kota Tasikmalaya mengaku kondisi ekonomi saat ini sedang kurang menguntungkan. 'Usum hese duit', demikian istilah Sunda yang diutarakan warga yang berarti musim susah mendapatkan uang.
Hal ini juga selaras dengan kondisi data inflasi di Kota Tasikmalaya yang mengalami kenaikan. "Usum hese duit, makanya ada sembako murah rela antre, sambil hujan-hujanan," kata Elis (60) warga Kampung Aboh Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia adalah salah satu dari ratusan warga yang menyerbu gerakan pangan murah yang dihelat di halaman kantor Kejaksaan Negeri Kota Tasikmalaya, di Jalan Ir Djuanda, Selasa (12/8/2025).
Suami Elis adalah pengepul barang bekas keliling. Dia mengaku merasakan penurunan pendapatan dalam beberapa bulan terakhir.
"Suami saya tukang barbek (barang bekas), lagi ngeluh harga jual murah. Barang juga lagi susah. Ah lagi susah saja ekonomi," kata Elis.
Tak heran jika Elis hanya membeli beras dan telur saja di pasar murah Kejari Kota Tasikmalaya itu.
Dia mengaku tertarik belanja karena ada selisih harga yang lumayan, beras 5 kilogram dia beli Rp 50 ribu, telur sekilo seharga Rp 20 ribu.
"Ya lumayan atuh, selisihnya bisa buat jajan anak-anak," kata Elis.
Hal senada juga diutarakan Ai Ati (34) warga kampung sekitar kantor Kejari Kota Tasikmalaya.
"Suami saya kerja di distributor makanan, sama katanya omzet turun terus. Ya memang suami hanya pegawai, jadi nggak pengaruh sama gaji, tapi bonus jadi nggak ada. Nggak tahu kenapa ekonomi sulit," kata Ai.
Ai juga mengaku berbelanja mengutamakan kebutuhan pokok dulu, dia terlihat menenteng sekantung beras.
"Yang penting beras dulu, minimal kalau di rumah ada nasi, masih tenang. Lauknya gampang, apa saja jadi," kata Ai.
Kondisi serupa juga diakui Redi (45) pedagang bakso keliling. Dia mengaku dalam seminggu biasanya bisa menyimpan uang Rp 300 ribu, untuk bekal pulang kampung. Tapi akhir-akhir ini dia mengaku kesulitan.
"Biasanya saya bisa menyimpan Rp 300 ribu untuk pulang ke Gombong (Jawa Tengah), sekarang paling Rp 100 atau 150 saja. Padahal itu sudah ngirit, beli rokok juga sudah ketengan. Kadang heran dengan kondisi sekarang," kata Redi. Dia sendiri tak ikut berbelanja, namun berusaha mengais rejeki di tengah keramaian warga di halaman kantor Kejari Kota Tasikmalaya.
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi mengakui bahwa inflasi di Kota Tasikmalaya mengalami kenaikan. Merujuk data BPS, di bulan Juli 2025 terjadi inflasi sebesar 0,25 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,39.
"Sekarang inflasi memang ada kenaikan, nah gerakan pangan murah ini bagian dari upaya untuk menahan inflasi di Kota Tasikmalaya," kata Viman, yang turut hadir di acara pasar murah Kejari Kota Tasikmalaya.
Dia menambahkan penanganan inflasi dan upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat menjadi sasaran bersama. Sehingga dia mengapresiasi langkah kejaksaan yang turut membantu melaksanakan operasi pasar murah.
"Apresiasi dari kami kepada Kejari Kota Tasikmalaya. Ini wujud kerjasama lintas sektor, tentunya untuk menekan inflasi dan memastikan stok pangan di masyarakat itu ada," kata Viman.
Kepala Kejari Kota Tasikmalaya, Yusnani mengatakan selain dalam rangka HUT ke-80 RI, kegiatan pangan murah ini bagian dari pringatan hari jadi Kejaksaan.
"Intinya niat kita ingin membantu masyarakat, sekaligua menekan inflasi," kata Yusnani.
Ada 400 paket beras murah yang disediakan di acara itu, disamping telur, minyak goreng, gula dan kebutuhan pangan lainnya.
"Ada juga jajanan gratis, kalau ini gratis untuk membantu UMKM makanan. Kita borong lalu dibagikan ke masyarakat yang datang," kata Yusnani.*
(sud/sud)