Pasar Karlis Pusat Penjualan Ikan Hias Legendaris di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 18 Jul 2025 12:30 WIB
Suasana Pasar Karlis, pusat penjualan ikan hias di Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar).
Tasikmalaya -

Bagi pehobi ikan hias di Tasikmalaya, nama Pasar Karlis tentu sudah tak asing. Ini adalah kawasan khusus di Tasikmalaya yang menjadi pasar ikan.

Lokasinya berada di Jalan Pasar Baru Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

Di sini berderet belasan pedagang kaki lima (PKL) dan toko yang menjajakan aneka ikan hias dan ragam peralatan hobi ikan hias.

Meski beberapa pedagang mengaku bisnisnya sedang lesu, tapi aktivitas jual beli masih cukup ramai. Beberapa pembeli terlihat hilir mudik mengamati ikan-ikan yang dipajang.

Pasar Karlis ini cukup ikonik, karena para pembeli yang datang tak hanya berasal dari Tasikmalaya, tapi warga dari Banjar, Ciamis hingga Garut pun banyak berdatangan. Alasannya pasar ikan ini komplit dan terpusat di satu kawasan.

"Di sini lengkap, pedagangnya banyak. Di Ciamis bukan nggak ada. Ada pedagang ikan hias, tapi satu dua kalau di sini terpusat, jadi banyak pilihan," kata Jajang (30), warga Ciamis yang sedang mencari ikan jenis goldfish, Kamis (17/7/2025).

Dia mengaku akhir-akhir sedang keranjingan aquascape, hobi yang menata akuarium seperti lansekap dasar laut. Sehingga yang dia cari adalah ikan-ikan kecil berwarna-warni. "Selain ikan di sini juga ada tanaman air, saya lagi senang aquascape," kata Jajang.

Keberadaan pasar ikan hias atau Pasar Karlis ini sudah cukup lama, sudah lebih 20 tahun di kawasan ini berdenyut aktivitas ekonomi rakyat yang cukup lumayan.

"Sejak 2005 pindah ke sini, kita ini awalnya pedagang ikan konsumsi di Pasar Wetan. Karena lahannya dibangun Mayasari Plaza (mall), kita pindah ke sini," kata Solih (68) salah seorang pedagang ikan hias.

Menurut Solih awalnya pedagang ikan hias sekitar 5 orang, seiring berjalan waktu terus bertambah. Hingga kini ada sekitar 20 pedagang, baik PKL mau pun toko.

Suasana Pasar Karlis sendiri cukup khas, karena berada di kawasan pertokoan yang sudah berusia puluhan tahun. Ada suasana 90-an yang cukup kentara. Apalagi dengan adanya gedung bekas bioskop Tasik Theater. Arus kendaraan pun tak terlalu padat, sehingga para pedagang ikan hias bisa memakan badan jalan.

Para pembeli yang datang pun terlihat antusias mengamati calon-calon ikan yang akan dibelinya. Beberapa terlihat membawa anak-anaknya.

Seperti kegiatan usaha pada umumnya, bisnis ikan hias di Pasar Karlis pun penuh dinamika. Ada kalanya ramai, tapi tak jarang juga sepi.

"Terakhir merasakan marema (laris) itu pada masa pandemi Corona," kata Solih. Di masa itu, pembatasan aktivitas di luar rumah membuat banyak warga menekuni hobi memelihara ikan hias. "Ditambah lagi booming ikan channa atau ikan gabus warna," kata Solih.

Waktu itu, menurut Solih omzet usaha cukup lumayan. Bisa mencapai Rp 1 juta per hari, bahkan lebih. "Dapat sejuta dulu gampang, ikan channa itu harganya Rp 300 ribu, laku 4 ekor saja kan sudah lebih sejuta rupiah," kata Solih.

Sekarang situasi itu berubah, pasaran ikan Channa anjlok, sekarang harganya Rp 30 ribu per ekor, ukuran jempol tangan dewasa.

Solih mengaku hal itu bagian dari risiko jualan ikan hias yang tiba-tiba ramai digandrungi. Bagi Solih hal itu lumrah dalam dunia hobi ikan hias. "Makanya kami selalu menantikan adanya jenis ikan yang tiba-tiba booming, terus kita punya stoknya, lumayan hasilnya," kata Solih.

Dia menambahkan turunnya harga ikan hias yang sedang booming umumnya disebabkan oleh pasokan yang melimpah. "Biasanya akibat para pembudidaya sudah sukses "mijahkeun" (pembibitan), barang banyak ya harga turun," kata Solih.

Sejumlah pedagang lain menyebut saat ini ikan hias yang mulai banyak dicari belakangan adalah ikan siklid dan gurame Sabah atau Malaysia.

Siklid sejenis ikan mujair, tapi punya bentuk agak panjang dan warga serta coraknya beragam. Gurame Sabah pun sama, dicari karena corak dan warnanya beragam.

Terkait kondisinya saat ini sejumlah pedagang ikan hias mengaku, sedang menghadapi masa-masa sulit. Penjualan lesu, mereka menduga perekonomian masyarakat sedang tidak baik-baik saja, sehingga pengeluaran untuk hobi, seret.

"Mungkin zaman lagi susah duit, nggak tahu ke mana duit kok susah sekali. Mungkin boro-boro untuk hobi, untuk kebutuhan utama juga susah," kata Solih.

Solih mengaku, sejak awal 2025 lalu, omzet usahanya tak lebih dari Rp 500 ribu. Bahkan kemarin saat masa libur sekolah yang biasanya ramai pembeli, tetap sepi.

"Dapat Rp 300 ribu saja susah sekarang, itu omzet ya buka keuntungan. Kemarin libur sekolah biasanya ramai, nggak banyak pengaruh," kata Solih.

Para pedagang ikan hias di Pasar Karlis bertahan dengan menjual pakan serta ikan hias tertentu, yang permintaannya stabil atau ikan yang tidak musiman. Seperti ikan koki, ikan komet, ikan macan sumatera dan lain-lain.

"Tapi Insya Allah kalau hobi ikan hias mah akan terus bertahan, tak lekang waktu. Mudah-mudahan kita bisa bertahan," kata Solih.



Simak Video "Video: Kendaraan Logistik Pengangkut MBG Masuk Jurang di Tasikmalaya"

(mso/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork