Pengangguran Capai 100 Ribu Orang, Farhan Targetkan Turun Jadi 50 Ribu

Pengangguran Capai 100 Ribu Orang, Farhan Targetkan Turun Jadi 50 Ribu

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Selasa, 17 Jun 2025 12:50 WIB
Wali Kota Bandung M Farhan
Wali Kota Bandung M Farhan (Foto: Nur Khansa Ranawati/detikJabar).
Bandung -

Hingga Desember 2024, sebanyak 7,4 persen dari total penduduk di Kota Bandung yang berusia produktif tercatat tidak memiliki pekerjaan. Angka pengangguran terbuka tersebut setara dengan 100.300 orang.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kota Bandung untuk terus menekan jumlah pengangguran terbuka tiap tahunnya.

"Angka pengangguran di Kota Bandung jumlahnya itu, jumlah totalnya 100.300 orang. Ini tantangan untuk kita, mudah-mudahan dalam lima tahun ini, 100 ribu orang tersebut bisa kita kurangi secara bertahap," ungkap Farhan di sela gelaran Job Fair yang diselenggarakan Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung di Graha Manggala Siliwangi, Selasa (17/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menargetkan, tiap tahunnya sebayak 15 persen angka pengangguran terbuka di Kota Bandung bisa berkurang. Sehingga, rata-rata akan ada 15 ribu tenaga kerja baru yang terserap setiap tahun.

"Kita perkirakan turun per-tahun itu 15 persen. Maka di akhir masa jabatan yang pertama, 2025-2030, diharapkan jumlah pengangguran di kota Bandung tidak lebih dari 50 ribu," jelas Farhan.

ADVERTISEMENT

"Saya tahu itu tidak mudah sama sekali, tapi ya sedang dijalankan," tambahnya.

Penyelenggaraan event job fair, menurutnya menjadi salah satu upaya untuk mengurangi angka pengangguran terbuka. Di event kali ini, terdapat 2.600 lowongan pekerjaan yang dibuka oleh 45 perusahaan. Adapun jumlah pendaftar hingga siang hari ini telah mencapai 3.000-an orang.

"Jadi ini menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan selalu lebih sedikit daripada jumlah tenaga kerja. Ini tantangan besar buat Kota Bandung untuk bisa memenuhi penyediaan 15 ribu lapangan pekerjaan di akhir tahun 2025," paparnya.

Selain menggelar job fair, ia mengatakan, pihaknya juga akan melakukan link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Termasuk juga pelatihan sektor UMKM hingga level kecamatan.

"UMKM Center di setiap kecamatan sedang kita bangun. Kita akan manfaatkan pendirian Koperasi Merah Putih di 151 kelurahan, yang akan kita mulai resmikan bersama presiden nanti pada tanggal 12 Juli," terangnya.

Ketika disinggung soal isu bahwa job fair merupakan formalitas perusahaan untuk memenuhi tanggungjawab penyediaan tenaga kerja, Farhan membantah hal tersebut. Ia menargetkan setidaknya separuh dari pendaftar jobfair Disnaker Kota Bandung bulan ini bisa mendapat pekerjaan.

"Nggak, saya yakin ini bukan hanya formalitas. Ada 45 perusahaan, mereka anggota Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), dipastikan ada lapangan pekerjaan beneran," jelasnya.

"Target serapan sih pengennya 100 persen, tapi paling tidak 50 persennya bisa diterima. Kita bisa dapat sekitar 1.500an lah," tutupnya.

Cerita Difabel Cari Loker di Job Fair

Mirzana Abdurrahman (32) tampak berupaya merangsek keluar dari kerumunan orang yang memadati sebuah booth perusahaan di gelaran job fair Disnaker Kota Bandung di Graha Manggala Siliwangi, Selasa (17/6/2025). Dengan tongkatnya, Mirzana kemudian berjalan menyusuri booth lainnya, sesekali mengambil brosur yang ditawarkan perusahaan.

Seperti ratusan orang lainnya di tempat tersebut, Ican, sapaan akrabnya, tengah berupaya mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan. Namun, jalan Ican untuk mencari peluang sumber penghidupan agaknya lebih terjal.

Pasalnya, sebuah kecelakaan belasan tahun silam membuat salah satu kakinya tak lagi berfungsi optimal. Alhasil, ia kudu gesit bertanya tentang ketersediaan lowongan kerja khusus difabel di berbagai perusahaan peserta job fair, yang mana tak selalu ada.

"Terakhir ikut job fair itu tahun lalu, tapi belum ada panggilan," ungkap Ican.

Awal tahun 2025 menjadi saat terakhir Ican mendapatkan gaji bulanan, setelah sempat bekerja di bidang IT hingga kerja di restoran. Ia juga pernah bekerja di bidang administrasi hingga digital marketing. Di job fair kali ini, ia tengah mencari lowongan dengan deskripsi pekerjaan serupa.

"Sedang mencari pekerjaan di bidang administrasi dan mungkin digital marketing juga. Secara pribadi saya sudah cukup menguasai bidang itu, termasuk juga IT. Karena sebelumnya memang sudah bekerja profesional," paparnya.

Ia mengatakan, sejauh ini ia tak merasa ada kendala berarti selama bekerja. Hanya saja, sesekali perusahaan tempatnya bekerja merasa khawatir bila dirinya harus banyak beraktifitas fisik.

"Selama ini enggak ada masalah, mungkin lebih ke perusahaan khawatir kalau saya harus banyak naik tangga atau kerja ke lapangan gitu, dirasa perlu didampingi. Tapi kan kebanyakan kerja saya pun di dalam ruangan," jelasnya.

Ican mengatakan kendalanya untuk mencari kerja saat ini tak hanya karena keterbatasan posisi untuk difabel, namun juga faktor usia. Ia berharap para perusahaan dapat memberi kesempatan bagi difabel, termasuk juga pekerja berpengalaman, untuk memulai kembali karier mereka.

"Harapan saya sih perusahaan bisa merangkul bukan hanya angkatan kerja muda, tapi juga kami yang sudah punya pengalaman dan karena keadaan, mengalami disabilitas. Saya berharap perusahaan bisa lebih terbuka, bahwa disabilitas juga mampu kok. Kami hanya butuh kesempatan," ungkapnya.

Ia memaparkan, banyak penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan kerja tak ubahnya pekerja lain. Terlebih, saat ini telah banyak pelatihan-pelatihan khusus yang menyasar para difabel agar dapat bersaing di dunia kerja.

"Kami hanya butuh kesempatan saja kok, enggak muluk-muluk. Kami sama seperti orang lain, mungkin ada kekurangan di beberapa hal seperti fisik, tapi di bidang lainnya kami mampu. Penyandang disabilitas juga butuh bekerja," jelasnya.

Eliany Meliana (45) juga menjadi salah satu penyandang disabilitas yang tengah berjuang mencari lowongan pekerjaan di job fair hari ini. Berbeda dengan Ican, Eliany belum pernah memiliki pengalaman bekerja.

Eliany yang merupakan difabel rungu dengan tiga orang anak, tengah mencari tambahan penghidupan bagi keluarganya. Mencari kesempatan kerja yang sesuai dengan spesifikasi dan kondisinya menjadi tantangan tersendiri.

Eliany tak sendiri. Ia mengunjungi booth demi booth perusahaan didampingi oleh salah satu Pendamping Disabilitas Unit Layanan Disabilitas (ULD) Ketenagakerjaan Kota Bandung, Neti Supriati.

Neti mengatakan, untuk orang dengan disabilitas rungu, dibutuhkan pekerjaan yang tidak terlalu banyak mengharuskan mereka untuk berinteraksi langsung dengan orang, seperti misalnya front office. Pekerjaan-pekerjaan di balik layar seperti bidang administrasi adalah salah satu yang ideal.

"Harus disesuaikan dengan kebutuhan di perusahaan juga. Kalau yang dibutuhkan adalah pekerjaan yang berada di depan (berhadapan dengan orang), mungkin teman-teman disabilitas rungu tidak bisa ditempatkan di situ. Tapi bisa ditempatkan untuk bagian administrasi, pencatatan, dan sebagainya," ungkap Neti.

Menavigasi keberadaan lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penyandang disabilitas di event besar seperti job fair, Neti mengatakan, tidak bisa dibilang mudah. Pasalnya, tidak banyak perusahaan yang secara spesifik menyebutkan bahwa mereka tengah membuka rekrutmen pegawai untuk penyandang disabilitas.

Oleh karenanya, menyisir satu per satu booth yang ada menjadi satu-satunya jalan. Ia berharap, lebih banyak perusahaan yang bisa memberikan informasi mengenai pekerjaan yang tersedia dan aksesibel bagi penyandang disabilitas.

Terlebih, saat ini telah ada aturan yang mengharuskan perusahaan untuk menerima sedikitnya 2 persen pekerja penyadang disabilitas dari total jumlah pekerja yang ada.

"Jadi kesulitannya adalah mengetahui spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan, info inilah yang dibutuhkan teman-teman penyandang disabilitas. Harapan kita sih perusahaan sudah bisa memberi informasi khusus untuk kebutuhan pegawai disabilitas. Sehingga penyandang disabilitas bisa langsung menuju ke perusahaan mana saja yang cocok sesuai dengan kondisi mereka," paparnya.

Pasalnya, ia mengatakan, pelamar kerja disabilitas tak jarang membutuhkan asistensi ketika hendak mencari informasi lowongan kerja hingga melamar kerja. Sehingga, persiapan yang lebih matang diperlukan oleh pelamar agar berjalan lancar.

"Kalau untuk yang sudah berpengalaman seperti Ican mungkin akan lebih mudah, tapi untuk yang baru pertama kali, terutama yang 'gaptek', itu akan perlu pendampingan," jelas Neti.

Butuh Pengawasan

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, kendala dalam penyerapan tenaga kerja penyandang disabilitas bukanlah ketiadaan lowongan. Melainkan penyediaan situasi bekerja yang dapat mendukung penyandang disabilitas untuk terus dapat berkarier dengan langgeng.

"Tantangannya bukan penyediaan lapangan kerja untuk disabilitas, tapi adalah keberlanjutan dari disabilitas itu sendiri untuk bertahan di pekerjaan tersebut. Karena tidak mdah untuk bertahan di sebuah pekerjaan dalam keadaan disabilitas," ungkapnya.

Ia mengatakan, setelah lowongan kerja bagi difabel disediakan, pihaknya masuk perlu memantau situasi dan lingkungan tempat difabel tersebut bekerja. Apakah sarana dan prasaranya memadai atau tidak.

"Maka setelah kita buka kesempatannya, langkah berikutnya adalah memantau bagaimana lingkungan kerja dari kelompok disabilitas itu di tempat tersebut, apakah mendukung atau tidak. Nah itu yang sering kita awasi sekarang," tutupnya.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads