Melihat Pengolahan Teh Gambung di Pabrik Warisan Juragan Belanda

Melihat Pengolahan Teh Gambung di Pabrik Warisan Juragan Belanda

Yuga Hassani - detikJabar
Senin, 28 Okt 2024 10:30 WIB
Pabrik teh gambung
Pabrik teh gambung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Deru mesin terus terdengar kala mentari menyinari pada puncaknya. Sejumlah petugas terus memilah dan memeriksa teh yang baik atau tidak layak dikonsumsi.

Suasana dan udara yang sejuk tak membuat tempat pengolahan tersebut menjadi panas. Para pekerja bekerja keras untuk menghasilkan teh yang terbaik dengan citarasa Gambung.

Perkebunan teh Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu menjadi aset yang terus dijaga dan dikembangkan. Pasalnya hamparan teh tersebut telah menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selepas peninggalan Rudolf Eduard Kerkhoven, perkebunan teh tersebut langsung dikelola oleh pemerintah dengan nama Afdeling Rancabolang. Kemudian pada tahun 1973 diresmikan menjadi Balai Penelitian Teh dan Kina.

Manager Pemasaran dan Agro Wisata PPTK Gambung, Maman Sulaeman mengatakan, balai tersebut fungsinya sebagai pusat penelitian teh dan kina. Sehinga di dalam balai tersebut terdapat beberapa bidang penelitian.

ADVERTISEMENT

"Ada penelitian agronomi, ada peneliti proteksi tanaman, ada peneliti sosial ekonomi, ada juga tanah dan pemupukan, dan pengolahan hasil enginering," ujar Maman, kepada detikJabar, belum lama ini.

Pabrik teh gambungPabrik teh gambung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Menurutnya dari bidang penelitian tersebut akan menghasilkan berbagai perkembangan. Di antaranya cara budidaya, cara pengendalian hama penyakit, cara pemupukan, dan lain-lain.

"Terus juga jenis clone yang tepat untuk di tanam, sampai ke teknologi pengolahan, sama jenis-jenis pengolahan alat dan mesin dan sistem pengolahannya," katanya.

Setelah itu balai penelitian teh dan kina tersebut berganti nama menjadi Pusat Penelitian teh dan Kina pada tahun 2009. Lembaga penelitian tersebut kini dibawah naungan PT Riset Perkebunan Nusantara.

Maman mengungkapkan teh gambung terdapat dua jenis varietas, di antaranya varietas Asamika (berdaun lebar), dan varietas Sinensis (berdaun kecil).

"Varietas asamika memang itu kebanyakan dari Srilangka, India, itu dulunya karena kita kebanyakan memproduksi black tea, jadi membutuhkan jenis teh yang secara produksi banyak. Kalau untuk varietas sinensis itu dulu banyak di China, di Jepang. Nah itu biasanya di gunakan bahan baku teh spesial. Teh hijau juga kadang-kadang bagus gitu untuk pakai sinensis," jelasnya.

PPTK Gambung memiliki beberapa fasilitas. Di antaranya Lab Penelitian Ilmu Agronomi, Lab tanah dan pemupukan, Lab Proteksi Tanaman, hingga Lab teknologi hasil pertanian.

"Di mana fasilitas untuk di bidang penelitian sendiri kita ada green house, dari mulai pengamatan tanaman dan sebagainya ada pembibitan juga. Kita juga ada laboratorium tanah dan tanaman. Itu untuk menguji tanah dan tanaman teh yang memang nanti output-nya ada bisa rekomendasi pemupukan, ada juga misalkan kebutuhan kandungan apa yang terkandung senyawa kimia dalam dalam teh," ucapnya.

Menurutnya saat ini PPTK Gambung lebih banyak memproduksi teh hijau untuk penjualan. Hal tersebut dilakukan untuk membuat lembaga penelitian tersebut tetap bertahan.

Pabrik teh gambungPabrik teh gambung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

"Nah untuk itu untuk menopang hidup organisasi itu kita ada kebun teh kurang lebih seluas 400 hektar. Kita sekarang menjadi pabrik teh hijau. Terus juga kita ada pabrik teh putih. Teh putih pengembangan usaha, specialty produk hilir kami. Memang secara khasiat teh putih juga antioksidannya paling tinggi dibanding teh yang lain," kata dia.

"Kita ada pabrik mini processing. Kita ada fasilitas Wisma yang untuk disewakan, kita juga ada agrowisata. Kita ada program edutainment. Jadi sekolah-sekolah ataupun umum yang memang pengen berwisata edukasi tentang teh dan sejarah teh bisa ke sini," tambahnya.

Maman menambahkan pada tahun 1990an teh Gambung masih dikirim ke pasar-pasar Eropa, terutama adalah negara Belanda. Namun pada waktu tersebut yang diproduksi adalah teh hitam.

"Nah setelah tahun 2016, kita Hijrah 100 persen ke teh hijau. Kita juga kerja sama dengan salah satu perusahaan swasta. Perusahaan itu yang memang mengekspor juga teh hijau dari kita. Tapi dari 2021 sampai sekarang kita selesai kerja sama dengan perusahaan swasta tersebut. Sehingga kita sekarang menjual sendiri kan untuk teh hijau. Teh hijau saat ini kita 100 persen dijual untuk pasar lokal," pungkasnya.




(dir/dir)


Hide Ads