Tragedi Singa Pemangsa Manusia yang Tewaskan 28 Orang

Kabar Internasional

Tragedi Singa Pemangsa Manusia yang Tewaskan 28 Orang

Fino Yurio Kristo - detikJabar
Sabtu, 26 Okt 2024 17:00 WIB
Singa pemakan manusia Stavo
Singa pemakan manusia Stavo (Foto: CNN)
Indramayu -

Insiden teror dua singa pemangsa manusia menghadirkan ketakutan tersendiri saat pembangunan jembatan kereta api di atas Sungai Tsavo, Kenya.

Dua hewan buas itu menyerang tenda di malam hari, lalu menyeret korban ke semak sebelum menghabisinya. Cerita itu menginspirasi berbagai karya fiksi dan buku. Penelitian secara empiris pun dilakukan untuk mengetahui penyebab singa-singa itu memangsa manusia.

Dikutip dari detikInet dari CNN, singa itu menewaskan sedikitnya 28 orang, termasuk mereka yang bekerja dalam pembangunan Kereta Api Kenya-Uganda sejak April 1898 sebelum Letkol John Henry Patterson menembaknya. Patterson menjualnya tahun 1925 ke Museum Sejarah Alam Chicago, tempat mereka berada hingga kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah seratus tahun berlalu, ilmuan kemudian menemukan fakta baru di balik perilaku kucing besar itu.

Thomas Gnoske, manajer koleksi di museum, pertama kali menemukan ribuan helai rambut terperangkap di gigi singa saat memeriksa tengkoraknya tahun 1990-an. Kini, Gnoske dan rekannya di Kenya, di Field Museum, dan University of Illinois Urbana-Champaign berhasil mengisolasi helai rambut dan gumpalan rambut padat di rongga gigi dan mengekstrak DNA.

ADVERTISEMENT

Terungkap duo singa menjelajah lebih jauh dari yang diperkirakan. Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Current Biology. "Bagian penting penelitian ini adalah membuat metode mengekstrak dan analisis DNA sehelai rambut spesies mangsa yang ditemukan di gigi spesimen," kata periset Alida de Flamingh dari University of Illinois Urbana-Champaign.

"Analisis kami menunjukkan singa Tsavo memangsa jerapah, manusia, oryx, waterbuck, wildebeest, dan zebra, dan kami juga mengidentifikasi rambut yang berasal dari singa. Metode ini dapat diopakai dalam banyak cara dan kami harap peneliti lain akan menerapkannya untuk mempelajari DNA mangsa dari tengkorak dan gigi hewan lain," ujarnya seperti dilaporkan CNN.

Gnoske menemukan kedua singa adalah jantan dewasa, meski keduanya tidak memiliki surai khas. Tidak adanya surai pada singa jantan dewasa merupakan hal umum dan dapat terjadi terkait lingkungan dan iklim, cedera, dan faktor-faktor lain.

Kondisi gigi singa yang rusak mungkin berperan dalam mengapa mereka beralih menyerang dan memakan manusia. Salah satu singa mungkin mengalami kerusakan akibat tendangan atau pukulan dari kerbau atau zebra, mengakibatkan ketidakmampuan berburu mangsa normal secara efisien.

Singa-singa tersebut mengalami banyak cedera gigi, termasuk gigi taring patah sebagian, yang memungkinkan lapisan rambut dari mangsanya menumpuk seiring waktu.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Fakta Baru Singa Pemakan Manusia yang Tewaskan 28 Orang

(fyk/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads