Gula Aren Semut Pangandaran "Maniskan" West Java Festival 2024

West Java Festival 2024

Gula Aren Semut Pangandaran "Maniskan" West Java Festival 2024

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Jumat, 23 Agu 2024 16:14 WIB
Klepon isi gula aren
Foto: detikfood
Bandung -

West Java Festival 2024 akan menggerakkan perekonomian di Jawa Barat. Pada agenda yang berlangsung tanggal 23-25 Agustus ini, sebanyak 279 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) siap menggelar produk mereka.

Di antara ratusan UMKM yang akan terlibat itu adalah Kari Broo, jenama UMKM dengan produk berupa gula aren semut yang siap "maniskan" WJF 2024.

Gula aren semut boleh jadi saat ini mudah ditemukan di beberapa daerah dengan populasi pohon aren yang banyak. Namun, Kari Broo dengan petani binaan di Langkaplancar bukan hanya mengurusi pasca-panen, yaitu produksi gula, melainkan juga membenahi kawasan hulu dengan mengupayakan rejuvenasi pohon aren dengan penanaman secara massal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gula Aren Semut dan Proses Pembuatannya

Gula aren semut adalah gula berbahan dasar air nira aren yang dimasak selama berjam-jam dan diakhiri dengan menggerus peueut, gula yang masih kental hingga menjadi serbuk.

ADVERTISEMENT

"Disebut gula aren semut karena berbentuk seperti sarang semut, serbuk," kata Masluhudin, pemilik jenama UMKM Kari Broo kepada detikJabar, Kamis (23/8/2024).

Sifat gula aren yang serbuk itu memudahkan para penikmatnya dalam mencampurkan gula itu ke dalam minuman atau sebagai topping makanan. Tinggal tabur saja sebanyak-banyaknya. Dalam bahasa Sunda, frasa tinggal tabur adalah Kari Bro.

Kari Broo mulai berdiri pada 2019. Bergeliat di tengah kondisi wabah Covid-19, usaha ini berhasil hidup dan berkembang hingga kini. Produksi gula terus dilakukan dengan jalinan mitra 30 petani aren binaan.

Petani aren mengolah nira hingga menjadi bahan setengah jadi. Penyelesaiannya dilakukan di Unit Pengolahan Hasil akhir milik Kari Broo di Kampung Dukuh, Desa Cisarua, Kecamatan Langkaplancar.

"Di UPH di-finishing, oven, sortasi, dan packaging," kata Masuhudin.

Produksinya memang mengandalkan situasi alam, sebab aren yang disadap hari ini bagus, belum tentu esok memberikan hasil nira yang sama.

"Kadang hari ini bagus, besoknya tidak ada, jadi tidak bisa diprediksi berapa banyak produksi per hari, tetapi kalau lagi bagus sehari ada yang sampai 5 kg gula semut per orang petani," katanya.

Kari Broo merupakan penggerak bagi petani aren di Langkaplancar untuk membuat produk berupa gula semut. Menurut Masluhudin, dahulu kala, ketika Langkaplancar masih merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis, ada pelatihan serupa.

Tetapi pelatihan bagi warga itu hanya sebatas ilmu yang tak diamalkan, sebab warga bingung ke mana harus menjual produk gula aren semut jika mereka membuatnya. Kari Broo hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan jawaban itu.

Klaim Gula Aren Lebih Sehat

Gula aren harus dibedakan penyebutannya dengan Gula Merah, meski sama-sama punya warna yang cenderung kemerahan. Sebutan gula merah lebih umum merujuk pada gula yang dihasilkan dari nira kelapa.

Jika datang ke pasar lalu menanyakan gula merah, kemungkinan besar yang akan diberikan pedagang kepada pembeli adalah gula nira kelapa.

Terkait gula aren, ada klaim gula ini lebih sehat untuk dikonsumsi, terutama dalam bentuk gula semutnya. Menurut Masluhudin, itu disebabkan karena proses pembuatan gula aren semut sangat sederhana.

"Pertama karena proses pembuatannya sederhana, tanpa menggunakan mesin modern, tanpa bahan kimia. Yaitu, nira diambil, dipanaskan untuk menghilangkan kadar air, kemudian dicetak atau dijadikan gula semut," kata Masluhudin.

Dalam gula cetak, yaitu bentuknya bulat karena cetakannya merupakan bulatan batang bambu kadar airnya masih 7 persen. Dalam gula aren semut, kadar airnya tinggal 2 persen.

Tingkat kekeringan dalam gula aren semut yang bagus membuat produk ini dapat bertahan dalam penyimpanan selama setahun.

"Nah, kadar kemanisan gula cetak juga lebih manis, gula semut fruktosa dan glikemik-nya lebih rendah, makanya tidak terlalu manis," katanya.

Pada West Java Festival 2024 ini, Kari Broo yang merupakan binaan Dinas Perkebunan Jawa Barat bukan sebatas menyediakan gula aren semut, namun tentu gula aren cetak dan gula aren cair. Manisnya gula ini dapat dirasakan langsung di lokasi WJF 2024 di kawasan Gedung Sate, Kota Bandung.

Mematahkan Mitos Pembenihan Aren

Masluhudin, pemilik jenama UMKM Kari Broo bergabung dengan Kelompok Tani Burujul. Bersama para petani, ada upaya meremajakan kembali populasi aren di Langkaplancar.

Peremajaan dilakukan dengan menanam benih pohon aren hasil penyemaian manusia. Upaya ini sekaligus menepis mitos bahwa aren (di Sunda disebut Kawung) hanya bisa tumbuh secara alami setelah bijinya
dimakan musang.

Mitos aren tidak bisa ditanam melalui pembenihan oleh manusia dikisahkan pula dalam situs World Agroforestry, bahwa orang takut untuk membenihkan aren karena dibayang-bayangi cerita kegagalan. Setiap aren dibenihkan manusia, boleh disebut tidak akan tumbuh maksimal dan menghasilkan nira.

Masluhudin mengatakan bahwa bagi dia dan Kelompok Tani Burujul, mitos tentang pembenihan aren itu tidak bisa dipercaya sama sekali. Memang, sejauh ini, para petani menanam aren dengan mengandalkan kongkoak atau benih yang tumbuh tanpa campur tangan manusia kemudian dipindahkan ke tempat lain, tetapi itu fakta yang usang di Langkaplancar.

"Kami membenihkan sendiri. Ini dilakukan mengingat potensi aren liar yang ada di Langkaplancar semakin terancam. Sekarang ini, aren mulai berkurang karena banyak ditebang oleh pemilik lahan, juga oleh bandar aci (tepung kanji) kawung,"

"Dan tidak ada regenerasi, cuman Kari Broo dengan kelompok Tani Burujul, secara mandiri mulai menanam dari tahun 2022," kata Masluhudin.

Saat ini, Kelompok Tani Burujul sudah punya 200 pohon aren hasil pembenihan. Memang butuh kesabaran, sebab pohon itu baru akan bisa disadap setelah berumur minimal 10 tahun.

"Sekarang baru 200 pohon di tanah milik pribadi. Berarti hari ini umur pohon yang baru ditanam itu 18 bulan. Alhamdulillah hidup," katanya.

Memang proses penyemaian aren tidak gampang. Kolang-kaling tua dari tandan aren diperam di dalam tanah semaian selama 6 bulan. Barulah muncul bakal akar. Dirawat selama setahun hingga siap tanam.

Setelah dipindahkan ke lokasi tanam, benih itu tampak seperti tidak mengalami pertumbuhan selama setahun, sebab ternyata, benih aren mengutamakan pertumbuhan akan dibandingkan dengan daun.

"Setahun tanam tidak ada perkembangan. Ternyata setelah diteliti, tumbuhnya ke bawah dulu," katanya.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads