Masih ingat dengan Desa BRILian Sukalaksana yang ada di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat? Desa tertinggal yang berhasil disulap menjadi desa wisata berkat dukungan BRI?
Desa wisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sukalaksana memiliki banyak klaster usaha, di antaranya Klaster Usaha Teh Kewer, Klaster Usaha Kopi Akat Wangi, Klaster Usaha Sawi, Klaster Usaha Kuliner dan Craft, hingga Klaster Usaha Domba Garut.
Klaster usaha itu, merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat desa yang diberlakukan Bumdes Sukalaksana dan bekerjasama dengan Bank BRI sebagai salah satu pemberi modal melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka jadi nasabah aktif terhindar dari kemacetan, dulu kan permasalahannya mayarakat itu meminjam mau, membayar susah," kata Pengolala Bumdes Sukalaksana Siti Julaeha kepada detikJabar, di akhir Bulan Maret 2024 lalu.
Siti mengungkapkan, dengan pembentukan klaster, pemodalan masyarakat dalam menjalankan usahanya terorganisir dan cicilan untuk membayar KUR menjadi lancar karena menjadi tanggungjawab kelompok.
"Kemacetan sangat rentan, dengan klaster usaha mereka terbantu dan mereka bisa mengembalikan dengan baik karena mereka sudah memiliki kesadaran dalam pengelolaannya," ungkapnya.
Siti juga menyebut, dengan bantuan permodalan dari Bank BRI klaster usaha yang ada di Desa BRILian Sukalaksana terus berkembang.
"Alhamdulillah, berkembang dengan bantuan KUR BRI," ujarnya.
Kewer, Tanaman Liar Bernilai Ekonomis
![]() |
Kampung Wisata Saung Ciburial atau Desa BRILian Sukalaksana dikenal dengan wisata berbasis potensi desa. Tidak seperti wisata pada umumnya yang menjual beragam wahana wisata kekinian, desa wisata ini menjual potensi desa yang lahir secara alami.
Sebut saja teh kewer, minuman berbahan baku biji buah kewer menjadi klaster usaha tersendiri di desa ini. Belum banyak yang tahu dengan minuman satu ini, meski disebut teh, bahan bakunya bukan dari pucuk daun teh atau dicampur daun teh.
Buah kewer sendiri, tumbuh secara alami dan pohonnya tersebar di Desa Sukalaksana, ada yang tumbuh di halaman warga, perkebunan, hingga tumbuh liar di dekat pegunungan atau sungai.
Siapa sangka, berkat pengembangan yang baik buah kewer yang tumbuh secara liar itu dapat dimanfaatkan menjadi minuman oleh warga Desa Sukalaksana dan memiliki nilai ekonomi. Tak hanya dijadikan 'welcome drink' saja, buah kewer siap seduh bisa dibeli oleh para pengunjung yang datang ke desa wisata ini.
"Teh kewer ini tanaman liar, dulu sebelum desa wisata ini dibangun masyarakat hampir lupa jika tanaman kewer bisa dikonsumsi. Ini muncul setelah penggalian potensi desa di mana orang tua kita dulu banyak yang mengkonsumsi ini, ini bisa diminum," kata Siti.
Siti juga sempat menunjukan pohon kewer yang tumbuh di sekitar desa wisata ini, di mana pohon yang sudah berbuah muncul bunga berwarna kuning, buah yang siap petik kulitnya kering dan biji kewernya diambil dan digunakan sebagai bahan baku utama teh kewer ini.
Meski warnanya seperti minuman teh, Siti menyebut jika rasa minuman ini tidak seperti rasa teh. Bahkan menurut Siti, rasanya menyerupai minuman kopi.
"Dari awal-awal teh kewer ini dijadikan welcome drink, ketika tamu berkunjung di suguhinya teh kewer bukan teh dari daun teh. Ternyata banyak yang tertarik juga, unik dan rasanya beda. Ada aroma kopinya, bahkan ada yang bilang teh kopi," terang Siti.
Cara Mengolah Teh Kewer
![]() |
Sebelum dikonsumsi, Siti menuturkan buah kewer ini harus dijemur seharian di bawah sinar matahari. Hal itu dilakukan menghilangkan aroma pengat pada buah kewer.
Jika sudah dilakukan penjemuran selama seharian dan aroma pengat dari buah kewer ini hilang, maka proses selanjutnya yakni roasting atau pemanggangan, proses panggang buah keres sama seperti memanggang kopi.
"Sebelum di-roasting, berwarna hijau kecokelatan tapi setelah di-roasting jadi hitam. Untuk harga dari warga yang mentah Rp 40 ribu perkilogram," ujarnya.
Menurut Siti, tanaman kewer ini tidak memiliki musim karena setiap waktu bisa berbuah. Satu pohon kewer menurutnya bisa menghasilkan tiga kilogram buah kewer.
"Cara konsumsinya unik, kalau teh di minumannya panas-panas, kewer bagusnya disimpan sehari semalam," tambahnya.
Program Kewer sa-Desa
![]() |
Karena memiliki nilai ekonomis, Pemerintah Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut mewajibkan warga untuk menanam pohon kewer di pekarangan rumahnya. Nantinya, buahnya itu bisa dijual kepada kelompok Klaster Usaha Kewer yang ada di Desa BRILian Sukalaksana.
"Ketertarikan dari pengunjung yang datang ke sini akhirnya kita buat Program Kewer sa-Desa, masyarakat di sini diwajibkan tanam Kewer meskipun hanya satu atau dua pohon sebagai identitas," ungkap Siti.
Siti menyebut, sebetulnya tanaman kewer itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah daun dan bunganya juga dapat dimanfaatkan, karena menurutnya saat ini baru bijinya saja yang dapat dimanfaatkan. "Sekaramg yang diambil bijinya. Meskipun kita tidak tahu daun dan bunganya," ujarnya.
Untuk mengembangkan tanaman kewer sendiri, pihaknya sudah mengandung akademisi dari Unpad dan Unisba.
"Kita kembangkan produk lain dari kewer, dari mulai makanan atau lainnya kita juga kerjasama dengan akademisi, kebetulan sudah dikunjungi sama Unpad juga ya. Sebelumnya juga kita pernah buat barik sawi atau sosin, kita rencanya mau buat batik dari kewer ini," ucapnya.
"Kewer ini juga kita kerjasama dengan Farmasi Unisba, dari hasil penelitian kewer ini antioksidannya tinggi, sekitar 49 lebih artinya hampir 50 persen itu anti oksidan," tambahnya.
Teh Kewer Rambah Pasar Asia
![]() |
Tidak ada yang menyangka, tanaman liat yakni buah kewer bisa merambah pasar Asia. Hal tersebut dibenarkan Siti, kewer banyak dibeli warga Malaysia hingga Singapura meski jumlahnya tidak banyak dalam setiap pengirimannya.
"Selain dijual di sini, online juga ada. Tapi fokus di sini buat oleh-oleh bagi pengunjung. Teh kewer ini kita jual ke Malaysia dan Singapura, walaupun hanya puluhan kilogram setiap pengirimannya," ujarnya.
Menurut Siti, yang pesan melalui online juga banyak tapi notabene yang pesan secara online merupakan pengunjung yang pernah datang ke desa wisata tersebut.
Selain itu, menurut Siti jika minuman teh kewer sendiri memiliki khasiat bagi tubuh dan baik bagi kesehatan. "Orang tua dulu konsumsi ini dan dampaknya pada fisiknya baik. Orang dulu meski kerja seharian di kebun jarang keluhkan sakit dan cenderung kuat," ujarnya.
Dia juga mendapatkan banyak respon positif dan testimoni positif dari pengunjung terkait khasiat minuman kewer ini. "Kemudian pengunjung yang coba konsumsi rutin memang ada khasiat khusus, salah satunya bisa lancarkan buang air kecil dan bersihkan ginjal," katanya.
"Ada kemungkinan kewer ini bisa jadi alternatif obat lain mungkin cancer," tambahnya.
Siti menyebut, pihaknya akan terus mengembangkan tanaman kewer ini, salah satunya membuat kemasan seperti teh celup. "Belum sampai sana, kita ingin ada kemasan seperti teh celup," pungkasnya.
BRI Miliki 867 Klaster Usaha di Jabar
![]() |
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, pihaknya membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah.
"Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," kata Sadmiadi kepada detikJabar.
Sadmiadi juga menyebut, saat ini BRI Regional Office Bandung juga memiliki 415 Desa Brilian Binaan.
"Program Desa Brilian yaitu program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa, melalui praktik kepemimpinan desa yang unggul," tuturnya.
BRI juga kucurkan dana CSR Rp 33,4 miliar untuk pemberdayaan UMKM di Jawa Barat dari 2020-2023. Selain dana CSR, BRI juga salurkan pinjaman KUR kepada jutaan nasabah.
"Selama enam tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah, dengan total nominal penyaluran sebesar Rp102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," pungkasnya.
(wip/yum)