Fenomena kenaikan harga kebutuhan pangan menjelang bulan Ramadan terjadi di Kota Tasikmalaya. Salah satu komoditi yang mengalami kenaikan adalah telur ayam.
Sejumlah peternak ayam petelur mengaku senang dengan kenaikan harga tersebut. Menurut mereka kenaikan menjelang Ramadan atau momen munggahan ini adalah hal yang lumrah. Bukan karena ada permainan bandar atau peternak, melainkan fenomena lumrah ketika permintaan pasar tiba-tiba meningkat.
"Wajar, sudah biasa kalau mau Ramadan naik, tapi ini kenaikan yang terjadi begitu saja, karena dagangan di pasar laris, bukan karena permainan harga," kata Yana (40) pegawai sebuah peternakan ayam petelur di daerah Cicariang Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, Minggu (10/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia kenaikan harga telur ayam biasanya terjadi dalam kurun beberapa hari saja. Di pertengahan Ramadan harga akan kembali normal lalu menjelang Lebaran naik lagi.
"Siklusnya begitu, Munggahan naik, pertengahan turun lagi, lalu mau Lebaran naik, mungkin karena mulai banyak yang membat kue," kata Yana.
Dia mengatakan per hari Minggu ini, telur ayam dijual di kandang seharga Rp 29.500 per kilogram. Sementara di pasar, telur ayam dijual pedagang kepada konsumen di kisaran Rp 31.000 sampai 32.000 per kilogram.
Lusi Nurasiah (43) warga Kecamatan Indihiang membenarkan harga telur di pasar induk Cikurubuk Tasikmalaya Rp 32 ribu per kilogram. Padahal biasanya harga telur ayam tak lebih dari Rp 28 ribu per kilogram.
"Telur Rp 32 ribu sekilo, padahal biasanya Rp 27 ribu atau paling mahal Rp 28 ribu. Makanya beli sedikit saja dulu," kata Lusi.
Dia mengaku telur merupakan bahan pangan yang harus distok di bulan Ramadan. Bahan pangan ini menurut dia harus ada untuk antisipasi kesiangan saat sahur.
"Telur sama mie instan penting, kalau misalnya kesiangan bangun bisa cepat dan praktis disajikan. Jalan ninja ibu-ibu kalau kesiangan sahur," kata Lusi.
(dir/dir)