Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono berencana meluncurkan satelit nano yang dibeli dari Denmark pada Juli 2024. Penggunaan satelit nano tersebut bagian dari pembangunan big data.
"Itu (satelit) kita akan luncurin nano satelit, rencananya Juli tahun ini akan kita luncurkan satu (satelit), mudah-mudahan nanti Juli tahun ini bisa kekejar," ungkap Sakti kepada wartawan usai mengisi Kuliah Umum di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Selasa (5/3/2024).
"Itu menjadi bagian dalam pembangunan big data," ucapnya menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian Sakti pun menjelaskan terkait soal investasi dari negara Turki tentang pengembangan ikan tuna. "Jadi kita selama ini penangkapan (ikan tuna) masih cara tradisional, mancing ya, longline, hand line, itu produk yang dihasilkan tidak bagus, karena fat-nya sudah hilang karena ikannya bergerak begitu, itu tidak bagus," paparnya.
Sakti melanjutkan, pihaknya kemudian belajar yang salah satunya ke negara Turki dengan hasil produk ikan tunanya yang bagus. "Itu kita melihat dan hasilnya luar biasa, jadi kalau kita melakukan pembesaran tuna di laut itu, valuenya meningkat, tunanya besar-besar dan akurasinya lebih terjangkau," terangnya.
Ia pun rencananya akan mengundang negara Turki untuk berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki tiga jenis ikan tuna. "Kita akan undang mereka untuk berinvestasi di Indonesia karena Indonesia memiliki tiga jenis ikan tuna yakni bluefin, yellowfin dan bigeye)," ujarnya.
Berita sebelumnya, sebagaimana dikutip dari detikFinance, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono, mengatakan pihaknya akan membeli satelit nano seharga US$ 150 juta atau Rp 2 triliun (kurs Rp 15.485) dari Denmark. Satelit disebut bakal berfungsi membantu kapal-kapal perikanan mengirimkan data tangkapan secara online melalui aplikasi E-PIT dalam kebijakan Penangkapan Ikan Terukur.
"US$ 150 juta (anggaran buat satelit). (Itu) kita beli yang (satelit) nano, bukan Starlink. Itu (belinya) dari Denmark," ungkap Sakti di Ritz Carlton Pacific Place, Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2023).
Untuk membantu hal tersebut, pihaknya pun berencana bekerja sama dengan Starlink untuk memasang sebuah perangkat atau device di kapal perikanan. Device itu berguna untuk membantu kapal-kapal perikanan mengirimkan data tangkapan secara online melalui aplikasi E-PIT dalam kebijakan Penangkapan Ikan Terukur.
Kendati demikian, Sakti tidak mengungkap berapa jumlah besaran kerja sama antara KKP dan perusahaan milik Elon Musk itu. Yang jelas, ia berharap agar harga device itu tidak terlalu mahal. Pasalnya, pemerintah berencana akan memasang device itu di kapal-kapal nelayan lokal.
"Ya kalau itu bisa terjadi (dengan starlink), sekarang kan masih mahal device-nya, tapi salah satunya kita akan luncurkan satelit nano yang terkoneksi dengan kapal-kapal. Kalau kapal perusahaan wajib pasang device itu, tapi kalau kapal nelayan lokal yang kecil pemerintah yang menyediakan, yang device itu bisa dibebankan ke pengusaha, tapi (buat nelayan lokal) itu jangan mahal-mahal," jelasnya.
(sud/sud)