Sukabumi-Cianjur Dibidik Jadi Sentra Batik Fractal

Sukabumi-Cianjur Dibidik Jadi Sentra Batik Fractal

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 24 Feb 2024 18:30 WIB
Fashion show batik fractal.
Fashion show batik fractal (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Ratusan pasang mata lekat menatap lenggak-lenggok model memeragakan batik berteknologi modern atau yang lebih dikenal dengan Batik Fractal (jBatik) di Gedung Juang 45, Kota Sukabumi. Tren batik satu ini menggunakan software pengembangan algoritma matematika untuk membuat corak-corak batik.

Para model pria dan wanita memeragakan beberapa pakaian batik dan motif seperti Batik Sukuraga dengan motif daun kembang mata, Batik Nidong dengan motif julang emas ngibing dan motif daun remek.

Baju batik yang ditampilkan dalam fashion show ini merupakan hasil 30 UMKM asal Sukabumi dan Cianjur. Mereka mendapatkan binaan dari Lembaga Simpan Pinjam (LPS) dan Batil Fractal Indonesia. Proses pelatihan membuat corak batik dengan teknologi software jBatik sudah dilaksanakan sejak September 2023 lalu di Sukabumi Creative Hub.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, para pengrajin batik di Sukabumi-Cianjur akan naik kelas dengan peningkatan teknologi batik fractal. Pihaknya menargetkan hasil batik fractal ini bisa menembus pasar internasional dan jadi alternatif oleh-oleh khas daerah.

"Saya lihat agak kaget juga aslinya bagus, sudah boleh dibawa ke ajang internasional. Kita sih pengennya nanti di sini jadi pusat batik baru, jangan hanya Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, Solo dan lain-lain yang sudah jadi pusat batik," kata Purbaya kepada detikJabar di Gedung Juang, Kota Sukabumi ditulis Sabtu (24/2/2024).

ADVERTISEMENT

"Apalagi sebentar lagi tol akan buka, orang dari Jakarta dan tempat lain banyak (datang) ke kawasan ini. Kalau nggak ada oleh-oleh yang dibawa kan agak sayang, jangan hanya kue mochi saja. Kue mochi bagus tapi kalau ada sesuatu yang bisa lebih bertahan lama dan bisa memakmurkan masyarakat sini, itu akan lebih bagus lagi," sambungnya.

Dia mengatakan, batik fractal tidak akan membatasi kreativitas pembatik. Justru, kata dia, dengan menggunakan teknologi maka akan semakin memperkaya ciri khas daerah.

"Jadi keistimewaan batik fractial ini jBatik, mengambil kode-kode pembatikan dari Indonesia lewat sistem matematik dan masing-masing daerah ada ciri khasnya. Untuk Sukabumi kalau kita masukkan persamaan matematik itu akan keluar gambar dan itu akan disesuaikan dengan pen-design nya. Makanya Malaysia sempat ingin membayar mahal tapi saya cegah dengan cara tadi, saya kasih program-program dalam negeri supaya mereka bisa berkembang," jelasnya.

Tahun Pertama Habiskan Anggaran Rp9 M

Purbaya mengatakan, pelatihan batik fractal ini akan terus dilakukan hingga tahun 2025 mendatang. LPS berkomitmen akan tetap membina para pembatik hingga mereka dapat mendiri.

Pada tahun pertama yaitu tahun 2023 lalu, pihaknya telah menghabiskan anggaran Rp9 miliar. Anggaran pembinaan tersebut, kata dia, diprediksi akan lebih tinggi di tahun-tahun yang akan datang.

"Tahun pertama sekitar Rp9 miliar, tahun 2024 mungkin akan lebih dinaikkan lagi sesuai dengan perkembangan yang kita lihat. Kalau perkembangannya positif dan memang bisa betul-betul masuk ke pasar dunia, investasi akan lebih banyak lagi. Kalau sudah laku dan nggak perlu didukung lagi (baru) kita akan lepas," katanya.

Selain mengembangkan batik lokal dengan teknologi, dia juga mengatakan, program tersebut dibuat untuk mempertahankan batik sebagai harta Indonesia. Terlebih, Batik Fractal Indonesia telah diganjar Unesco anugerah 2008 Award of excellence sebagai 'Stamp of Approval.'

"Bantuan LPS baru Sukabumi dan Cianjur karena kita mencari pusat batik baru, kita ingin membina yang baru. Kita survei yang paling cocok Sukabumi, ada kemampuan membatik dan pola segala macam yang harus dikembangkan. Jadi (ini) pusat batik baru," ungkapnya.

Pada tahun 2025 mendatang, Batik Fractal khas Sukabumi dan Cianjur ini dibidik untuk tampil di Amerika Serikat. "Tahun depan kita akan bawa ke New York fashion week, tahun ini ke Jakarta Fashion Week. Yang jelas kita lihat dulu, majukan terus kualitasnya sehingga bisa bersaing secara internasional," ucap Purbaya.

Antusias Pembatik Sukabumi-Cianjur

Dani Sobur, pembatik asal Cianjur mengaku sangat antusias dengan program batik berteknologi modern ini. Dia mengikuti pelatihan LPS karena melihat potensi pasarnya yang bisa menjangkau ke luar negeri.

"Kebetulan saya dari Cianjur ya pelaku usaha UMKM batik juga, ikut pelatihan di LPS ini karena potensinya kita itu (penjualan) akan ke luar negeri dan yang didapatkan setelah pelatihan ini selain marketing, kita design juga di komputer dengan sangat mudah karena pakai aplikasi dan vitur yang lengkap," kata Dani.

"Pelatihan LPS ini sangat bermanfaat buat kami para UMKM. Penjualannya mau ke luar negeri ya rencana LPS, sampai ke Eropa," sambungnya.

Hal serupa dikatakan Fonna Melania. Dia bersyukur lantaran banyak kegiatan yang berfokus pada batik nusantara khususnya batik Sukabumi. Menurutnya, pelatihan ini dapat menambah daya saing batik.

"Sangat berkesan dan sangat bermanfaat bagi pengrajin batik karena pelatihan itu membuat kami lebih cepat dalam mengulang motif karena aplikasi, biasanya manual. Tidak hanya pelatihan digitalnya saja, sharing ilmu, branding, marketing, design dan packaging jadi bisa meningkatkan daya saing batik Sukabumi dan sekitarnya," kata Fonna.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads