Alasan di Balik Penjual Pasang Harga Rp 999

Alasan di Balik Penjual Pasang Harga Rp 999

Tim detikFinance - detikJabar
Kamis, 28 Sep 2023 17:00 WIB
Ngakak! Ada Larangan Ganggu Orang Saat Berdiri di Depan Kulkas Minimarket
Ilustrasi (Foto: Twitter/Ilustrasi iStock)
Bandung -

Biasanya pengunjung bakal menemukan harga tak bulat alias tanggung dari barang yang dijual di minimarket atau toko tertentu seperti Rp 49.000 atau atau 299.999. Ternyata ada alasan di baliknya.

Dilansir detikFinance yang mengutip dari Lifepal, Senin (11/9/2023), pemberian harga tersebut merupakan salah satu strategi penjualan agar menarik perhatian pembeli dengan memainkan aspek psikologis. Biasanya teknik ini disebut dengan istilah 'psychological pricing'.

Artinya pebisnis atau pemilik usaha menetapkan harga produknya secara strategis demi mendapatkan respons emosional pelanggan guna mendorong penjualan, termasuk membuat harga jadi tidak bulat atau diakhiri dengan Rp 999 sekian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai contoh, harga pakaian yang dijual suatu toko awalnya Rp 400.000, kemudian toko tersebut membuatnya lebih unik mengurangi digit paling kiri, dan menambahnya dengan deretan angka 9 hingga ke digit paling kanan, menjadi Rp 399.999. Bisa juga harga baju Rp 350.000 tapi kemudian ditulis di-tag harga menjadi Rp 349.000.

Sedangkan menurut Paypal, Universitas Chicago pernah melakukan penelitian penerapan harga ini pada pakaian wanita. Mereka menjajakan baju dengan harga US$ 34, US$ 39, dan US$ 44. Hasilnya yang paling banyak terjual adalah seharga US$ 39, meskipun ada yang lebih murah dari itu.

ADVERTISEMENT

Hal yang sama juga disampaikan situs aplikasi konsultan usaha dan akuntansi online, Akurat, secara tradisional banyak pedagang telah mempraktikkan hal ini dengan memberi harga yang diakhiri dengan angka ganjil seperti 5, 7, atau 9.

Misalnya, penjual akan memberi harga produk pada US$ 8,99 bukan US$ 9. Dari perspektif pelanggan, tampaknya penjual telah memangkas harga semurah mungkin hingga tercipta angka-angka ganjil itu.

Menurut situs tersebut, pada akhirnya para pembeli lebih sering membaca US$ 8,99 jadi US$ 8 sekian, bukan US$ 9. Hal ini membuat kesan harga barang itu tampak lebih baik.

Kemudian dalam buku milik William Poundstone berjudul "Priceless" terdapat delapan studi tentang penggunaan "harga pesona" (harga yang diakhiri dengan angka ganjil) dan menemukan bahwa hal ini mampu meningkatkan penjualan rata-rata sebesar 24% jika dibandingkan dengan harga yang bulat.

Kemudian dari berbagai angka ganjil yang bisa digunakan, angka 9 menjadi yang tertinggi dalam banyak strategi penetapan harga ritel. Karena itulah banyak penjual atau minimarket yang menjual produknya dengan harga ganjil atau diakhiri dengan Rp 999.

Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads