Asa Pedagang di Baltos Bandung Ogah Tumbang di Medan Perang

Bima Bagaskara - detikJabar
Minggu, 24 Sep 2023 11:00 WIB
Asa para pedagang Balubur Town Square bertahan dari gempuran zaman. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Menjamurnya live shopping atau berjualan secara live memicu munculnya 'perang' antarpedagang. Mereka berlomba-lomba memikat hati calon pembeli agar mau mampir ke toko virtual yang dibuka oleh pedagang di beberapa platform marketplace.

Kondisi ini juga yang disinyalir membuat berbagai lokasi pusat perbelanjaan menjadi sepi seperti Pasar Tanah Abang Jakarta hingga ITC Kebon Kalapa Bandung. Tapi tidak dengan Bulubur Town Square di Kota Bandung atau biasa dikenal dengan sebutan Baltos.

Baltos merupakan satu dari sekian banyak pusat perbelanjaan di Kota Bandung yang masih eksis hingga sekarang. Memiliki seribuan kios yang diisi berbagai macam pedagang mulai dari tekstil, fashion hingga makanan, Baltos ogah tumbang di medan perang.

Para pedagang di Baltos punya asa untuk tetap bertahan di tengah gempuran live shopping yang semakin hari semakin menjamur. Menariknya, tidak semua pedagang di Baltos ikut berjualan online. Banyak dari mereka yang tetap mengandalkan kedatangan pembeli untuk meraup keuntungan.

Seperti halnya Kumara Batik yang berlokasi di lantai D1 Baltos. Kios batik milik Reny Kumara (47) ini tetap menganut metode penjualan konvensional tanpa ikut-ikutan berjualan online. Reny punya alasan akan hal tersebut.

"Karena kita masih menganut ya terutama saya sendiri ya kalau mau beli baju atau bahan, kalau beli online kadang gak sesuai, terus kalau beli barangnya datang tipis, gak bagus, jadi saya masih menganut jualan konvensional, gak online," ucap Reny saat berbincang dengan detikJabar, belum lama ini.

Di kiosnya, Reny menjual berbagai macam batik dari Solo, Yogyakarta hingga Cirebon. Batik yang sudah dalam bentuk kemeja, selendang hingga kain itu dipajang dengan harapan ada pembeli yang datang.

Reny mengaku gempuran online cukup berimbas terhadap penjualan batik. Meski tidak mengungkap jumlah batik yang terjual maupun omzet yang didapat, namun dia mengaku imbas itu tetap ada.

Tapi hebatnya, Reny sangat yakin jika kiosnya akan selalu didatangi pembeli. Sebab, Reny punya strategi untuk menarik pembeli datang. Strategi itu yakni menjaga hubungan baik dengan pelanggan yang pernah datang membeli batik.

"Ya terimbas mah ada cuma kita punya pelanggan konvensional yang memang ingin langsung lihat bahannya, misal yang mau nikah cari seragam batik, milih motif sendiri," ujarnya.

"Jadi menjaga hubungan dengan pelanggan supaya datang lagi," imbuhnya.

Dibantu Pengelola Baltos

Asa para pedagang Balubur Town Square bertahan dari gempuran zaman. Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Kekhawatiran Reny akan menjamurnya penjualan online hingga live shopping sempat menghampiri. Tapi dia menyebut pengelola Baltos tidak tinggal diam melihat fenomena itu.

Menurutnya, pengelola Baltos punya cara sendiri membantu para pedagang agar tetap bertahan. Salah satu upayanya dengan ikut mempromosikan seluruh kios di media sosial Baltos yang memiliki ribuan pengikut.

"Jadi kita banyak dibantu sama media sosial Baltos. Jadi mereka datang nanya misal ada promo apa nanti dibantu di media sosial Baltos," ujar Reny.

Bukan cuma itu, pengelola juga kerap menghadirkan selebgram dan influencer untuk menaikkan pamor Baltos di dunia maya. Hal itu kata Reny berpengaruh terhadap minat masyarakat datang ke Baltos.

"Kerjasama dengan selebgram juga, ikut promosikan," pungkasnya.




(bba/iqk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork