Bordir Tasikmalaya Tembus Pasar Amerika hingga Jepang

Bordir Tasikmalaya Tembus Pasar Amerika hingga Jepang

Faizal Amiruddin - detikJabar
Kamis, 23 Feb 2023 06:00 WIB
Perajin kain bordir manual tengah tekun bekerja.
Perajin kain bordir manual tengah tekun bekerja. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kerajinan bordir merupakan salah satu produk unggulan khas Tasikmalaya. Nama besar bordir Tasikmalaya selama ini sudah terkenal ke berbagai daerah di tanah air, bahkan hingga ke mancanegara seperti Malaysia dan Singapura. Industri bordir telah menjadi salah satu penopang perekonomian ribuan masyarakat Tasikmalaya.

Namun demikian di balik industri bordir di Tasikmalaya, ternyata masih ada perajin-perajin yang justru memandang bordir sebagai karya seni, tak hanya komoditas usaha semata.

Mereka adalah para perajin bordir yang masih bertahan dengan cara pembuatan manual alias dikerjakan dengan satu per satu dengan mesin jahit. Mesin juki, demikian sebutan untuk mesin bordir manual tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memandang bordir sebagai karya seni, makanya kami tetap bertahan memproduksi bordir manual seperti ini, pakai mesin juki," kata Epi Siti Mudrikah (50) perajin bordir asal Cieunteung Kota Tasikmalaya, Rabu (22/2/2023).

Epi mengakui metoda pembuatan bordir yang dilakukannya dapat dikatakan ketinggalan zaman. Karena mayoritas perajin bordir di Tasikmalaya, sekarang sudah menggunakan mesin otomatis yang bisa memproduksi massal. Sekali tekan tombol, maka dalam beberapa jam bahkan hitungan menit, ribuan motif bordir bisa diselesaikan

ADVERTISEMENT

"Kalau saya membuat kain bordir untuk satu stel pakaian bisa satu minggu, beda sama yang pakai mesin komputer, tak sampai satu jam bisa beres ratusan helai kain bordiran," kata Epi.

Perajin kain bordir manual tengah tekun bekerja.Perajin kain bordir manual tengah tekun bekerja. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Meski demikian, Epi mengaku tak khawatir produknya akan kalah bersaing. Menurut dia, bordir manual memiliki pangsa pasar sendiri. Dia mengibaratkan bordir manual dan bordir mesin komputer layaknya batik tulis dan batik printing. Beda segmen, beda kualitas dan pembeda lainnya.

"Keunggulan bordir manual itu ekslusif, motifnya nggak bakalan sama dengan orang lain. Karena produksinya terbatas. Beda sama bordir mesin komputer yang diproduksi massal. Iya mirip batik tulis sama batik printing saja," kata Epi.

Dia mengklaim kekuatan atau kualitas bordir manual lebih bagus karena dikerjakan oleh tangan-tangan perajin berpengalaman. "Pengakuan konsumen kami ada kebanggaan kalau pakai bordir manual. Desainnya ekslusif, bahannya bagus. Apalagi untuk desain juga kami patenkan, sehingga tak akan ada yang sama dengan produk lain," kata Epi seraya mengatakan tema desain karyanya mayoritas mengusung tema flora dan fauna.

Untuk harga jual sendiri bordir manual bervariatif mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 8 juta untuk satu stel pakaian. "Harganya macam-macam, untuk gaun yang full bordir bisa sampai Rp 8 jutaan. Yang murah juga ada, tergantung motif, bahan dan ukuran," kata Epi.

Kualitas bordir karya Epi sendiri selama ini sudah cukup terkenal hingga penjualannya sampai ke luar negeri. "Ekspor produk sudah sering. Ke Malaysia, Amerika, Jepang, Kanada dan lainnya. Jual sehelai pun kan bisa disebut ekspor," kata Epi.

Dia mengaku akan tetap bertahan dengan metode pembuatan bordir manual, meski kapasitas produksinya tak sebesar bordir mesin komputer. "Saya akan tetap melestarikan metode pembuatan bordir manual. Berkarya bersama teman-teman perajin yang luar biasa. Sekarang sudah susah lho mencari perajin yang bisa membordir manual, semua sudah tergantikan oleh peralatan canggih," kata Epi.*

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads