Pemprov Jabar meresmikan Masjid Raya Al Jabbar di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Namun di balik kemegahan dan keindahannya, terdapat interior masjid yang ternyata merupakan kerajinan asli Cianjur yakni Lampu Gentur.
Masjid Al Jabbar dibangun di lahan seluas 25 hektare dengan kapasitas 30 ribu orang, yakni 10 ribu orang di area dalam dan 20 ribu orang di area plaza.
Proses pembangunan masjid ini dimulai pada 2015 lalu, dengan desain yang dibuat langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang kala itu masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak diresmikan, Masjid Al Jabbar yang didesain dengan modern, penuh makna, dan tentunya mempesona itu terus menjadi daya tarik masyarakat untuk datang.
Namun ternyata pada interior Masjid Al-Jabbar yang megah ini, terdapat kerajinan tangan khas Cianjur yakni Lampu Gentur.
![]() |
Duduy (45) perajin Lampu Gentur yang dipercaya untuk membuat interior lampu gentur di Masjid tersebut mengungkapkan jika ada 99 lampu gentur yang terpasang di setiap sudut tiang Masjid Al Jabbar.
"Iya di Masjid Al Jabbar itu ada Lampu Gentur, terpasang di 99 sudut tiangnya. Tapi yang baru terpasang sekitar 93 lampu, rencananya enam lampu lagi dikirimkan Senin depan. Kemarin pembuatannya sempat tertunda karena Cianjur diguncang gempa, sehingga para perajin yang bekerja bersama saya masih disibukan dengan tinggal di pengungsian," kata dia, Sabtu (14/1/2023).
Dia mengungkapkan, lampu gentur yang menjadi interior tambahan di Masjid Al Jabbar didesain sendiri oleh Ridwan Kamil. Dia mengaku hanya menunjukan desain yang ada, selanjutnya disempurnakan oleh Ridwan Kamil.
"Ukiran, bentuk, dan modelnya dibuat oleh pak Ridwan Kamil dari desain awal yang sudah saya buat sebelum-sebelumnya," kata dia.
Lampu Gentur yang dipasang di Masjid Al Jabar berbentuk seperempat lingkaran, dengan panjang 1,5 meter dan panjang sisinya sekitar 75 centimeter. Model yang digunakan ialah maroko costum, dengan rangka berwarna emas, dan kaca pelindung berwarna kuning serta putih.
Terdapat ukiran dari lembaran kuningan yang diukir atau dipotong secara manual menggunakan gunting di lapisan terluar kacanya.
"Proses pembuatan lampu Gentur untuk Masjid Al Jabbar ini semuanya dilakukan secara manual. Termasuk ukirannya, digunting secara manual satu per satu. Makanya proses pembuatannya juga sedikit lama. Untuk 30 buah lampu butuh waktu sekitar 2 bulan. Itupun sudah dipercepat, normalnya bisa sampai 3 bulan proses pembuatan," kata dia.
![]() |
Untuk menyelesaikan pembuatan lampu dekorasi tersebut, dia mempekerjakan 15 orang warga di sekitaran rumahnya yang juga merupakan perajin lampu gentur.
"Dengan 15 orang tersebut, seluruh lampu yang berjumlah 99 buah ini selesai dalam waktu 6 bulan lebih," kata dia.
Menurut dia, dari setiap lampu gentur untuk masjid Al Jabbar, dia mendapatkan bayaran sekitar Rp 11 juta, termasuk biaya angkut. "Kalau untuk ongkos produksi dan lainnya sekitar Rp 10 juta lebih, ditambah dengan biaya angkut jadi sekitar Rp 11 juta harganya," kata dia.
Duduy mengungkapkan, selain lampu gentur untuk interior, dirinya juga sempat diminta untuk membuat dekorasi kaligrafi dari kuningan dan lampu gentur untuk dekorasi tambahan di Masjid Al Jabbar.
"Kemarin sudah komunikasi, katanya setelah ini ada lagi desain yang diminta untuk dibuatkan. Karena selain Lampu Gentur, kami juga sudah terbiasa membuat kaligrafi dari bahan kuningan," kata dia.
Dia mengaku bangga, produk Cianjur digunakan untuk Masjid yang ikonik di Jawa barat tersebut. "Tentu bangga, selain saya yang membuat, juga bangga karena produk kerajinan tangan Cianjur begitu dilirik sehingga dipesan untuk memperindah Masjid Al Jabbar ini," pungkasnya.
(yum/yum)