Suasana Kota Bandung terasa syahdu saat malam hari. Setelah siang diguyur hujan, gemerlap bintang di langit malam ditambah deretan bangunan peninggalan zaman Belanda di Ibu Kota Jawa Barat, itu semakin menambah keeksotisan estetika kota.
Salah satunya bisa dinikmati di Jalan Ir H Juanda atau sering disebut warga Kota Bandung dengan sebutan Jalan Dago. Jalan yang sudah terkenal sebagai kawasan pusat kuliner dan belanja ini, menyuguhkan deretan toko-toko perbelanjaan lengkap dengan tata kotanya yang memukau.
Saat melintas pada malam itu, perhatian detikJabar teralihkan kepada seorang pria yang sedang berjualan kopi di Jalan Dago. Bukan karena barang dagangannya, tapi karena motor tunggangan yang dia bawa terlihat begitu mencolok dibandingkan dengan penjual kopi keliling pada umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berbincang sebentar, sekaligus memesan secangkir kopi hitam, penjual kopi tersebut lalu mengenalkan diri kepada detikJabar. Namanya adalah Hendra Aji (28), warga asli Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, yang sudah menetap di Bandung sejak tahun 2013.
Aji, begitu akrab dia disapa, sebetulnya baru melakoni usaha dagang kopi tersebut selama empat bulan. Tepat pada 15 Agustus 2022, Aji memutuskan memulai berjualan kopi di Jalan Dago dengan memanfaatkan area kosong dekat SMAN 1 Bandung.
Namun yang menarik perhatian yakni keberadaan motor sport Honda CBR 150R yang ia bawa. Ya, motor itu menjadi tunggangan Aji ke mana-mana, termasuk untuk keperluannya menjajakan kopi di tempat tersebut. Tak pelak, dengan warna merah menyala, motor bergaya sporty ini pun menarik perhatian siapapun yang melihatnya.
"Jualan di sini mah baru a, baru dari tanggal 15 Agustus kemarin. Nah kalau motor, emang ini doang satu-satunya yang saya punya. Jadinya ya jualan juga pakai motor ini kalau ke mana-mana," kata Aji saat mengawali perbincangan dengan detikJabar belum lama ini.
Secangkir kopi hitam yang panas kemudian sudah disuguhkan Aji. Obrolan dengannya pun jadi lebih cair, setelah Aji sudah tak begitu sibuk melayani permintaan pesanan kopi pada malam tersebut.
Aji lalu bercerita, saat pertama datang ke Bandung pada 2013, ia statusnya baru selesai mengikuti ujian tingkat akhir di sekolahnya di Majalengka. Dengan ikut menetap di rumah kakak perempuannya, Aji lalu mendapat pekerjaan sebagai pelayan kios ayam goreng yang berada di pinggir jalan.
Sejak saat itu, beragam pekerjaan telah dilakukan Aji. Mulai dari pegawai di SPBU, pegawai pabrik percetakan, pegawai gudang di salah satu perusahaan toko waralaba hingga menjadi admin perusahaan jasa ekspedisi barang.
Namun hingga Juli 2022, Aji sudah tidak bekerja lagi. Ia hanya mengandalkan pemasukan dari profesinya sebagai driver ojek online. Sejumlah berkas lamaran pun sudah ia kirim ke beberapa perusahaan, namun hingga sekarang panggilan kerja itu belum juga datang.
Hingga pada suatu malam, pria lajang yang mengontrak rumah di wilayah Sindanglaya, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung tersebut memutuskan mencari angin segar dengan berjalan-jalan menggunakan motor merahnya itu. Sesampainya di Jalan Dago, Aji lantas memutuskan nongkrong di sana meski sendirian.
Saat nongkrong, Aji kepincut dengan keberadaan tukang kopi keliling di sana. Ia pun memutuskan berjualan serupa di Jalan Dago, namun mencari lapak yang berjauhan dengan penjual kopi yang sudah ada.
"Tadinya mah di sini cuma nongkrong doang, pengen menenangkan diri lah istilahnya mah a. Terus lihat orang-orang yang nongkrong ke sini kan banyak, tapi yang jualan sedikit. Akhirnya ya udah, saya mutusin buat jualan kopi juga di sini. Kebetulan waktu itu lagi nunggu lamaran kerja, jadi sambil nunggu ya sambil jualan aja pikir saya," ucapnya.
Memutuskan berjualan kopi pun tak begitu sulit untuk dilakoni Aji. Maklum, sedari remaja, dia memang sudah terbiasa hidup mandiri dengan belajar usaha sampingan. Bahkan semasa SMA, Aji sudah tidak tinggal di rumah dan memilih menyewa indekos sendirian.
Mengenai motor sport merah tersebut, Aji sendiri awalnya sempat merasa bimbang. Ia tak menampik bakal ada anggapan macam-macam karena motornya begitu kontras dengan usaha jualan kopi yang ia jalankan.
Namun dengan memantapkan tekad, Aji tak begitu mempedulikan apapun anggapan yang nantinya dilontarkan orang-orang. Toh baginya, motor itu hanya kendaraan satu-satunya yang dia miliki, dan tak mungkin dijual ke orang lain. Aji hanya punya tujuan, apapun pekerjaannya, selagi itu halal, pasti akan dia kerjakan.
"Soalnya sering dibercandain sama yang beli. Katanya a keren amat motornya, emang enggak sayang dipakai jualan kopi. Atau barter lah a motornya sama saya, sayang banget itu. Tapi buat saya mah dianggapnya bercanda aja. Istilahnya yang penting saya bisa dapat penghasilan dan itu halal buat saya," tutur Aji.
Kini, setelah empat bulan berjualan kopi, Aji sudah terbiasa dengan anggapan apapun dari para pembeli dagangannya. Karena keseriusan itu pula, Aji banyak mendapat langganan yang bahkan berasal dari orang-orang yang memang sengaja hanya untuk datang memesan secangkir kopi darinya.
Bahkan beberapa langganan Aji, merupakan pegawai sebuah hotel yang notabene jaraknya cukup jauh dari lapak dagangan kopi tersebut. Sejumlah anggota muda kepolisian juga kerap mendatangi lapak Aji, di samping para pelajar dan mahasiswa.
"Biasanya malam Jumat itu pegawai hotel pada datang ke sini, terus polisi yang muda-muda juga suka nongkrong ke sini. Padahal tukang kopi ada yang lain juga, tapi nggak tahu pada nongkrongnya malah di sini a. Nah kalau udah tengah malam, biasanya saya ada temen sesama driver juga. Hitung-hitung buat nambah rasa aman lah gitu," ungkapnya.
Selama berjualan kopi, Aji biasanya mulai membuka lapak pada pukul 19.00 WIB. Kemudian setelah memasuki pukul 02.00 WIB dini hari, Aji akan berpindah ke lokasi lain yang masih ramai dengan aktivitas orang. Menjelang subuh, dia kemudian pulang ke kontrakannya.
Setelah semalam larut berjualan kopi, esoknya pada pukul 10.00 WIB, Aji menjalankan aktivitas sebagai driver ojek online. Namun, dia tidak terlalu memfokuskan pada ojek online tersebut. Beberapa pesanan saja yang Aji ambil tergantung jarak dan kondisinya.
"Ojek online mah nggak jadi pokok. Kalau dapet, alhamdulillah, nggak juga nggak apa-apa. Patokan saya mah ngojek dari jam 10 pagi itu sampai jam 3 sore. Udah gitu langsung siap-siap lagi buat jualan kopi," tuturnya.
Dalam semalam, Aji bisa meraup keuntungan sekitar Rp 70 hingga Rp 100 ribu. Itu sudah keuntungan bersih yang telah ia bagi-bagi untuk kebutuhan modalnya berjualan kopi.
"Nggak nentu sih a, tapi rata-rata segitu dalam semalam. Itu sudah saya pisahin buat modal mah, jadi kalau belanja jadinya seperlunya aja. Biar kesannya nggak keluar modal terus kalau usaha," kata Aji.
Aji sendiri punya cita-cita ingin membuka kedai kopi sendiri di wilayah Kota Bandung. Namun, Aji belum menemukan tempat yang pas untuk menjalankan usahanya tersebut.
Sebelum mengakhiri perbincangannya, Aji juga mengungkap awal tahun depan ia punya cita-cita ingin melamar kekasihnya di Majalengka. Semua persiapan sudah ia rencanakan, dan Aji ingin bisa melangsungkan pernikahan tersebut setelah Hari Raya Idul Fitri tahun 2023.
"Insyaallah calonnya sudah ada, targetnya Februari tahun depan pengen ngelamar dan nikahnya abis lebaran. Mudah-mudahan lancar, a," pungkasnya.