Saat Hadi Tjahjanto Kunjungi Kebun Pisang di Sukabumi

Saat Hadi Tjahjanto Kunjungi Kebun Pisang di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 26 Okt 2022 19:42 WIB
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hadi Tjahjanto.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hadi Tjahjanto. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hadi Tjahjanto meninjau eks lahan terlantar di Kampung Lio dan Kampung Cilandak, Desa Sirnajaya, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Rabu (26/10/2022).

Di atas lahan seluas ribuan hektar itu ditanami pisang jenis Cavendish kualitas ekspor yang rencananya akan panen raya pada November mendatang. Hadi terlihat datang bersama Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Dalu Agung Darmawan dan Kepala BPN Kabupaten Sukabumi, Wijanarko.

Hadi terlihat berbincang dengan sejumlah petani di lokasi tersebut, kemudian dia melangkahkan kaki masuk ke area perkebunan didampingi rombongan. "Ini bagus pisangnya besar-besar nanti. Nanti saya kesini kalau sudah panen," kata Hadi kepada salah seorang perwakilan petani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Panglima TNI itu menjelaskan, kualitas pisang Cavendish tidak diragukan lagi. Penjualannyapun tidak sulit karena pihak mitra yakni PT Great Giant Pineapple (GPP) yang akan menampung sudah siap menerima saat panen nanti.

"Nanti diterima Rp 2.500 oleh koperasi dan koperasi menjual lagi seharga Rp 4.000 kepada PT GPP," imbuh Hadi kepada petani.

ADVERTISEMENT

Hadi mengatakan kebun pisang Cavendish sesuai dengan semangat reforma agraria dan tepat sasaran. Selain mendapat redistribusi tanah juga memiliki aktivitas yang mempunyai nilai ekonomis.

"Yang penting adalah reforma agraria itu harapan dari pemerintah adalah tepat sasaran artinya apa, petani juga mendapatkan redis, kemudian juga petani bisa melakukan kegiatan pertanian dan memiliki nilai ekonomis. Oleh sebab itu disini itu yang bagus kita contoh, petani bisa melakukan kegiatan bertani dan insya allah bulan sebelas bulan dua belas sudah ada hasilnya," jelasnya.

"Dan hasilnya pun sudah ada yang menerima dan pada waktu proses itu juga sudah memberikan pelatihan, untuk harga juga tidak akan merugikan petani karena harga tidak akan naik terlalu tinggi dan turun terlalu jauh, akan stabil," sambung Hadi.

Menurut Hadi, redistribusi tanah yang kemudian bernilai ekonomis untuk petani itu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

"Pesan bapak presiden itu petani tanam saja nanti akan dibeli oleh pembeli dengan harga yang tidak akan merugikan rakyat dengan harga Rp 2.500 sekilo, itu baru petani ke koperasi. Dari koperasi nanti itu Rp 4.000, ini sudah menguntungkan petani ini yang akan terus kita jaga. Hasilnya dari pertanian rakyat juga akan menghasilkan produk yang bagus," pungkasnya.

Lantang Suara Engkos Tanyakan Sertifikat Tanah

Ada hal menarik di sela kunjungan Hadi ke lokasi. Engkos Kosasih (70), warga Kampung Cilandak, Desa Sirnajaya, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi menanyakan soal sertifikat tanah miliknya yang kini masih belum diberikan.

Engkos mengungkapkan hal itu dengan suara lantangnya dalam sesi tanya jawab dengan Hadi di lokasi.

"Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih karena ada (redistribusi lahan) 1.200 hektar untuk petani di 5 desa, yang kemudian untuk 507 petani penggarap. Hanya pertanyaan kami pak, dari hak sudah dikeluarkan haknya dan sertifikatnya pun sudah diberikan BPN, waktu itu dari zaman menteri Pak Sofyan Djalil hanya pertanyaannya sampai sekarang sertifikat belum di tangan masyarakat," kata Engkos.

Menurutnya, sertifikat yang diserahkan kepada masyarakat bisa berdampak pada kemajuan koperasi dalam memenuhi kebutuhan modal dari para petani penggarap.

"Itu kendalanya jadi hambatan kepada majunya koperasi. Seharusnya sertifikat dikeluarkan dan koperasi pasti sanggup mendukung seluruh petani penggarap," ucap Engkos dengan suara lantang dihadapan Menteri Hadi.

Soal sertifikat, juga sempat menjadi pertanyaan sejumlah petani penggarap di wilayah tersebut. Diketahui mereka mendapatkan sertifikat tersebut hasil program Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) Pelaksanaan pembagian sertifikat dilakukan pada tahun 2020 silam.

"Sertifikat sudah diterima secara simbolis, kemudian malamnya diambil lagi, ada apa di balik sana, saya juga tidak tahu. Hanya dulu pernah diterima dibagikan sertifikat setelah malam diambil lagi, ketika ditanya apakah belum diisi, belum lengkap katanya," kata Ahmad Subhan, petani penggarap.

Ahmad terlihat semringah kala mendengar pertanyaannya soal sertifikat diwakili Engkos, ia terlihat semangat memberikan tepuk tangan. Begitu juga dengan warga lainnya yang merasa terwakili pertanyaan Engkos langsung di depan menteri Hadi.

"Luar biasa ya Pak Engkos menyampaikannya," puji Hadi mendapat pertanyaan lantang dari Engkos.

"Pak Engkos begini ya sertifkat ada, yang ditakutkan adalah ketika sertifikat dipegang perorangan ada pihak lain yang menjual dan bapak tergiur untuk menjual," kata Hadi menjawab pertanyaan Engkos.

Jawaban Menteri Hadi ditimpali Engkos, masih dengan suara lantang tanpa pengeras suara dia memastikan petani tidak akan tergiur. "Kalau ada surat ada biong nggak akan tergiur pak," timpalnya.

"Kalau memang bapak menjamin bapak tidak akan menjual (sertifikat) ke biong-biong, ini ada Kapolres, ada Pak Dandim nanti awasi ya pak, jangan sampai ada biong beli tanah baik di atas permukaan atau di bawah tangan," kata Menteri Hadi.

Mantan Panglima TNI itupun berbalik melihat ke arah deretan kursi dimana di tempat itu duduk Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Dalu Agung Darmawan dan Kepala BPN Kabupaten Sukabumi, Wijanarko.

"Ini (Sertifikat) bisa diberikan? Bisa? Silakan saja. Sekarang sertifikat ada di mana? Di koperasi? Dinas Koperasi di Kabupaten Sukabumi? Bisa diambil ya," tanya Hadi disambut jawaban bisa dari Kanwil BPN.

"Kalau sertifikatnya sudah dilihat masing-masing dicoba diserahkan, karena sertifikat itu rasanya pengen dikelonin terus. Nah tadi ditanyakan dari provinsi kalau bisa diserahkan-serahkan saja ke masing-masing biar saya yang menyerahkan kita acarakan di sini," sambung Hadi.

Hadi juga menceritakan ada rasa kangen ketika sertifikat itu 'disekolahkan' alias dijaminkan ke pihak Bank. "Saya juga dulu waktu dulu sering menyekolahkan itu, kangen kita sama sertifikat itu," canda Hadi.

Hadi berjanji akan menyerahkan seluruh sertifikat itu saat panen pisang Cavendish. Ia meminta seluruh jajarannya untuk menyiapkan sertifikat tersebut dan akan langsung ia serahkan ke petani.

"Setelah panen saya serahkan ke sini ya. Terimakasih pak. Itu Pak Kakanwil ya, Ibu Karo tolong bantu ya, panen di sini sambil serahkan sertifikat. Jangan tergoda dengan biong ya, jangan di jual," tegas Hadi lagi.

(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads