Jerit Peternak Ayam Petelur dan Pengusaha Bolu Karawang

Irvan Maulana - detikJabar
Rabu, 31 Agu 2022 20:45 WIB
Peternak ayam petelur di Karawang. (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Harga telur ayam sedang melejit. Bahkan harganya menembus Rp 32 kilogram di Karawang.

Meski harga telur melejit, tak serta-merta peternak ayam petelur menikmati untung berlipat. Sebaliknya, justru peternak seret keuntungan. Salah satunya diungkapkan Dede Ismail, peternak ayam petelur asal Desa Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang.

Dede menuturkan, naiknya harga telur ayam tak membuat usahanya makin moncer. Malah sebaliknya, ia harus putar otak agar beban biaya produksi tak menghancurkan usahanya.

"Sekarang memang naik Rp 32 ribu, itu termasuk harga tertinggi. Tapi kita bukan kebagian untung, justru kebanyakan hampir bangkrut," ujar Dede ketika ditemui di kandangnya, Desa Cintalanggeng, Kabupaten Karawang, Rabu (31/8/2022).

Dede menuturkan, naiknya harga telur tersebut disebabkan naiknya harga konsentrat (pakan jadi) yang cukup tinggi, bahkan membebani biaya produksi.

"Sebenarnya naik ini karena konsentrat, mulai naiknya itu semenjak dua minggu lalu. Dan memang ini yang tertinggi mencapai Rp 375 ribu per karung," kata dia.

Untuk harga konsetrat per karung seberat 50 kilogram, kata Dede, dulu hanya sekitar Rp 300 ribu dan itu sudah diantarkan. Namun, kini harga per karung mencapai Rp 375 ribu dan belum termasuk ongkos kirim.

Untuk menyiasati harga pakan yang melonjak, Dede menanam jagung di lahan samping kandangnya. Ia pun memanfaatkan pupuk hasil olahan kotoran ayam di kandangnya.

"Saya tanam jagung, karena jatuhnya lebih murah. Saya mengakali pakan ini dengan cara mencampurkan bubuk jagung," ungkapnya.

Untuk harga pakan jagung, saat ini mencapai Rp 300 ribu per kuintal. Angka itu 50 persen lebih murah dari harga pakan konsentrat.

"Kita modal tenaga, jadi nambah dua kali, jadi menanam, mengurus tanaman sampai panen, menjemur, dan menggilingnya hingga jadi pakan ayam," imbuhnya.

Dengan cara itu ia mampu memangkas biaya produksi hingga 30 persen imbas dari kenaikkan harga pakan tersebut.

"Supaya usaha tetap jalan aja, kita hemat biaya produksi meskipun sebenarnya jumlah keuntungan tetap lebih kecil dari harga normal," tuturnya.

Soal harga telur yang dijualnya, Dede mengakui menjualnya dengan harga lebih mahal dibanding biasanya. Hal itu mau tidak mau dilakukan karena biaya produksi yang naik.




(orb/orb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork