Bank Indonesia (BI) Jawa Barat mencatat, Jabar mengalami inflasi sebesar 0,57 persen (mtm) atau 4,41 persen (yoy) sejalan dengan inflasi nasional hingga Juni 2022.
Dari data yang didapat detikJabar dari BI Jabar, Minggu (10/7/2022) inflasi bulanan Jawa Barat pada Juni 2022 disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau khususnya cabai merah (0,2130%), bawang merah (0,0954%), cabe rawit (0,0804%), telur ayam ras (0,0369%) dan tomat (0,0352%).
Dari tujuh kota pantauan IHK di Jawa Barat, Kota Bogor mengalami inflasi tertinggi dengan nilai sebesar 0,75% (mm). Sementara, inflasi terendah berasal dari Kota Tasikmalaya sebesar 0,41% (mtm).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengatasi hal tersebut, BI Jabar bersama pemerintah daerah semakin memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk menjaga optimisme dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh stagfusi global, yaitu stagnasi dalam perekonomian diikuti inflasi global yang semakin tinggi.
Kepala Perwakilan BI Jabar Herawanto mengatakan, BI Jabar memiliki sejumlah rekomendasi kebijakan yang diperlukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus, mengantisipasi potensi tekanan inflasi.
"Pertama, melalui langkah koordinatif merespon potensi staglas dunia dan tekanan inflasi yang tinggi, melalui penguatan strategi kebijakan 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif) Tim Pengendalian inflasi Daerah (TPID) terutama dalam menjaga kepastian ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan di wilayah Jawa Barat yang didukung oleh penerapan teknologi serta ketersediaan sistem informasi yang memadai," kata Herawanto.
Kedua, menjaga perbaikan kinerja ekspor dan investasi Jawa Barat di tengah tekanan stagflasi global. Berbagai dukungan di antaranya melalui pemberian kemudahan dan insentif ekspor terutama pada komoditas potensial di luar yang ada seperti perikanan dan maritim serta
pertanian di Jawa Barat Selatan yang perlu didukung dengan konektivitas yang baik.
"Selain itu upaya meningkatkan efisiensi industri hulu hilir, optimalisasi substitusi bahan baku impor dan pemanfaatan limpahan order dari negara pesaing melalui penetrasi ceruk pasar baru ke pasar potensial seperti Australia dan Arab Saudi untuk komoditas electronic vehicle perlu ditingkatkan lebih lanjut," tuturnya.
Herawanto mengungkapkan, saat ini Jawa Barat masih mencatatkan kinerja ekspor yang positif dan semakin membaik dengan pertumbuhan sebesar 17,73% pada posisi Mei 2022. Kondisi tersebut, juga didukung indicator Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Barat yang tercatat sebesar 59,9, yang mencerminikan geliat pelaku industri manufaktur pada fase ekspansif.
Hal ini juga memberikan nafas bagi bergeraknya sektor perdagangan yang di antaranya ditunjukkan oleh data yang dirilis Gaikindo bahwa adanya peningkatan mobil dalam negeri yang tumbuh 5,03% (yoy) diringi terbukanya pasar ekspor baru seperti Australia dan Timur Tengah.
"Ketiga, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi perlu memanfaatkan potensi berkembangnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru Jawa Barat di antaranya melalui optimalisasi sektor maritim dan industri kreatif kreator games," tuturnya.
Keempat menurut Herawanto, yakni mempercepat realisasi fiskal pemerintah daerah selain untuk menjaga konsumsi masyarakat, juga untuk mendorong realisasi kegiatan investasi proyek infrastruktur baik PSN nasional maupun daerah. Kelima, peningiatan kapasitas pekerja untuk memenuhi kebutuhan industri melalui edukasi dan vokasi pendidikan teknologi.
"Keenam, peningkatan industri dan literasi digital melalui pemanfaatan teknologi," tuturnya.
Selain itu, dalam upaya mengoptimalkan langkah sinergi dan kolaborasi kebijakan tersebut, Bank Indonesia se-Jawa Barat telah menyelenggarakan berbagai event kolaboratif di antaranya Karya Kreatif Jawa Barat dan West Java Industrial Meeting (JIM), serta akan mengoptimalkan beberapa event kolaborasi lainnya di antaranya West Java Economic Society (WJES), West Java Digital Economic Festival (WIDEF), West Java Sharia Economic Festival (WISE), West Java Infrastructure Forum (WJIF), West Java Investment Summit (WJIS) dan West Java Annual Meeting (WAM).
"Beragam upaya tersebut merupakan salah satu wujud nyata sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan Jawa Barat yang tetap optimis dalam ranga menjaga keberlanjutan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengantisipasi potensi tekanan inflasi global guna mendukung pemulihan ekonomi nasional," pungkasnya.
(wip/yum)