Realisasi investasi di lima wilayah Priangan Timur yang terdiri dari Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran sangat rendah. Pemerintah di lima daerah itu diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan investasi, agar bisa memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat.
"Investasi di wilayah Priangan Timur sangat kecil, ini perlu mendapatkan perhatian," kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Darjana, di acara diskusi kegiatan media update terkait perkembangan perekonomian Jawa Barat, Jumat (8/7/2022) malam.
Dia menjelaskan 5 kota dan kabupaten tersebut selama ini menduduki peringkat paling buncit dari deretan 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lima daerah itu di bawah rangkingnya, nilainya pun sangat kecil, total realisasi pada triwulan pertama 2022 hanya sebesar Rp 26 miliar baik PMA (penanaman modal asing) maupun PMDN (penanaman modal dalam negeri)," kata Darjana.
Dia menambahkan jika dibandingkan dengan data investasi Jawa Barat, 5 daerah di Priangan Timur ini sangat kontras. Menurut Darjana, realisasi investasi Jawa Barat pada triwulan I 2022 mencapai angka Rp 39,5 triliun.
"Pangsa investasi Priangan Timur terhadap Jawa Barat jika dirasiokan sangat kecil sekali, sekitar 0,006 persen. Jadi nyaris tak terdengar," kata Darjana.
Dari data yang disuguhkan Darjana, dapat diketahui dari 5 daerah di Priangan Timur tersebut, Kabupaten Pangandaran yang tertinggi yaitu mencapai Rp 19,4 miliar yang terdiri dari PMA Rp 10,18 miliar dan PMDN Rp 9,26 miliar. Di peringkat kedua ada Kota Tasikmalaya Rp 4,4 miliar, kemudian Kabupaten Tasikmalaya Rp 2 miliar, selanjutnya Kabupaten Ciamis Rp 194 juta dan terakhir Kota Banjar Rp 68 juta.
Lebih lanjut Darjana mengatakan wilayah Priangan Timur memang memiliki karakteristik yang berbeda. Wilayah yang berada di sisi selatan dan timur Jawa Barat ini lebih mengandalkan denyut ekonominya pada sektor pertanian atau sumber daya alam lainnya.
"Tapi terlepas dari catatan itu, harus ada perhatian bagaimana caranya agar investasi di Priangan Timur bisa ditingkatkan," kata Darjana.
Mulai dari menciptakan iklim investasi yang kondusif dan ramah investor hingga menyiapkan sarana dan prasarana pendukung. Rencana pemerintah yang hendak atau sedang membangun jalan tol Gedebage Tasikmalaya Cilacap (Getaci), menurut Darjana bisa memberikan daya dorong terhadap geliat investasi di Priangan Timur.
"Ada potensi kemajuan investasi apabila tol Getaci selesai sesuai target. Menurut rencana selesai akhir 2024 sampai Tasikmalaya, Insya Allah diperkirakan investasi akan meningkat. Apalagi 2027 sampai 2029 akan dilanjutkan hingga ke Cilacap," kata Darjana.
Selain itu terbitnya Perpres Nomor 87 tahun 2022, juga dianggap bukti komitmen pemerintah. Sebagaimana diketahui Perpres ini mengatur mengenai percepatan pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan yang dilaksanakan dalam rangka penyediaan infrastruktur dan peningkatan investasi yang berdampak pada perekonomian regional dan nasional.
"Perpres 87 juga akan memiliki daya dorong untuk kemajuan Priangan Timur atau Jabar selatan, terutama dalam memaksimalkan sektor kelautan dan perikanan, disamping sektor-sektor potensial lainnya," kata Darjana.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Herawanto menyoroti kondisi dan tantangan ekonomi ke depan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sekaligus mengantisipasi potensi tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh stagflasi global. Stagflasi sendiri merupakan stagnasi dalam perekonomian diikuti inflasi global yang semakin tinggi.Herawanto memaparkan beberapa rekomendasi terkait hal tersebut.
"Pertama melalui langkah penguatan strategi kebijakan 4K, yaitu ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif," kata Herawanto.
Yang kedua dia merekomendasikan agar menjaga perbaikan kinerja ekspor dan investasi Jawa Barat di tengah tekanan stagflasi global.
"Saat ini Jawa Barat masih mencatatkan kinerja ekspor yang positif dan semakin membaik dengan pertumbuhan sebesar 17,73 persen pada posisi Mei 2022. Kondisi tersebut juga didukung indikator Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Barat yang tercatat sebesar 59,9 persen. Ini mencerminkan geliat pelaku industri manufaktur pada fase ekspansif," papar Herawanto.
Selanjutnya Herawanto juga mengatakan perlu upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi berkembangnya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru Jawa Barat, diantaranya melalui optimalisasi sektor maritim dan industri kreatif.
"Keempat mempercepat realisasi fiskal pemerintah daerah selain untuk menjaga konsumsi masyarakat, juga untuk mendorong realisasi kegiatan investasi proyek infrastruktur baik PSN nasional maupun daerah," kata Herawanto.
Simak Video "Video: Polisi Tangkap 6 Tersangka Baru Kasus Penjualan Bayi ke Singapura"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)