Kini jaringan hotel Bobobox telah dikenal banyak travelers dan backpakers. Ini merupakan bagian dari perjuangan Indra Gunawan yang merupakan CEO dan Co Founder Bobobox.
Berdiri tahun 2018, Bobobox kini sudah memiliki 16 cabang di lima kota besar di Pulau Jawa. "Kami menyiapkan akomodasi yang terjangkau dengan tingkat kenyamanan dan keamanan. Kita berdiri tahun 2018, sekarang sudah ada 16 cabang di seluruh Indonesia di lima kota di Pulau Jawa," kata Indra Gunawan kepada detikJabar.
Pemuda asal Bandung berusia 36 tahun ini juga masuk ke daftar Forbes Asia 100 to Watch yang dirilis oleh majalah tersebut pada 10 Agustus 2021. Soal Bobobox yang didirikannya bisa masuk daftar Forbes Asia, Indra mengisahkan, balik lagi ke 2017 ia melihat traveling sudah jadi lifestyle, jika dilihat pertumbuhan milenial traveler bertumbuh dengan pesat bahkan sampai sembilan kali lipat di Asia Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lihat ini tidak disertai dengan suplai tempat dengan akomodasi yang terjangkau, di situlah kita lihat Bobobox dengan konsep kapsul yang modular dan tetap bisa memberikan solusi yang tepat untuk para traveler," ungkapnya.
Saat ini Bobobox sudah ada di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Malang dengan jumlah kamar sekitar 1.200 dengan harga sewa Rp 130-220 ribu.
Indra menyebut, sasaran pelanggan Bobobox yakni pengunjung usia 18-40 tahun. "Demografi kita menunjukkan usia 18-40 tahun, di mana ada 52 persen wanita dan 48 persen pria. Setiap lokasi memiliki sasaran beda-beda, ada yang bisnis traveller, ada juga wisatawan domestik dan komponen staycation untuk domestik market," jelasnya.
Menurut Indra, sejak didirikan antusiasme kunjungan Bobobox sangat tinggi yang occupancy rate-nya di atas 80 persen. Karena traveler kini sudah jadi lifestyle, hingga saat ini bisnis ini terus dikembangkan oleh Indra.
"Kita lihat bisnis penginapan sesuatu yang sudah tervalidasi, sudah cukup lama sebuah bisnis dengan value yang tinggi dan kita lihat ini jadi lifestyle," tuturnya.
"Kita lihat kemajuan pesat ini ada kesempatan yang baik dan peluang ekonomi ini," tambahnya.
Kehadiran Bobobox, menjadi solusi bagi traveler yang bunganya minim. Hal itulah, yang membuat nama Bobobox bisa sampai ke Asia.
"Salah satu produk market, di mana produk yang kita ciptakan solusi yang lebih baik dari solusi yang sudah ada atau solusi yang lebih tepat dengan target market yang ada sekarang," paparnya.
"Kita lihat launching pertama di Bandung dan menjadi banyak cabang, konsistensi dari segi pasar. Kita lihat tingkat hunian yang tinggi, kita jadi solusi yang diharapkan target market kita," tambahnya.
Indra yakin, jika dilihat unit ekonominya salah satunya dari segi penjualan dan keuntungan, Bobobox bisa lebih memberikan item lebih menarik dibanding bisnis properti lainnya dan hal itu membuat ia bangga.
"Bangga, kita percaya ini masih permulaan dari bisnis kita, masih banyak lagi yang harus diperbaiki, kita yakin dengan konsep inovatif teknologi ini banyak efisiensi dan kekurangan lain yang bisa kita kembangkan," ucapnya.
Selain Bobobox, pihaknya terus mengembangkan produk usahanya. Yakni dengan membuat Bobocabin yang sudah ada di tiga lokasi yakni di Cikole, Rancaupas dan Danau Toba, dengan jumlah kamar lebih dari 60 kabin.
"Kira lihat antusiasme cabang luar biasa dari bulan Februari, kita akan kembangkan lagi, ada enam lokasi yang dibangun bersamaan," ujarnya.
Selain itu, Indra juga menyebut jumlah Bobobox akan terus ditambah. "Iya akan nambah lagi, kita lihat konsumennya sudah balik lagi dan dari segi pariwisata sudah ada economy recovery yang baik, kita akan mulai ekspansi daerah lain," terangnya.
Bangkit di Tengah Pandemi
Sempat turun kunjungan di masa pandemi COVID-19 khususnya saat aturan PSBB dan PPKM Level 4. Kunjungan Bobobox kini naik kembali.
Catatan terakhir, mencapai 80 persen, atau jika dirata-ratakan 1.000 kamar digunakan. "Sebelum pandemi memang hunian Bobobox sangat tinggi di atas 85 persen, sejak ada PSBB dan PPKM Level 4 adanya penurunan dari tingkat hunian sampai 30 persen," tuturnya.
Seiring percepatan vaksinasi dan aturan PPKM dilonggarkan, kunjungan kembali meningkat. "Sejak ada vaksin dan PPKM dilonggarkan ada perbaikan ekonomi secara berangsur, sekarang sudah 80 persen, sudah hampir sama dengan Sebelum pandemi," paparnya.
"Dari September tahun lalu. Domestik market sudah ramai lagi, sudah mulai bepergian lagi. Asing ada, tapi mayoritas pasar kita domestik apalagi pas masa pandemi," tutur Indra.
(wip/tey)