Sudah beberapa pekan ini sejumlah petani di Kabupaten Sukabumi kesulitan mendapatkan solar. Padahal kebutuhan untuk mesin traktor dan mesin giling memerlukan pasokan solar.
Di wilayah Kecamatan Surade, sedikitnya 17 kelompok tani mengeluhkan sulitnya mendapat pasokan solar. Akhirnya tidak sedikit dari mereka yang meminta sebagian isi tangki truk untuk dibeli petani dengan harga Rp 7 ribu sampai Rp 10 ribu per liternya.
"Kami mendapat laporan dari 17 kelompok tani mereka kesusahan mencari bio solar. Ada juga dari supir truk yang pulang, petani meminta sebagian isi tangki untuk dibeli lagi dengan harga lebih tinggi dan itu juga susah dapatnya," kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Sukamukti Cevi Anugrah kepada detikJabar, Selasa (29/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cevi juga mengeluhkan sulitnya pembelian solar ke SPBU oleh petani. Di wilayah Surade SPBU tidak melayani pembelian menggunakan jeriken hingga akhirnya pola itu dimanfaatkan oleh para pemilik kendaraan nakal untuk mendapat solar. Kendaraan nakal itu kedapatan kerap sengaja ikut mengantre di SPBU kemudian menjual lagi solar ke petani.
"Di Surade enggak bisa beli dengan jeriken, diakali oleh oknum keliling mobil dicurahin (isi muatan ke petani). Saya lihat mobil-mobil itu yang ngantre kemudian dijual lagi. Karena petani hanya bisa beli pake jeriken, jeriken enggak dilayani. Di kami hanya ada satu SPBU yang menjual solar, akhirnya oknum menjual pakai truk atau yang pulang dari kota yang diisi tangkinya full tank dijual sebagian ke petani karena petani juga memaksa untuk kebutuhan traktor," ungkap dia.
Cevi mengatakan kebutuhan satu petani untuk satu periode panen itu sebanyak 100 liter. Menurutnya itu hanya untuk traktor saja belum untuk kebutuhan mesin giling.
"Hampir semua kebutuhan petani rata-rata 100 liter solar untuk satu kali masa periode panen belum kebutuhan mesin giling. Ada juga petani yang akhirnya beli Dexlite yang harganya Rp 12.900 kalau untuk itu oleh pihak SPBU diberikan," ujarnya.
Cevi berharap SPBU di Suradeada memperbanyak kapasitas tangki tanam berisi solar. Karena mayoritas petani membutuhkan solar ketika memasuki periode tanam.
"Kerap terjadi antrean di daerah Surade itu sampai 4 jam mengantre. Kalau bisa jangan hanya satu titik saja bisa diusulkan ke pihak terkait untuk di ujung di Ciparay misalnya ada lagi, dua titik lah minimal ada SPBU," katanya.
Kondisi serupa juga dirasakan oleh Kelompok Tani Samelang, Kecamatan Waluran. Menurut mereka di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Pajampangan terjadi antrean solar. Akhirnya petani mengalah dan membeli di penjual eceran dengan harga jauh lebih mahal.
"Kondisi (hari ini) masih susah, antrean di tiap SPBU masih ada. Sulit tapi ya bukan enggak ada istilahnya. Kalau sekarang sulit, jadi akhirnya kita beli mahal, per liter kita beli Rp 10 ribu. Beli dari eceran, sepertinya suplay dikurangi atau bagaimana ya dari pihak Pertamina," kata Bayu Risnandar dari Poktan Samelang.
"Saya di Sukabumi tadi pagi perjalanan dari Jampang, lewat beberapa SPBU hampir semuanya antre solar, kondisi ini juga dialami oleh petani lainnya. Kebutuhan solar untuk mesin traktor dan penggilingan gabah ke padi. Terlebih saat ini sudah masuk masa tanam ke dua," sambung dia.
(sya/mso)