Tangis Sarifah Saksikan Rumah Kelahirannya Ditelan Sungai

Tangis Sarifah Saksikan Rumah Kelahirannya Ditelan Sungai

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 19 Des 2025 07:00 WIB
Tangis Sarifah Saksikan Rumah Kelahirannya Ditelan Sungai
Sarifah saat berbincang dengan Kapolsek Simpenan AKP Bayu Sunarti. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Hujan gerimis membasahi Kampung Sawah Tengah, Desa Cidadap, Kamis (18/12/2025). Di sebuah pos ronda bambu yang sederhana, drama emosional terjadi. Sarifah (40), Ketua RT 06/15 sekaligus warga terakhir yang bertahan, duduk mematung menolak dievakuasi.

Mengenakan jas hujan berwarna cokelat dan masker hijau, tatapan Sarifah kosong mengarah ke bangunan rumah bercat biru-merah muda di depannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah itu adalah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, yang kini kondisinya mengenaskan, separuh bangunannya telah runtuh ditelan amukan Sungai Cidadap.

Kapolsek Simpenan, AKP Bayu Sunarti, tampak berdiri di samping Sarifah, mencoba membujuk wanita itu untuk beranjak ke tempat aman. Namun, Sarifah bersikeras bertahan. Ia ingin menyaksikan detik-detik terakhir rumahnya roboh.

ADVERTISEMENT

Menolak Percaya Kenyataan

Suara Sarifah terdengar parau dan terisak saat menjelaskan alasannya enggan pergi. Bagi Sarifah, melihat rumahnya hancur adalah cara menyadarkan dirinya sendiri bahwa musibah ini adalah kenyataan, bukan bunga tidur.

"Saya enggak mau ke mana-mana dulu. Saya ingin meyakinkan diri saya kalau ini bukan mimpi. Dari kemarin saya berharap bisa terbangun dan semua ini mimpi," ucap Sarifah sambil terisak.

Ia mengenang puluhan tahun hidup di rumah tersebut. "Ini rumah saya sejak kecil, sejak saya lahir. Tempat orang tua dan keluarga tinggal sampai saya punya anak," tambahnya pilu.

"Biarin saya lihat sendiri rumahnya terbawa arus. Biar saya itu percaya kalau ini bukan mimpi," ujar Sarifah lagi, menolak ajakan polisi.

Separuh Rumah Telah Hilang

Pantauan detikJabar di lokasi, kondisi rumah Sarifah memang sudah sangat kritis. Jika sehari sebelumnya jarak sungai masih berada di pintu belakang, hari ini setengah bangunan rumah tersebut benar-benar telah habis.

Ruang belakang tempat biasa keluarga berkumpul kini telah berubah menjadi jurang sungai yang menganga. Pondasi rumah menggantung di bibir tebing yang terus digerus arus cokelat deras.

Melihat kondisi tanah yang terus bergerak dan sangat membahayakan nyawa, Kapolsek Simpenan AKP Bayu Sunarti tidak menyerah. Dengan nada lembut namun tegas, ia menyentuh sisi kepemimpinan Sarifah sebagai Ketua RT.

"Ayo Ibu kan Ketua RT, yuk kita evakuasi Bu. Masak Ibu kan Ketua RT, harus mencontohkan ke warganya," bujuk AKP Bayu sambil memegang tangan Sarifah.

Polwan tersebut terus memberikan penguatan moral. "Ikhlaskan Bu, namanya musibah. Semoga mendapat yang lebih baik, ini ujian. Keselamatan nomor satu," lanjut Bayu.

Setelah proses negosiasi yang alot dan penuh air mata, pertahanan Sarifah akhirnya runtuh. Didampingi putri bungsunya, Regina, ia perlahan bangkit dari pos ronda.

Dengan langkah gontai dan dipapah oleh AKP Bayu, Sarifah akhirnya bersedia meninggalkan halaman rumahnya. Ia berjalan menjauh, meninggalkan puing-puing kenangan 40 tahun yang kini perlahan hanyut dibawa arus Sungai Cidadap.

(sya/orb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads