Bertaruh Nyawa Membelah Arus Cidadap demi Selamatkan 38 Warga

Bertaruh Nyawa Membelah Arus Cidadap demi Selamatkan 38 Warga

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 18 Des 2025 18:00 WIB
Bertaruh Nyawa Membelah Arus Cidadap demi Selamatkan 38 Warga
Evakuasi membelah arus sungai Cidadap (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Suasana tegang menyelimuti tepian Sungai Cidadap di Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Rabu (17/12/2025). Di tengah guyuran hujan lebat dan gemuruh air sungai yang cokelat pekat, tim SAR gabungan melancarkan operasi penyelamatan berisiko tinggi.

Misi mereka menjemput puluhan nyawa yang terkurung di Kampung Cisarua, wilayah yang terisolir total setelah jembatan akses satu-satunya putus dihantam banjir.

Operasi ini melibatkan Basarnas, Brimob, Polsek Simpenan, Damkar, hingga tim medis. Menggunakan dua unit perahu rafting, petugas harus membelah arus liar sungai untuk memindahkan warga ke tempat aman di Kampung Babakan, Kedusunan Kawung Luwuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arus Liar dan Teknik "Safety Line"

Pantauan di lokasi menunjukkan ganasnya medan yang dihadapi. Sungai Cidadap yang berwarna cokelat pekat mengalir dengan arus sangat liar, menghantam tebing-tebing tanah di sekitarnya.

Koordinator Pos SAR Basarnas Sukabumi, Suryo Adianto, memimpin langsung operasi penyeberangan menggunakan dua unit perahu karet (rafting). Agar tidak hanyut terseret arus yang menggila, tim menerapkan teknik pengamanan ekstra ketat.

ADVERTISEMENT

"Teknik yang kita gunakan menggunakan dua perahu rafting, dan kita juga menyiapkan tali safety line. Jika terjadi sesuatu, itu menjadi pengaman untuk tim yang bertugas mengarungi aliran sungai tersebut," jelas Suryo di lokasi kejadian.

Evakuasi membelah arus sungai CidadapEvakuasi membelah arus sungai Cidadap Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Setiap kali perahu melaju membelah arus, ketegangan terasa. Petugas harus menjaga keseimbangan perahu yang terombang-ambing hebat, sementara warga yang dievakuasi termasuk lansia dan anak-anak mencengkeram erat rompi pelampung mereka.

Urgensi evakuasi ini tergambar jelas dari pemandangan mengerikan di tepian sungai. Berdasarkan pantauan di lapangan, erosi sungai telah memakan habis daratan hingga ke pondasi rumah warga.

Sebuah rumah permanen bercat putih tampak dalam kondisi kritis; separuh bangunan belakangnya sudah runtuh ke sungai, menyisakan rangka atap kayu dan tembok yang "menggantung" mengerikan di atas jurang air. Pemandangan ini menjadi alasan kuat mengapa warga tidak mungkin lagi bertahan.

38 Warga Selamat, 2 Pilih Bertahan Jaga Kampung

Berkat kerja keras tanpa henti menembus arus, operasi ini membuahkan hasil. Tercatat sebanyak 38 jiwa berhasil ditarik keluar dari isolasi dan dievakuasi dengan selamat ke daratan seberang.

Namun, di tengah eksodus tersebut, terdapat dua orang warga yang memutuskan untuk tidak ikut dievakuasi dan memilih bertahan di lokasi terisolir. Keputusan nekat ini diambil bukan tanpa alasan.

Keduanya merasa berat hati meninggalkan kampung halaman yang kosong tanpa penjagaan. Mereka memilih tinggal untuk menjaga hewan ternak dan mengamankan barang-barang berharga milik tetangga yang telah ditinggalkan mengungsi, meski risiko bahaya sewaktu-waktu mengintai mereka.

Sementara itu, 38 warga yang berhasil dievakuasi kini telah mendapatkan penanganan medis dan ditampung di lokasi aman, meninggalkan kampung halaman mereka yang kini sunyi dan perlahan dikuasai oleh amukan Sungai Cidadap.

Halaman 2 dari 2
(sya/yum)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads